Sukses

Piala Presiden 2015: Keras di Lapangan, Dewasa dalam Bertindak

Apakah ini sinyal kuat pemain sudah mulai dewasa atau semata faktor uang? Tapi yang pasti ide Mahaka pantas diacungi dua jempol.

Liputan6.com, Jakarta - Perhelatan Piala Presiden telah memasuki babak perempat final. Drawing fase knock-out rampung digelar pada Jumat 11 September 2015 sore waktu setempat. Delapan tim yang bertarung di babak ini telah bertemu 'pasangan' masing-masing.

Menarik ditunggu, duel Persib Bandung kontra Pusam Borneo FC. Duel berlabel pemain Timnas bakal tersaji di perempat final yang mulai diputar pada 19 September mendatang. Kemudian, pertandingan tidak kalah seru terjadi antara Arema Cronus vs Bali United. Partai senior vs junior. Sedangkan, pemain jebolan Timnas U-19 yang tergabung di Persebaya United bakal bersua Sriwijaya FC. PSM Makassar bakal menentukan nasib dengan menghadapi Mitra Kukar.

Terlepas dari hasil undian, acungan jempol pantas diberikan pada seluruh kontestan Piala Presiden 2015. Meski bertabur kartu kuning, citra turnamen ini tetap terjaga. Hampir tidak ada kerusuhan ataupun insiden yang membetot perhatian publik selama turnamen ini berlangsung.

Piala Presiden

Dari catatan Liputan6.com, di hari pembuka Piala Presiden pada 30 Agustus 2015 lalu, 10 kartu kuning keluar dari kantong wasit dalam dua pertandingan pertama antara Bali United vs Persija dan Mitra Kukar vs Persita Tangerang. Total, terdapat 86 kartu kuning dalam 24 pertandingan sepanjang babak penyisihan grup dari grup A hingga D.

Bila dirata-rata, terdapat 3 kartu kuning dalam satu partai. Jumlah yang cukup tinggi mengingat Piala Presiden turnamen untuk mengisi kekosongan kompetisi di tengah konflik Menpora vs PSSI. Khusus kartu merah, hanya 4 pemain yang mendapatkannya yaitu Alan Aciar, Hendra Wijaya, Erik Setiawan, Iqbal Samad, dan Rio Ramandika.

Meski keras, pemain tetap mampu menjaga sportivitas dan tidak mencederai pertandingan dengan aksi menyentuh wasit. Setidaknya, sampai babak penyisihan grup rampung digelar. Semoga situasi kondusif ini tetap terjaga hingga laga pamungkas nanti.

Persib Bandung

Sejak jauh-jauh hari sebelum perhelatan berlangsung, Mahaka selalu promotor telah mengultimatum peserta untuk menjaga sportivitas serta meninggalkan budaya ricuh yang sudah kental dengan sepakbola Indonesia. Salah satu jurus Mahaka adalah, menerapkan sistem deposit pada setiap tim. Mahaka memotong pendapatan klub di babak penyisihan grup yang nilainya terhitung tidak sedikit.

Promotor memangkas Rp 50 juta bagi setiap tim yang terlibat kericuhan dari total subsidi sebesar Rp 600 juta. Nominal itu diberikan pada setiap tim yang tampil di babak penyisihan grup.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inovasi Mahaka

Cara Mahaka ini terhitung efektif untuk menekan angka keributan di lapangan hijau. Terbukti, tidak ada satu pemain pun yang berani menyentuh wasit; yang selama ini menjadi sasaran tembak pemain bila tidak puas terhadap keputusan sang pengadil. Kalaupun terjadi silang pendapat antarpemain diselesaikan saat itu juga tanpa aksi anarkis.

CEO Mahaka, Hasani Abdulgani menyatakan, sikap dewasa pemain dan jajaran tim ikut mendongkrak kualitas pemain. Dia berharap banyak, inovasi ini mampu membuat kompetisi di Indonesia memiliki daya jual tinggi. "Sepakbola di Indonesia pasarnya sangat tinggi, tapi imej-nya rendah," sambung Hasani.

Persebaya Surabaya

"Yang dirindukan malah menjadi barang busuk. Imej turun karena fans sendiri, misalnya bertengkar di lapangan atau wasit yang diserang."

Dia menyatakan, kualitas Piala Presiden berbanding lurus dengan kepemimpinan wasit yang berintegritas. Dia menjamin, seluruh pertandingan dari babak penyisihan grup terbebas dari skandal pengaturan skor dan intimidasi terhadap sang pengadil. "Dari pandangan kami, tidak ada wasit yang dibeli. Dan sudah seharusnya, pemain dewasa begitu juga pengurus."

Minimnya masalah yang terjadi tidak lepas dari sikap profesional Mahaka yang bersikap profesional. Terutama dalam membayarkan hak pemain dan klub. Menurut Hasani, Senin 14 September 2015 mendatang pihaknya bakal membayar lunas match-fee. "Tentu tidak akan 200 juta kalau tim itu dapat kartu merah atau kuning."

Apakah ini sinyal kuat pemain sudah mulai dewasa atau semata faktor uang? Tapi yang pasti ide Mahaka pantas diacungi dua jempol. (Rjp/Rco)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini