Sukses

Hiddink: Ambil Inisiatif

Sudah 11 minggu Guus Hiddink menangani Chelsea. Olah strateginya terbukti manjur. Namun, masih ditunggu apakah racikannya bakal mampu melewati Barcelona. Untuk leg pertama semifinal Liga Champions di Nou Camp, Hiddink menjanjikan badai serangan.

Tidak bisa dipungkiri, Guus Hiddink mampu membuktikan tangan dinginnya. Selama 11 minggu menangani, dipoles mengkilap. Layak ditunggu strategi apa yang digelar sang ‘Meneer Belanda’ untuk bisa membawa Chelsea ke partai final Liga Champions.

Hiddink berjanji Chelsea tidak hanya tampil tanpa rasa takut menghadapi Barcelona dalam babak semifinal, tapi  juga ingin bertarung langsung untuk menunjukkan racikan mana yang mampu mengklaim sebagai tim dengan daya dobrak paling mumpuni di Eropa. Untuk ujian pertama, ditunggu kedahsyatan badai serangan The Blues dalam memporak-porandakan Nou Camp.

Barca merupakan tim dengan kemampuan serang luar biasa. Barisan penyerang manapun pastinya respek dengan trio Lionel Messi, Thierry Henry dan Samuel Eto’o. Di La Liga, trisula Los Blaugrana itu mengemas 66 gol, yang berarti 70 persen dari total raihan gol Barca yang 94 biji. Raihan trio Messi-Henry-Eto’o saja lebih baik 10 buah dari total raihan gol Chelsea di Liga Premier.

Performa Didier Drogba yang kembali kinclong ditangani Hiddink bisa jadi kartu truf. Penyerang Timnas Pantai Gading itu mengemas tiga gol dari dua pertemuan kedua tim di Liga Champions—termasuk kemenangan Chelsea di Stamford Bridge pada Oktober 2006. Bersama Drogba yang mengemas tujuh gol dari enam laga terakhirnya, Chelsea bisa berharap banyak.

Pertarungan antara dua klub yang mewakili dua kiblat liga paling gemerlap di dunia ini sangat ketat. Dari empat tahun terakhir, Barca dan Chelsea sudah enam kali bertemu di Liga Champions. Kedua tim sama-sama mengantongi dua kemenangan dan dengan skor akhir yang ketat. Skor akhir paling mencolok adalah 4-2 yang menjadi milik Chelsea di Maret 2005.

Filosofi yang Hiddink usung ke Nou Camp kira-kira persis seperti ketika ia membawa John Terry dkk ke Anfield. Ketika itu Chelsea yang diperkirakan bakal tenggelam ternyata mampu menundukkan Liverpool 3-1. “Kami akan mengambil inisiatif dan terus mencoba. Sama seperti ketika kami melakukannya di Liverpool, untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya,” kata Hiddink seperti dilansir The Guardian.

“Kami tahu tengah berhadapan dengan tim terbaik di dunia yang bermain dengan gaya atraktif. Mereka tidak akan mengubah gaya bermainnya, jadi kami yang harus memaksa mereka tidak bisa berkembang, memberi tekanan pada mereka. Untuk bisa mencapai final kami harus mengambil inisiatif,” katanya.

Menunggu hanya akan membuat Barca merajalela, apalagi dengan dukungan penuh fans mereka di Nou Camp. Tanpa mengecilkan Liverpool, Barca punya pemain lebih banyak yang kapabel dalam mengubah jalannya pertandingan. Selain trio penyerangnya, Barca bisa berharap dari tusukan Xavi Hernandez, Andres Iniesta atau bek kanan Dani Alves.

Messi menjadi momok yang patut diwaspadai. Siapapun yang mengisi posisi bek kiri, kabar beredar kemungkinan besar Jose Bosingwa, harus bisa fokus menjaganya. Tapi Hiddink punya resep lain. “Kita patut waspada ketika Messi menguasai bola, karena itu lebih baik hentikan suplai bola untuknya,” tegas pelatih Timnas Rusia ini. Karena itu peran lini tengah yang dipunggawai Michael Essien, Michael Ballack dan Frank Lampard, yang dibantu kanan dan kiri luar, akan sangat membantu menghentikan Messi jika bisa mengunci kreatifitas Xavi dan Iniesta. Tapi pembuktiannya ada di lapangan!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini