Sukses

Ferguson Cemooh Laga di Qatar

Inggris bakal menjajal Brasil di Qatar, 14 November. Di mata manajer MU, Sir Alex Ferguson, laga itu tak lepas dari keinginan pengurus FA untuk “berlibur dan berjemur” di negeri “antah berantah”.

Liputan6.com, Manchester: Bagi timnas yang telah memastikan diri lolos ataupun gagal melaju ke putaran final Piala Dunia (PD) 2010, Sabtu, 14 November, dan Rabu, 18 November, merupakan jadwal pertandingan persahabatan seperti yang tercantum dalam kalender FIFA. Bagi sejumlah tim, laga internasional tersebut merupakan kesempatan emas untuk mengukur kekuatan diri sendiri dan menaksir kemampuan tim lawan.

Salah satunya, Inggris, yang nyaris tampil sempurna di ajang kualifikasi, memenangi sembilan dari 10 partai kualifikasi PD 2010 Zona Eropa Grup 6. Rencananya, pada 14 November, skuad asuhan Fabio Capello akan menjajal kekuatan tim raksasa dunia, Brasil. Venue-nya bukan di Inggris dan juga bukan di Amerika Latin, melainkan di Khalifa International Stadium, Doha, Qatar.

Pemilihan tempat pertandingan itulah yang mengundang keprihatinan Sir Alex Ferguson, manajer Manchester United. Lagipula, laga itu berlangsung di sela-sela dua laga berat yang harus dijalani MU di ajang lokal, yaitu menghadapi Chelsea di Stamford Bridge (8/11) dan menjamu Everton di Old Trafford (21/10). Meskipun tidak menyebut nama “Qatar”, apa yang disampaikan Ferguson jelas-jelas menunjuk laga Inggris vs Brasil tersebut.

Di mata Ferguson, pertandingan tersebut—dimana The Three Lions mendapat bayaran sebesar 400 ribu pound (sekitar Rp 6,3 miliar)—tidak lain merupakan keinginan dari sejumlah pengurus Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) untuk “berlibur” dan “berjemur” di negeri “antah berantah”. Bahkan, Ferguson mensinyalir Capello sendiri tidak suka jika John Terry dkk kudu bermain di Qatar yang berjarak 6.500 mil dan memakan waktu 14 jam penerbangan pulang pergi.

“(Pertandingan) Itu jadi mimpi buruk bagi para pelatih dan manajer, terutama jika Anda berada di tengah-tengah jadwal kompetisi Eropa dan sedang giat-giatnya memburu gelar. Sayangnya, Anda tidak dapat melakukan apa-apa terkait laga tersebut. Hal ini selalu menjadi area abu-abu antara pelatih liga dan pelatih timnas,” tutur Ferguson seperti yang dikutip The Guardian.

“Setiap pelatih timnas harus menunaikan tugas yang seharusnya mereka lakukan. Kami pun pastinya mendukungnya, terutama di saat-saat pertandingan kompetitif seperti Piala Eropa atau Piala Dunia. Anda tentunya menginginkan mereka (para pemain) tampil dalam pertandingan internasional yang penting semisal laga kualifikasi. Pertandingan persahabatanlah yang jadi masalah,” tegas Ferguson.

“Saya tidak berpikir jika para manajer di liga setuju dengan itu. Saya pikir beberapa di antara mereka bisa saja melakukannya tanpa mengikutsertakan partai internasional. Namun, asosiasi sepakbola dari setiap negara ingin menghangatkan badan mereka dengan melakukan penerbangan dan perjalanan yang indah ketika hari penuh dengan terik matahari. Lagipula, laga itu juga menghasilkan pendapatan yang besar pula. Jadi, Anda bisa mengerti mengapa laga itu dilangsungkan,” imbuh Ferguson.

Ferguson sangat waswas jika seusai laga tersebut digelar, sejumlah pemain kuncinya absen di laga lawan Everton (18/11). Ferguson menunjuk pengalaman pahit yang terjadi pada MU di ajang FA Cup 1988-1989. Ketika itu Inggris bertanding melawan Cekoslovakia (sekarang Republik Ceska). Seusai laga, kapten MU Bryan Robson dibelit cedera. Robson pun absen di laga lawan Arsenal yang berlangsung di Highbury (markas The Gunners sebelum hijrah ke Emirates Stadium). Hasilnya? MU kalah 1-2.(MEG)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini