Sukses

Menakar Harga Satu Unit Kuda Pacu Rossi Cs, Berminat Beli?

Lebih mahal dari Rumah yang ditinggali Direktur divisi balap tim pabrikan MotoGP

Liputan6.com, Jakarta Sama seperti sepakbola, perputaran uang di lintasan MotoGP tidak kalah deras. Bukan semata skill pembalap, kucuran dana melimpah untuk membangun mesin roda dua bertenaga monster ikut mempengaruhi sukses tim maupun pembalap untuk merajai lintasan.

Baru-baru ini, media Amerika Serikat, USA Today mengungkap harga satu unit motor balap kelas Premier ketika hajatan ini  berlangsung di Indianapolis 2015 pada awal Agustus lalu. Dari hasil penelusuran media tersebut, bila ditotal, harga satu unitnya mencapai USD 2 juta atau senilai Rp 28 miliar (dengan kurs rupiah Rp 14.268). Nominal tersebut terbagi untuk beberapa bagian motor seperti mesin, sasis, suspensi, rem, dan ban.

Menurut pengakuan staff ahli Ducati, Julian Thomas, pada dasarnya motor MotoGP dibuat tangan dan tidak diproduksi massal alias prototype.

Motor MotoGP

"Setiap mesin juga dibuat per-bagian," kata Bob Starr, salah seorang petinggi Yamaha. Starr menjelaskan, biaya paling banyak tersedot untuk mengembangkan mesin. Terlebih untuk tim pabrikan, penyelenggara hanya mengizinkan tim memakai 7 mesin untuk satu musim. "Mesin harus dirancang agar bisa memberikan kinerja puncak dan didapat diandalkan agar bisa mengikuti lomba sebanyak mungkin."

Sementara itu, Tim Prinsipal Repsol Honda, Livio Suppo mengungkapkan, tingginya harga satu unit motor MotoGP ikut dipengaruhi kerja sama pihak ketiga. Ada beberapa bagian tertentu pada motor yang harus dikerjakan oleh pihak ketiga. Livio mencontohkan, Honda tidak bisa memakai sok depan buatan pabrikan untuk dipasang di MotoGP agar motor mencapai performa yang diinginkan dan nyaman dikendarai.

"Karena itu, kami menunjuk pihak ketiga seperti Ohlins," ujar Livio dikutip dari USA Today.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gandeng produsen lain

Biasanya, konsumen termasuk Honda harus mengeluarkan budget sekitar USD 3 ribu (Rp 42 juta) hingga USD 15 ribu (Rp 214 juta) untuk membuat sok depan sesuai spesifikasi yang diinginkan tim. Livio menjelaskan, harga motor massal seperti CBR 1000 RR lebih murah dibanding MotoGP. Sebab, suku cadang motor tersebut diproduksi oleh pabrikan.

"Sedangkan, pada motor MotoGP Anda harus membuat parts satu per satu. Itulah sebabnya, mengapa harganya mahal." Perlu diketahui, harga motor produksi massal seperti CBR 1000 RR adalah Rp 575 juta sedangkan MotoGP harganya mencapai 10 digit.

Mesin menjadi bagian paling mahal. Laporan menyebut, satu bongkahan mesin Honda nilainya mencapai USD 220 ribu. Bila dikurs ke mata uang rupiah mencapai 3,148 miliar. "Biaya untuk Mesin memang paling mahal diantara lainnya," lanjut Livio. Biaya membuat mesin setiap tim berbeda-beda. Tim Valentino Rossi, Yamaha Racing team disebut-sebut 'cuma' mengeluarkan USD 100 ribu atau Rp 1,4 Miliar.

MotoGP

Harga selangit MotoGP juga dipengaruhi penggunaan bahan lain seperti serat karbon. Harga per-pon (0,45 kg) mencapai USD 10 (Rp 140 ribu). Serat karbon digunakan untuk membuat sasis. Selain serat karbon, masih ada bagian motor yang harus dibuat dengan menggunakan baja ringan dan titanium dengan harga bervariasi. Bahan plastik juga diaplikasikan untuk fairing dan seluruh badan motor. Bila ditotal bobot motor dan pembalap harus memenuhi kriteria, 157kg ditambah pembalap.

Ini masih ditambah dengan pengembangan Electronic Control Unit serta bahan bakar. Dana pun semakin melejit untuk mengembangkan sistem pengereman dengan kanvas berbahan keramik serta piringan cakram dari baja tahan panas hingga ratusan derajat.

"Belum lagi biaya tambahan perbaikan bila pembalap crash plus rangkaian perawatan lainnya," ucap Livio.

Banderol selangit MotoGP juga tidak dapat dipisahkan dari gearbox atau rumah transmisi yang nilainya nyaris sama dengan dapur pacu. Presiden Divisi balap Honda, Shuhei Nakamoto mengungkapkan, transmisi dibuat khusus dan hanya bekerja di putaran mesin atas. Dan, tidak cocok digunakan pada motor produksi massal.

"Pembayaran harus terpisah karena harganya sangat mahal, bahkan lebih mahal dari rumah yang sekarang saya tinggali," kata Nakamoto. (Rjp/Ary)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini