Sukses

Disiplin Harga Mati Buat Van Gaal

Dari mulai keterlambatan dan handuk. Dia sangat memperhatikan detail.

Liputan6.com, Datang sebagai pelatih baru Manchester United (MU), pelatih anyar Louis Van Gaal langsung membuat aturan ketat. Tujuannya tetap menjaga mentalitas pada diri pemain masing-masing.

Pelatih berjuluk "Iron Tulip" atau Si Tulip besi itu mulai menunjukkan kuasanya di Old Trafford. Mantan pelatih Barcelona itu tidak memberikan toleransi terhadap pemain yang melanggar aturan.  Satu menit telat tiba di tempat, Van Gaal langsung memberikan denda keterlambatan.

Model kepelatihan tangan besi Van Gaal diungkap dalam buku autobiografi Van Gaal yang ditulis Maarten Maijer. Buku tersebut baru saja dirilis di Inggris.

Selain masalah waktu, hal sepele juga sangat diperhatikan oleh mantan pelatih Bayern Munich itu. Van Gaal paling kesal bila ada pemain yang sembarangan meletakkan handuk. Setelah latihan, handuk tersebut harus ditempatkan di keranjang cucian. Bila tidak, pemain itu harus mencuci handuk itu sendiri.

Dia meminta semua pemain harus bertanggung jawab terhadap barang-barangnya sendiri. Mereka "diharamkan" meminta bantuan kit-man untuk menata peralatan saat hendak berangkat melakoni partai tandang.

Disiplin menjadi harga mati bagi Van Gaal. Saat jumpa pers. pemain harus mengenakan jas seragam lengkap dengan dasi dan sepatu. Dari kedisiplinan yang ditanamkan Van Gaal setidaknya memberikan gambaran, prestasi dimulai dari hal-hal kecil yang terlewatkan.

Dan belakangan, posisi Wayne Rooney disebut terancam bila tidak mampu bermain sesuai instruksi Van Gaal. Rooney ditempatkan di belakang Robin Van Persie. Jika Rooney tidak bisa menjalankan perintahnya, Edinson Cavani didatangkan untuk menggantikan peran Rooney.

Cara Van Gaal ini tidak langsung sukses. Dia sempat bersitegang dengan dua pemain bintang Ajax periode 1990-an, Jan Wouters dan Bryan Roy. Ajax sempat berada dalam krisis karena baru memetik 20 poin dalam 16 laga. Desakan Van Gaal untuk mundur semakin menguat. "Tapi saya tetap pada pendirian saya," kata dia saat itu.

Perlahan tapi pasti, cara itu mulai membuahkan hasil. Dia mengantarkan Ajax merebut tiga gelar Eredivisie 3 musim beruntun  1994, 1995, 1996 dan trofi Liga Champions 1995.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini