Sukses

Tuan Rumah PD 2018 dan 2022, Jerman-Prancis Intervensi FIFA

"Mereka yang telah memutuskan ini juga harus mengambil tanggung jawab,"

Liputan6.com, Jakarta Presiden FIFA, Sepp Blatter menolak disebut menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas terpilihnya Rusia dan Qatar masing-masing sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022.

Blatter mengungkapkan, mendapat intervensi politik dari dua negara Jerman dan Prancis dalam voting tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Pria berkebangsaan Swiss itu menyebut mantan Presiden Prancis, Nicholas Sarkozy dan Presiden Jerman, Christian Wulff berusaha mempengaruhi pemilik suara memilih dua negara itu menggelar hajatan Piala Dunia.

"Mereka yang telah memutuskan ini juga harus mengambil tanggung jawab," kata Presiden petahana FIFA itu.

Belakangan terpilihnya Rusia dan Qatar menjadi tuan rumah tidak lepas dari suap melibatkan petinggi FIFA yang ditangkap atas tuduhan pencucian uang akhir Juni lalu. Sekarang, pihak berwenang Swiss dibantu FBI sedang menginvestigasi dugaan tersebut.

Dalam pengakuannya sebagaimana dilansir dari rte.ie, Blatter mengklaim Jerman menekan FIFA memilih Qatar menjadi tuan rumah karena faktor ekonomi. Menurut Blatter, proyek Kereta Api Jerman Bahn Hochtief sedang melebarkan sayap bisnis hingga ke Qatar.

Pria 79 tahun itu menyatakan, bertindak atas prinsip kepemimpinan. Bila mayoritas Komite Eksekutif menginginkan Piala Dunia di gelar Qatar, "Maka saya harus menerima itu," kata Blatter.

Blatter, yang telah memimpin FIFA sejak 1998 itu menegaskan tidak takut atas dugaan terlibat dalam kasus korupsi FIFA. Dia merasa tidak bersalah. Dia menilai masalah ini bermula karena kebencian. "Saya justru takut orang merusak citra FIFA; yang telah saya bangun." Itu sebabnya, Blatter membatalkan keputusan mundur dari Presiden FIFA dan kembali maju dalam pemilihan Presiden FIFA, Desember mendatang

Sampai Pemilihan Presiden baru FIFA Desember mendatang, Blatter bakal tetap tinggal di Swiss demi memulihkan reputasinya yang sempat tercoreng. "Saya tidak akan mengambil risiko bepergian dari Swiss."

"Musuh terbesar seorang pemimpin adalah keraguan. Tapi saya percaya dengan keputusan yang saya ambil," ujar Blatter menyinggung keputusan kembali maju sebagai Presiden FIFA.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini