Sukses

Tevez, Adu Penalti dan Masalah Lini Depan Argentina

"Saya lebih suka tidak bertemu Paraguay," kata pelatih Argentina, Gerardo Martino.

Liputan6.com, Concepcion - Argentina selangkah lebih dekat dengan gelar juara Copa America 2015. Namun syaratnya, mereka harus melewati hadangan Paraguay yang menanti di semifinal, Rabu pagi hari WIB hari ini.

Pelatih Argentina, Gerardo Martino sadar betul, Paraguay sudah bangkit. Itu terbukti saat Argentina ditahan Paraguay dengan skor 2-2 di partai pembuka babak penyisihan grup. Berangkat dari hasil itu, segala sesuatu bisa terjadi di pertandingan empat besar yang berlangsung di Estadio Municipal Alcaldesa Ester Roa Rebolledo, Concepcion.

"Saya lebih suka tidak bertemu Paraguay," kata bekas pelatih Barcelona itu sebagaimana dikutip dari Sportal. Menurut Martino, kedua kubu memiliki banyak kesamaan. Dan tahu kartu masing-masing. "Laga ini terlalu emosinal buat saya," ucap Martino yang menangani Paraguay 2006 hingga 2011

Adu penalti kemungkinan besar bisa terjadi dalam pertandingan nanti melihat kekuatan kedua kubu yang cenderung berimbang. Sorotan bakal tertuju ke barisan depan Argentina; yang belum menemukan sentuhan terbaiknya. Tim Tango sejauh ini baru mencetak 4 gol di waktu normal 2x45 menit.

Keberhasilan Albiceleste ke semifinal tidak lepas dari faktor keberuntungan usai menyingkirkan Kolombia melalui adu penalti. Lantas, apakah sang arsitek berani menurunkan Carlos Tevez dalam daftar lima eksekutor awal?

Keraguan sempat muncul di benak Martino gara-gara Tevez menjadi biang kekalahan Argentina ketika jumpa Uruguay di 16 besar Copa America 2011. Carlitos satu-satunya pemain yang gagal mengeksuki penalti ketika itu. Karena itu pula, Martino ogah mencamtumkan Tevez dalam daftar lima penendang pertama kontra Kolombia.

Namun Tevez berhasil menjawab keraguan itu.  Dia menjadi penentu kemenangan Argentina 5-4 di drama adu penalti. Tampaknya, kalau adu penalti kembali terjadi kontra Paraguay, bukan mustahil pemain Juventus itu menjadi prioritas Martino."Sepakbola terkadang seperti itu. Tentang menebus kesalahan," kata Martino usai partai kontra Kolombia.

Berkaca dari rapor head-to-head, sebenarnya di waktu normal Argentina masih di atas Paraguay. Dalam lima pertandingan terakhir, Argentina memetik tiga kemenangan. Sedangkan, Paraguay sekali menang. Selebihnya, berakhir imbang 2-2 (di babak penyisihan grup).

Potensi adu penalti muncul karena Martino sendiri mengakui timnya bermasalah dengan lini depan. Terutama berkaca dari produktivitas Tim Biru-Putih itu selama perhelatan Copa America. "Itu sudah jelas," katanya. Bukan hanya di babak kedua laga kontra Paraguay, tetapi juga saat menghadapi Jamaika di pertandingan terakhir babak penyisihan grup yang berakhir dengan skor tipis 1-0.

Tidak salah jika Martino berpendapat demikian. Selama perhelatan Copa America, terutama di fase grup Argentina hanya melepaskan 18 tembakan ke gawang dengan akurasi "cuma" 54,5%. Total tembakan hanya 50. Tentu sangat minim, mengingat juara dunia 1986 itu dihuni pemain bintang.

"Ada tanda merah dalam penyelesaian akhir," ucap Martino seraya mengungkapkan telah memperbaiki masalah ini. Dia pun setuju dengan anggapan Javier Mascherano sukses Argentina sampai ke semifinal karena faktor kebetulan.

(Rjp/Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.