Sukses

Kenangan Manis Indonesia di Piala AFC U-19 Bangkok 53 Tahun Silam

Kendati gelar juara harus dibagi bersama, Bob bangga bisa mengantarkan Indonesia juara setelah terakhir kali menembus perempat final

Liputan6.com, Indonesia tersingkir dari gelaran Piala AFC U-19 2014. Target menembus Piala Dunia 2015 di Selandia Baru pun meleset. Ditargetkan mampu mencapai semifinal, Evan Dimas dan kawan-kawan justru keok di babak penyisihan grup B.

Indonesia menelan tiga kekalahan beruntun dari tangan Uzbekistan, Australia dan terakhir Uni Emirat Arab dengan skor telak 4-1. Kilas balik ke belakang, tim Merah Putih U-19 pernah merebut gelar di kejuaraan sepakbola antarkelompok umur itu. 

Sejarah itu terukir di Bangkok, Thailand pada 1961 lampau. Mantan pemain Timnas Indonesia, Bob Hippy yang menjadi saksi hidup sukses besar itu coba menggali ingatan 53 tahun lalu.

Bob bercerita, ketika itu Indonesia ditempa oleh pelatih Tony Pogaknic (pelatih senior Indonesia), Djamiat Dhalhar, dan Maulwi Saelan. Mereka menjalani pemusatan latihan di Lapangan Kebayoran, Jalan Sisingamaraja, Jakarta Selatan.

Dari 27 pemain yang mengikuti training-camp, hanya terpilih 18 pemain dan dibawa  ke ajang Piala Asia U-19 pada 1961 (saat itu kejuaraan Piala Asia U-19 bernama Abdul Rachman Gold Cup).

Pasukan Garuda Muda di bawah asuhan Djamiat Dhalhar bertolak ke Bangkok dengan pesawat Garuda Indonesia Airways. Indonesia lolos ke partai final setelah menjadi juara grup A. Di partai pamungkas, Tim Merah Putih menghadapi Burma (sekarang Myanmar). Di partai final, Indonesia hanya mampu bermain imbang tanpa gol hingga extra time. Regulasi adu penalti untu menentukan pemenang belum ada kala itu.

"Kekuatan sepakbola saat itu didominasi Malaysia, Vietnam, Burma, Korea Selatan dan Utara. Negara Timur Tengah belum tampak kekuatannya. Jepang juga belum ada apa-apanya," ujar Bob memetakan kekuatan peserta kontestan Piala Asia 1961.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bonus dari Presiden Soekarno

Kendati gelar juara harus dibagi bersama, Bob bangga bisa mengantarkan Indonesia juara setelah terakhir kali menembus perempatfinal Olimpiade Melbourne 1956.

Sampai-sampai, orang nomor satu Indonesia kala itu, Presiden Soekarno transit di Bangkok untuk memberikan bonus pada tim saat hendak melakukan kunjungan kenegaraan itu.

"Presiden Soekarno hendak ke Eropa dan transit di Bangkok. Mendengar Indonesia menjadi juara, Presiden Soekarno menemui kami dan memberikan uang saku. Presiden bangga kami bisa menjadi juara," lanjut Bob yang saat itu menjadi kapten tim.

"Kami mendapat uang dari Presiden Soekarno. Jumlahnya antara US$5 sampai 10. Nominal itu sangat banyak pada saat itu," lanjut mantan anggota exco PSSI itu membuka kenangan di masa keemasannya.

Tiba di Indonesia, tim mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat di Tanah Air. Tim diarak mulai dari bandara sampai lapangan Merdeka dan dijemput ketua PSSI kala itu, Abdul Wahab Djojohadikoesoemo.

"Pada peringatan hari raya kemerdekaan 17 Agustus 1961, kami diberi kesempatan upacara di Istana Presiden. Di situ, kami memamerkan medali yang kami dapat di hadapan Presiden."

Menurut Bob, keberhasilan Indonesia tidak lepas dari pembinaan dan program pembinaan usia dini. "Dulu ada kompetisi bernama Gawang. Kompetisi itu diikuti pemain dari pemain usia U-12 sampai U-17. Kompetisi tersebut memudahkan pelatih mencari bibit pemain handal. Tidak seperti sekarang, pelatih timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri harus turun langsung mencari pemain."

"Ketika kami menjadi juara, persiapan yang kami lakukan selama dua tahun. Pemain-pemain yang ikut serta dalam Piala Asia U-19 1961 itu hasil dari kompetisi Gawang itu. Saya berharap, Indonesia memiliki kompetisi usia dini yang berkesinambungan seperti itu," Bob menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini