Sukses

Diplomasi Ala Sepakbola

Sepakbola memiliki kekuatan menjadi perekat dua bangsa yang lama terbelenggu dalam jurang permusuhan. Timnas Amerika Serikat mengunjungi Kuba sejak 1947, untuk pertama kalinya Presiden Turki mengunjungi Armenia karena sepakbola.

Kekuatan sepakbola lebih dahsyat dari yang bisa diperkirakan. Permainan 11 lawan 11 di lapangan hijau terbukti ampuh sebagai perekat dua negara/bangsa yang sebelumnya terbelenggu jurang permusuhan. Dua partai di babak penyisihan menuju putaran final Piala Dunia 2010 tercatat mampu menutupi jurang tersebut.

Catatan pertama adalah partai di putaran kedua zona Amerika Utara, Tengah dan Karibia (CONCACAF). Pada pertandingan yang dimainkan di Stadion Pedro Marrero, Havana, dilangsungkan partai tuan rumah Kuba versus Amerika Serikat (AS).

Seperti sudah diketahui khalayak ramai, Kuba dan AS merupakan seteru dekat geo-politik. Satu berhaluan utra-sosialis kiri dan Paman Sam sebagai dedengkot ultra-liberalis kanan. Tidak lagi terhitung perang urat syaraf antara kedua negara di panggung politik dunia. Tapi semuanya itu sirna pada Sabtu, 6 September.

Untuk pertama kalinya Timnas AS berkunjung ke Kuba sejak 1947, yang dimenangkan AS dengan skor 5-2. Sementara catatan sejarah yang terukir 61 tahun itu akhirnya kembali dimenangkan AS dengan skor tipis 1-0 lewat gol yang dicetak Clint Dempsey.

Itu di belahan Amerika. Di Eropa kembali sepakbola mampu mengikat tali silaturahmi dua negara yang bermusuhan. Kunjungan bersejarah antar dua negara akhirnya terjadi dan itu berkat sepakbola yang mempertemukan Armenia versus Turki, juga di hari yang sama.

Presiden Turki, Abdullah Gul pada pertandingan yang dimenangi Turki 2-0 ikut memberi dukungan langsung ke Stadion Hrazdan yang disaksikan sekitar 30 ribu pasang mata. Walau mendapat sambutan protes namun pertandingan dan kunjungan Gul yang juga dijamu Presiden Armenia, Serzh Sarkisian, berlangsung aman-aman saja.

Padahal, rakyat Armenia menolak mengikat tali diplomatik dengan Turki sejak negara tersebut merdeka pada 1991 akibat runtuhnya negara super-power Uni Soviet. Rakyat Armenia antipati dengan bangsa Turki yang membantai mereka pada masa Kekaisaran Ottoman.

Kunjungan Gul dengan demikian merupakan kunjungan pertama kali yang dilakukan salah satu kepala negara bertetangga itu. Dengan demikian otomatis lagu kebangsaan Turki untuk pertama kalinya dikumandangkan di Armenia. Gol kemenanga Turki disumbangkan Tuncay Sanli dan Semih Senturk.

“Sepakbola sekali lagi menjadi mampu membawa kebersamaan. Presiden Turki untuk kali pertama mengunjungi Armenia,” kata Presiden UEFA, Michel Platini bangga. “Lagu kebangsaan Turki dilantunkan di Yerevan dan dihormati. Psikologis kedua kesebelasan sangat hebat yang semangat dalam pertandingan di Yerevan itu sangat fantastis. Itulah pesan yang bisa disampaikan sepakbola.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.