Sukses

Ini Penyebab Blatter Kembali Terpilih Sebagai Presiden FIFA

Van Oostveen geram Blatter didukung negara-negara kecil.

Liputan6.com, Zurich- Sepp Blatter berhasil mempertahankan jabatannya sebagai Presiden FIFA. Pria asal Swiss ini terpilih untuk kali kelima pada hari Jumat (29/5/2015) dengan mengalahkan penantangnya Pangeran Ali dari Jordania.

Blatter menang setelah Pangeran Ali mengundurkan diri sebelum dilakukannya pemungutan suara putaran kedua. Pada putaran pertama, Blatter mengumpulkan 133 suara, sementara Pangeran Ali dipilih oleh 73 orang.

Kemenangan Blatter ini membuat kecewa banyak pihak terutama negara-negara besar Eropa. Mereka ingin pria 79 tahun itu lengser. Terlebih setelah baru-baru ini terkuak skandal korupsi yang membuat beberapa petinggi FIFA diciduk FBI.

Sukses Blatter kembali memimpin FIFA dinilai CEO Federasi Sepakbola Belanda (KNVB) Bert van Oostveen tak lepas dari keberhasilannya merangkul negara-negara kecil anggota FIFA.

Van Oostveen pun menyesalkan sistem pemungutan suara yang diterapkan dalam pemilihan presiden FIFA dimana semua negara anggota memiliki nilai suara yang sama. Sebagai contoh, suara negara langganan juara Piala Dunia seperti Jerman hanya dihitung satu, sama dengan negara yang tak pernah lolos ke Piala Dunia macam Samoa Amerika.

Bagi Van Oostveen kondisi ini tidak adil. Sebab Blatter bisa terpilih lagi hanya karena mendapat dukungan negara-negara kecil dari Afrika dan Asia. Sedangkan negara-negara yang punya prestasi cemerlang di dunia sepakbola seperti Prancis, Jerman, Inggris dan Belanda menginginkan adanya pergantian tampuk pimpinan FIFA.

"Ini tidak bisa terus seperti ini. Dengan segala hormat pada semua orang yang berada disini hari ini: selalu negara-negara kecil menjadi mayoritas. Tapi negara seperti Prancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Portugal, Belanda dan banyak lagi - yang membuat sepakbola dunia menjadi besar," kata Van Oostveen.

Saking kesalnya, Van Oostveen menyarankan negara-negara kecil membuat organisasi sepakbola sendiri saja.

"Mereka harus mengambil lembaran kosong dan menciptakan sebuah organisasi FIFA baru denan beranggotakan sesama negara kecil. Saya tahu bila di luar Eropa, di Amerika, Kanada, Australia dan beberapa negara Asia, orang berpikir seperti ini. Tidak ada rencana konkret. Satu-satunya hal yang saya bisa katakan adalah ini tidak bisa berjalan terus. Sistem ini busuk. Kami harus melanjutkan protes kami," tegas Van Oostveen seperti diberitakan Goal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.