Sukses

Organisasi Antikorupsi Desak FIFA Tunda Pemilihan

Organisasi antikorupsi internasional atau Transparency International (TI) mendesak induk sepakbola dunia menunda pemilihan Presiden FIFA. TI meminta FIFA menjernihkan semuanya terkait isu suap dan korupsi terlebih dahulu.

Liputan6.com, Berlin: Transparency International (TI) yang merupakan organisasi antikorupsi dunia mendesak induk sepakbola dunia (FIFA) menunda pemilihan Presiden FIFA yang rencananya digelar Rabu (1/6). TI meminta FIFA terlebih dahulu menjernihkan semuanya menyusul merebaknya skandal suap dan korupsi di institusi yang dipimpin Sepp Blatter tersebut.

“Mereka sepatutnya menunda pemilihan (presiden) dan benar-benar menjernihkan semuanya. Berikan waktu untuk proses penyelidikan dan agendakan pemilihan yang baru,” ujar Sylvia Schenk, penasihat khusus TI untuk urusan olahraga yang berbasis di Berlin, Jerman.

Toh, pada pemilihan di Zurich nanti, Blatter tidak memiliki pesaing. Mohamed Bin Hammam yang merupakan pesaing tunggal Blatter mengundurkan diri setelah dituduh berusaha menyuap petinggi sepakbola Uni Karibia (CFU) (Baca: Blatter Bebas, Bin Hammam Diskors). Artinya, proses pemilihan hanya syarat sebelum Blatter menjabat untuk periode keempat kalinya.

Schenk juga menyatakan, FIFA membuka diri agar pihak eksternal dapat melakukan penyelidikan terhadap kasus suap tersebut. Jika diselesaikan secara internal, Schenk mengaku sangsi dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. “Mereka telah melakukannya beberapa kali dan selalu gagal. Terlalu banyak yang harus diungkap di masa lalu,” ujarnya menambahkan.

Schenk mencontohkan kasus ini tidak dibongkar sendiri oleh Komite Etik yang seharusnya diberi wewenang mengidentifikasi permasalahan. Kasus suap tersebut dibongkar untuk pertama kalinya oleh The Sunday Times, surat kabar di Inggris. “Presiden sebuah organisasi sebesar FIFA tidak mungkin bisa melihat semuanya secara jelas karena hanya bertemu setahun sekali,” tandasnya.

Selain itu, Schenk juga berpendapat FIFA seharusnya membatasi lamanya seorang petinggi memangku jabatannya. Termasuk jabatan presiden?(DIM/Reuters)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini