Sukses

Mohamed Salah, Pujaan Baru di Liga Italia

Serie A sempat memberikan tempat teratas untuk pemain berdarah Mesir

Liputan6.com, Jakarta Nama Mohamed Salah kini menjadi perbincangan di sepak bola Italia. Enam gol sudah cukup membuktikan pemain berdarah Mesir ini adalah talenta baru di Serie A.

Fiorentina adalah klub yang beruntung mendapatkan gelandang yang memiliki kebiasaan merayakan gol dengan sujud syukur. Dan, Viola, julukan lain Fiorentina, sepertinya tidak salah bila harus segera mempermanenkan pemain pinjaman dari Chelsea ini.

Ketika berbicara Serie A yang sangat menjunjung tinggi chauvinisme (rasa cinta berlebihan kepada negara sendiri) dan Xenophobia (fobia terhadap pendatang) menjadi seorang yang memiliki daeah Mesir tentu tidaklah mudah. Bermain di sebuah liga yang belum pernah dicicipi sebelumnya juga tidak membantunya. Tapi, Salah tampil layaknya pemain kawakan yang sudah tahunan berada di Italia.

Dalam laga kontra Juventus di Coppa Italia, Jumat 6 Maret 2015 lalu, pemain sayap asuhan Vincenzo Montella menampilkan performa luar biasa dengan memberikan ancaman konstan kepada lini pertahanan Bianconeri. Waktu menunjukkan menit ke-11 bola sepak pojok yang dieksekusi Juve menggelinding ke arah Salah.

Berlari dengan kecepatan penuh, tak ada siluet hitam dan putih -terutama fullback Simone Padoin- yang bisa mengejarnya. Sedikit menggeser bola, pria yang sempat memperkuat Basel itu melepaskan bola ke pojok kiri gawang Marco Storari. Gol ini luar biasa terutama bagi seseorang yang hanya menggetarkan jala lawan dua kali semasa dua tahun membela Chelsea. Apakah Salah memang benar-benar jago? Apa ini kebetulan? Apa ini karena dia termotivasi karena dicampakkan Chelsea?

Secara statistik tak ada yang spesial sejak ia masih memperkuat Al Mokawloon meski statusnya berposisi sebagai gelandang serang. Semusim rataan golnya tak pernah lebih dari 10. Namun semasa berada di Basel, dia ditempa Murat Yakin, pria yang membuat Chelsea takluk dalam dua kali pertemuan di kualifikasi grup Liga Champions 2013.

Menjadi salah satu pilar tim yang menjuarai Liga Super Swiss 2012/2013, ia akhirnya hijrah ke Chelsea. Tapi, sayang semasa di Stamford Bridge dia tak meneruskan sinarnya. Faktor ini disinyalir karena Jose Mourinho lebih percaya kepada Willian, dan Eden Hazard. Belum lagi di musim dingin 2014/2015, The Blues mendatangkan Juan Cuadrado dengan biaya yang membuat seorang pengemis mencucurkan air matanya.

Mendapatkan servis Cuadrado, Chelsea merasa aman karena pria Kolombia itu merupakan salah satu pemain paling bersinar di Piala Dunia. Tapi mereka salah besar ketika Salah menjadi pemain dengan rataan gol tertinggi dalam tujuh pekan terakhir. Pemain berusia 22 tahun itu mencatatkan namanya di papan skor setiap 59,3 menit.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Salah

Kembalinya Fiorentina dalam beberapa bulan terakhir mungkin bisa dikaitkan dengan dipakainya lagi skema 3-4-1-2 yang sempat jadi andalan Montella. Cuadrado sering diposisikan sebagai sayap dan di sini dia diberikan kebebasan untuk berlari kemana saja, tetapi Salah dengan tepat bisa mengisi kekosongannya.

Berbeda dengan Cuadrado yang lebih beroperasi di sayap kanan, Salah menggunakan kebebasannya untuk mengejar bola, mencari serangan dan menuntaskannya.

Sprint-sprint cepat membuat dan gerakan cut insidenya membuat lini pertahanan lawan kewalahan tapi gaya permainan Salah lebih langsung dan menentukan. Pemain bertinggi 175 cm itu membuat lebih sedikit operan per laga : 21,5 dibandingkan dengan 40 yang dipunyai Cuadrado.

Dampak Salah yang sangat cepat terasa ini bahkan tidak bisa diprediksi oleh pelatihnya sendiri, Montella.

"Kami tahu ia pemain yang kuat tetapi sejujurnya dampak cepat yang ditunjukkannya lebih dari ekspektasi," papar Montella dalam satu wawancara.

Proses cuci otak yang dialami suporter Viola sedang dimulai dengan kehadiran sang pujaan baru. Serie A sempat memberikan tempat teratas untuk pemain berdarah Mesir seperti Mido yang memperkuat Roma di era 2000-an, Stephan El Shaarawy yang diklaim sebagai Paraohnya Milan dan sekarang ada Mohamed Salah.

Dua pemain itu sempat dipuja tetapi pada akhirnya meredup. Apakah Salah akan mengalami hal serupa? Bila dilihat dari apa yang bisa dilakukannya sekarang dan di masa depan, niscaya kita akan melihat sujud syukur Salah lebih banyak lagi. (Deny Adi Prabowo)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.