Sukses

Metode Mancini Dicap "Gila"

Menurut mantan pelatih fisik Manchester City, cedera para pemain The Citizens yang datang silih berganti tak lepas dari metode latihan yang diterapkan Roberto Mancini yang dinilainya terlalu berlebihan.

Liputan6.com, Manchester: Dalam hitungan bulan sejak datang ke City of Manchester Stadium pada medio Desember 2009 lalu, manajer Manchester City Roberto Mancini telah memancing kegundahan para pemainnya. Tak jarang Mancini kerap berselisih dengan anak-anak asuhannya. Yang jadi soal adalah metode latihan yang diterapkan mantan allenatore Inter Milan tersebut.

Yang pertama kali menyuarakan ketidakpuasan atas metode Mancini adalah striker kawakan Wales Craig Bellamy. Muncullah isu pemberontakan pemain (Baca: Pemberontakan Pemain Ancam Mancini). Dua bulan berselang giliran Carlos Tevez yang mengkritik Mancini. Yang terjadi, Mancini mempersilakan Tevez menimbang ulang masa depannya (Baca: Mancini "Usir" Tevez).

Nah, menurut mantan pelatih fisik (fitness trainer) klub Raymond Verheijen, cedera terkini yang menimpa sejumlah pemain City menjelang laga besar menjamu Chelsea, Sabtu (25/9) besok tak terlepas dari metode latihan Mancini yang dianggapnya terlalu berlebihan dan “gila”. Dalam benak Verheijen, manajemen dan owner klub seyogyanya waspada dengan metode Mancini yang ujung-ujungnya justru akan menimbulkan kerugian jutaan pound.

Verheijen yang bekerja di City sejak tim ditangani Mark Hughes, memutuskan bercerai dengan Mancini di akhir musim lalu. Verheijen mengaku tak sreg dengan pola latihan Mancini yang dicapnya “dapat merusak (mencederai)” para pemain. Kritikan pedas Verheijen—sempat bertugas sebagai staf Timnas Korea Selatan, Rusia, Belanda, Zenit St Petersburg, dan Barcelona—dituangkan dalam pernyatannya via Twitter dan wawancara dengan FC Business, majalah olahraga. “Saya kasihan dengan para pemain Man City. Mereka mengalami masa-masa yang sulit. Saya berharap tidak satu pun dari mereka yang kariernya terancam karena cedera yang mereka alami,” ujarnya.

Verheijen yang bertugas dua hari di Cardiff City guna mengembalikan kondisi Bellamy, menilai Mancini telah melakukan serangkaian tindakan yang dapat mencederai fisik Bellamy. “Kami kian dekat dengan upaya pemulihan terkait ‘kerusakan fisik” terhadap Bellamy yang terjadi saat pramusim lalu saat ditangani teman kita dari Italia (Mancini) di Manchester City. Untungnya, pemain sekaliber Craig dapat menghindarkan diri dari pola latihan seperti itu dan menyelamatkan kariernya,” tegas Verheijen.

Lebih lanjut, Verheijen memuji pola latihan yang dikembangkan pendahulu Mancini, Hughes. “Selama pramusim dan paruh pertama musim tidak ada pemain City di bawah asuhan Mark Hughes yang cedera. City mampu tampil dengan tim yang sama di setiap pertandingan. Di paruh pertama musim, statistik Prozone menyebutkan jika City merupakan tim terbaik dalam soal kecepatan dan jarak tempuh para pemain dibanding klub Liga Premier lainnya.”

Namun, “Kedatangan Mancini mengubah segalanya. Mungkin, ia tidak melihat statistik Prozone dan rekor bebas cedera City. Ia memutuskan untuk terus menerapkan latihan ganda beberapa kali di setiap pekannya. Setiap sesi berjalan dua jam. Karenanya, tidak heran jika dalam dua pekan pertama para pemain mengalami cedera,” tandas Verheijen.

Yang terakhir, Verheijen menilai jika kegagalan City di musim lalu menembus dominasi empat besar—kalah dari Tottenham Hotspur—tak terlepas dari rekor cedera pemain di bawah asuhan Mancini. “Semakin sedikit pemain yang cedera artinya semakin sedikit pula klub mengeluarkan dana (ongkos). Dalam sepakbola modern, metode kepelathan bisa menyebabkan kerugian. Contoh yang ideal, ya Manchester City,” pungkas Verheijen.(MEG/Guardian)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini