Sukses

Kelompok 78: Ada Skenario di Balik Pembubaran

Kelompok 78 menuduh ada konspirasi di balik pembubaran Kongres Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang dilakukan Komite Normalisasi.

Liputan6.com, Jakarta: Pembubaran Kongres PSSI oleh Komite Normalisasi yang berlangsung Jumat (20/5) kemarin, dinilai bermuatan konspirasi. Pernyataan tersebut disampaikan salah satu delegasi Persisam, Yunus Nusi, dalam jumpa persnya, Sabtu (21/5) sore, di Hotel Sahid, Jakarta.

Menurut Yunus, tudingan pembubaran kongres akibat kesalahan kelompok 78 tidak benar. "Ini sebuah pemutarbalikan fakta. Pak Agum yang meninggalkan kongres. Kok kita yang disalahkan? Tapi ini saya menduga ada indikasi skenario di balik pembubaran ini. Kenapa Pak Agum tidak mengabulkan Komite Banding terkait penjelasan empat nama yang tidak masuk calon ketua? Kita minta alasan konstitusional," kata Yunus.

Semestinya jika suara mayoritas meminta Komite Banding, ketua sidang harus mengabulkannya. "Pak Agum kan bukan peserta. Kita ini sebagai peserta yang memiliki suara yang sah. Mestinya dikabulkan, meski pun tidak ada di agenda. Karena ini berkaitan dengan penjelasan Thierry Regenass. Dia yang tak punya hak suara kenapa diperbolehkan? Ini sebenarnya bukan masalah besar, hanya penjelasan," paparnya.

Soal perdebatan dalam kongres menurut Yunus, itu hal yang biasa. Itu merupakan suatu dinamika. "Itu tidak ricuh, itu dinamika, biasa. Orang tidak ada lempar lemparan botol atau kursi. Dan kenapa bisa sampai seperti itu? Kenapa pada saat Thierry berkomentar tidak ada yang protes. Tapi pada saat kita minta penjelasan kenapa Pak Agum tidak mau? Ini kan aneh," ujarnya.

Yunus juga membantah soal pandangan umum sebagai penyebab bubarnya kongres. "Penyebab ribut siapa? KN sendiri, kok. Giliran kita minta penjelasan KB kita ditolak," ujarnya.

Dia juga mengaku heran jika pada akhirnya FIFA memberikan sanksi ke Indonesia dengan alasan hanya pembubaran kongres. Menurut Yunus, itu tidak masuk akal. "Apa alasan FIFA memberikan sanksi? Apakah karena pembatalan itu mau dikasih sanksi? Tidak ada pelemparan botol, tidak ada lemparan kursi. Jangan dibawa masyakarakat ke arah sanksi dong," tegasnya. (APY/YUS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini