Sukses

4 Pemain Asing Jebolan Liga Indonesia yang Meninggal di Usia Muda

Terakhir sepak bola Indonesia dikejutkan oleh kabar meninggalnya Ali Khadaffi. Siapa dia?

Liputan6.com, Jakarta Kabar duka kembali menyelimuti sepak bola Indonesia. Salah seorang pesepak bola asing yang pernah tampil di kompetisi tertinggi Tanah Air, Liga Super Indonesia (ISL) Ali Khaddafi, meninggal dunia di usia yang masih muda, yakni 31 tahun.

Kabar meninggalnya Khaddafi sempat ramai di media sosial. Pemain asal Togo tersebut dikabarkan tutup usia akibat penyakit paru. Khaddafi meninggal di negara asalnya, Togo.

Khaddafi bukanlah pemain asing jebolan Liga Indonesia pertama yang meninggal di usia muda. Sebelumnya setidaknya ada tiga pemain lain yang harus tutup usia karena menderita sakit. Mereka juga meninggal di usia yang belum mencapai 40 tahun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Ali Khaddafi

1. Ali Khaddafi
Khaddafi memang bukan nama yang asing bagi pecinta sepak bola nasional. Pertama kali datang ke Indonesia, Khaddafi bermain untuk PSM Makassar. Sebagai gelandang, pemain berpostur 182 cm tersebut sempat disegani tim-tim lawan.

Setelah 2 tahun bersama PSM, Khaddafi kemudian pindah ke Bontang FC (2009-11). Selanjutnya dia kembali berganti-ganti klub. Mulai dari PSPS Pekanbaru (2011-12), Sriwijaya FC (2012-13), Madura United (2013-14), dan Perseru Serui (2014).

Saat kompetisi berhenti, Khaddafi memutuskan pulang ke negaranya. Namun dia tidak kembali lagi ke Indonesia untuk selama-lamanya. Senin (19/10/2015), Khaddafi dikabarkan meninggal di negaranya usai menderita penyakit paru-paru.

3 dari 5 halaman

Frank Seator

2. Frank Jean Seator
Dua tahun lalu, sepak bola Indonesia juga sempat dikejutkan oleh kabar duka yang dialami Seator. Pemain asal Liberia itu meninggal di rumah sakit Hospital Firestone karena sakit. Seator mengembuskan napas terakhirnya di usia 37 tahun.

Seator merupakan pemain yang memiliki jam terbang yang tinggi di sepak bola Asia. Saat pertama kali berkiprah sepak bola Tanah Air, Seator membela tim Ibu Kota Persija Jakarta.  

Namun Seator gagal bersinar bersama Macan Kemayoran. Setelah empat bulan, dia ditendang dan kemudian bergabung dengan Sriwijaya FC (2006). Selanjutnya dia juga pernah memperkuat Persis Solo (2007) dan Persikabo Bogor (2008-09).

4 dari 5 halaman

Sekou Camara

3. Sekou Camara (PBR)
Di tahun yang sama, sepak bola Indonesia kembali berduka. Sekou Camara, pemain asal Mali, meninggal dunia saat sedang mengikuti latihan bersama Pelita Bandung Raya (PBR).

Peristiwa tragis ini bermula saat PBR melakukan persiapan menghadapi laga lanjutan ISL, 27 Juli 2013. Di tengah-tengah latihan, Camara tiba-tiba terjatuh dan tak sadarkan diri. Dia kemudian dilarikan ke RS Halmahera. Namun, nyawanya tidak tertolong dan meninggal dunia pada pukul 23.48 WIB. Camara tewas di usia yang baru menginjak 27 tahun.

Camara meninggal usai mengalami serangan jantung. Setelah disemayamkan di RS Santo Barromeus, Camara kemudian diterbangkan ke Mali. Jenazah Camara diberangkatkan oleh segenap pemain dan pelatih The Boys Are Back kala itu.

5 dari 5 halaman

Diego Mendieta

4. Diego Mendieta
Nasib lebih tragis menimpa pemain asal Paraguay, Diego Mendieta. Pemain yang memperkuat Persis Solo itu meregang nyawa gara-gara tak sanggup membiayai pengobatannya. Mendieta meninggal di usia 32 tahun.

Mendieta terakhir kali bermain untuk Persis Solo bermain di Liga Premier Indonesia (IPL). Tragedi ini bermula saat Mendieta menjalani perawatan karena cytomegalovirus di RS Dr Moewardi. Namun kisruh yang tak berujung di tubuh Persis membuat gaji Diego selama empat bulan tak kunjung dibayar.

Begitu juga dengan uang muka kontrak. Totalnya mencapai Rp 131 juta. Hal itu membuat Diego kesulitan membayar pengobatan. Padahal, penyakitnya yang diderita tidak terlalu sulit untuk disembuhkan, meski memang biayanya tidak sedikit.

Tak hanya kesulitan membayar rumah sakit, untuk makan, bayar kos juga sampai harus berutang. Nyawanya tak tertolong. Keinginan bertemu dengan keluarga juga tidak kesampaian karena tak punya uang untuk ongkos pulang.

Mendieta akhirnya meninggal Selasa dini hari, 4 Desember 2012 di Rumah Sakit Dr Moewardi, Solo. Jenazah baru bisa diterbangkan ke negara asalnya, Paraguay, keesokan harinya. (Rco/Ian)*


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.