Sukses

Surabaya United Vs Arema: Jaga Gengsi

Rivalitas antara Malang dan Surabaya ikut meningkatkan tensi pertandingan

Liputan6.com, Yogykarta - Duel Jawa Timur tersaji di babak 8 besar Piala Jendral Sudirman 2015. Arema Cronus menghadapi Surabaya United. Rivalitas antara Malang dan Surabaya ikut meningkatkan tensi pertandingan di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Sabtu (19/12/2015).

Bentrok antar suporter kerap tercipta di duel ini. Bahkan, tidak jarang venue pertandingan harus digeser ke tempat yang lebih aman mengingat besarnya potensi kericuhan di laga ini. Pada perhelatan Piala Gubernur pertengahan tahun lalu, panpel terpaksa memainkan duel ini ke Lapangan Bumimoro milik TNI-AL.

Di masa lalu, kedua kelompok suporter kerap berseteru, tidak jarang pecah di jalan tol. Pengamanan ekstra ketat diberlakukan bagi tim tamu saat menjalani partai tandang ke Malang atau Surabaya. Ribuan aparat keamanan diterjunkan untuk mengamankan duel ini.

Jaga gengsi jelas menjadi tajuk utama pertandingan ini. Meskipun, di mata Joko, Surabaya United dan Persebaya United tidak dapat dibandingkan.

"Kalau ada yang bilang ini rivalitas Arema dan Persebaya, terlalu berlebihan, tapi kalau Malang dan Surabaya mungkin benar. Tapi Surabaya United bukan Persebaya yang dulu menjadi rival berat Arema. Dari semua aspek berbeda," kata Joko Susilo pelatih Arema.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lempar Pujian

Panas di luar lapangan ternyata tidak merembet ke dalam lapangan jelang bentrokan kedua kubu, Sabtu akhir pekan ini. Kedua pelatih justru saling lempar pujian. Tanpa psywar jelang bentrokan besar di depan. Pelatih Surabaya United, Ibnu Grahan dan Joko Susilo sebagai juru taktik Arema satu angkatan di kursus kepelatihan A AFC.

"Ibnu memiliki potensi bagus sebagai pelatih. Saya tahu kemampuan dia karena seangkatan ketika mengambil lisensi A AFC. Dia pintar dalam meramu strategi dan pintar membaca permainan lawan. Saya bakal menghadapi tim bagus dengan skuat berkualitas," puji Joko.

Mantan asisten pelatih Arema ini pun merasa, Si Buaya, julukan Arema bakal lebih berbahaya lantaran tuntutan misi wajib menang untuk membuka jalan ke semifinal. "Mereka punya aset bagus. Plus motivasi berlipat setelah kalah di pertandingan pertama. Tuntutan wajib menang membuat Surabaya United bisa tampil berbahaya," sambung pelatih asal Cepu tersebut.

Skema bola-bola mati menjadi alternatif strategi Arema ketika menghadapi Surabaya United. Menurut Joko, tim asuhannya mencetak 4 dari 11 gol di babak penyisihan grup tercipta dari bola-bola mati.

"Kalau tidak memecah kebuntuan melalui open play, kami mengoptimalkan kesempatan dari bola mati. Terutama dari tendangan bebas dan sepak pojok."

Di lain pihak, Ibnu membalas pujian yang dilontarkan Gethuk. Di mata mantan pemain legendaris Persebaya Surabaya ini, Joko loyalis Arema."Joko mendapat kesempatan yang sudah waktunya didapat," kata  Ibnu. "Setelah Suharno meninggal dia memegang penuh kendali Arema. Saya melihat, perkembangan tim semakin membaik. Salah satunya karena kinerja Joko."

Dari klasemen grup E, Singo Edan menempati peringkat dua mengemas 3 poin. Sedangkan, Surabaya berada satu tempat di bawah Arema tanpa poin. Wuju

3 dari 3 halaman

Si Buaya Terancam Pincang

Sementara itu, Si Buaya terancam pincang menghadapi Arema. Sebab, manajemen memecat empat pemain. Bukan karena terlibat match-fixing alias skandal pengaturan skor, tetapi murni karena performanya yang dianggap menurun.

"Mereka saya pecat karena performanya tidak bagus sejak babak penyisihan grup. Kalau saya pakai terus, tim ini malah rugi. Jadi lebih baik saya putus saja," ujar CEO Surabaya United, Ibnu Grahan. Empat pemain yang didepak adalah, Otavio Dutra, Pedro Javier, kiper Jendri Pitoy dan Thiago Furtuoso.

Namun, keputusan tersebut justru membuat sang pelatih, Ibnu Grahan, harus putar otak mencari pemain."Hari ini kami baru selesai latihan. Dalam latihan kali ini, kami mencari pemain yang pas untuk menggantikan posisi Otavio Dutra," imbuh Ibnu Grahan kepada Liputan6.com, Jumat (18/12/2015).

Selain itu, Ibnu pun cukup dibuat bingung dengan lini depan setelah Pedro mengalami nasib dicoret  dari tim karena performanya disebut tidak memuaskan."Tidak hanya mencari pengganti Dutra, saya juga mencari pemain pas untuk menggantikan Pedro Javier. Sepertinya, Fandi Eko bisa menggantikan Pedro di posisi striker," dia menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.