Gerrard vs Pirlo: Adu Hebat 2 Jenderal Lapangan

Liputan6.com, Jakarta Pertemuan dua gelandang terbaik dunia, Steven Gerrard dan Andrea Pirlo akan terjadi pada Minggu (15/6/2014) pagi WIB. Bertempat di Stadion Arena Amazonia, keduanya akan adu kemampuan di laga Inggris kontra Italia.

Baik Gerrard maupun Pirlo, keduanya memiliki segudang pengalaman membela Timnas. Dengan bekal tersebut mereka dijadikan andalan untuk mengantarkan timnya masing-masing meraih poin sempurna di laga perdana Grup D Piala Dunia 2014.

Bersama Inggris, Gerrard telah mencatatkan 111 penampilan. Dari kesempatannya tersebut, kapten Liverpool itu berhasil membukukan 21 gol. Dengan mendapat kesempatan tampil di Piala Dunia tahun ini, Gerrard memiliki kemungkinan besar untuk melewati rekor 115 penampilan yang dimiliki David Beckham bersama Timnas Inggris.

Meski usianya sudah 35 tahun, Gerrard diyakini tetap dijadikan sebagai pengatur permainan The Three Lions. Teknik yang dimilikinya, serta ambisi untuk memenangkan Piala Dunia rasanya akan jadi ancaman besar untuk skuat Italia.

Namun Gerrard Cs juga wajib waspada. Sebab Italia punya Pirlo, gelandang berusia 34 tahun yang juga cerdik mengatur tempo permainan. Berbekal bakat yang ada pada dirinya, Pirlo bisa saja mendikte setiap serangan yang dilancarkan kubu lawan.

Bersama Timnas Italia, Pirlo telah mencatatkan 109 penampilan dan dari kesempatannya itu ia bisa mengukir 13 gol. Catatan yang dimiliki sang pemain tentunya juga memberikan ancaman untuk tim asuhan Roy Hodgson.

Selain peran dan catatan penampilan yang nyaris serupa, baik Gerrard maupun Pirlo, keduanya memiliki kesamaan yang lain. Dua pemain segenerasi itu sama-sama jago dalam mengeksekusi bola mati. Bedanya, Gerrard lebih mengutamakan kekuatan tembakan. Sementara Pirlo, ia lebih mengandalkan teknik dan efek menendang bola.

Selain itu, keduanya juga sama-sama menjadikan Piala Dunia tahun ini sebagai kesempatan yang terakhir. Sebab setelah ajang ini selesai, Gerrad dan Pirlo akan memutuskan untuk menyudahi tugasnya membela tim nasional. Karenanya, mereka berambisi tampil mati-matian demi membawa negaranya masing-masing juara Piala Dunia sebelum akhirnya memutuskan gantung sepatu.