Sukses

Sejarah dan Sang Midas, Harapan Chelsea Musim Ini

Chelsea sedang sakit. The Blues yang biasanya bersaing untuk memperebutkan gelar juara Liga Inggris kini terpuruk di papan bawah.

Liputan6.com, London: Chelsea sedang sakit. The Blues yang biasanya bersaing untuk memperebutkan gelar juara Liga Inggris kini terpuruk di papan bawah.

Chelsea kini ada di peringkat ke-15 klasemen sementara. John Terry dan kawan-kawan hanya mengemas 18 poin dari 17 laga. Total, Chelsea sudah sembilan kali kalah.

Baca Juga

  • Pedrosa Kena Kasus Pajak, Begini Komentar Pengacaranya
  • Boxing Day: 5 Tim Raksasa Bisa Terjungkal
  • Liverpool Masih Bisa Raih Gelar Musim Ini


Dengan kondisi itu, finis di empat besar pada akhir musim merupakan tugas berat bagi Chelsea. Apalagi, Liga Inggris sebentar lagi memasuki paruh musim kedua.

Terlepas dari hal itu, fans Chelsea tak perlu pesimistis. Pasalnya, berdasarkan sejarah dalam 6 tahun terakhir, Chelsea justru kerap sukses jika ditangani manajer interim.

Dimulai dari 2009 ketika Guus Hiddink menggantikan Luiz Felipe Scolari. Hiddink kala itu sukses mengangkat kembali performa Chelsea yang sempat jeblok di bawah arahan Scolari.

Hiddink masuk ke Chelsea Februari 2009. Tugas Hiddink adalah memastikan Chelsea bisa masuk zona Liga Champions untuk musim 2009/10.

Di akhir musim, Hiddink membawa Chelsea akhirnya finis di tempat ketiga di bawah Liverpool dan Manchester United yang menjadi juara. Ia juga sukses mempersembahkan Piala FA pada Chelsea.

Sosok Hiddink digemari oleh para pemain juga fans. Maka dari itu, mereka pun sempat meminta Roman Abramovich mempermanenkan mantan pelatih timnas Korea Selatan itu.

Sayangnya, Hiddink harus kembali ke tugas intinya sebagai pelatih timnas Rusia. Sebagai tanda mata perpisahan, para pemain Chelsea memberikan jersey dengan tanda tangan semua penggawa The Blues.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cerita Sukses Manajer Interim

Cerita kesuksesan Chelsea bersama manajer interim berlanjut di musim 2012 bersama Roberto Di Matteo. Alurnya pun sama: Chelsea terpuruk lalu memecat manajer tetapnya, Andre Villas Boas, sebelum musim kompetisi 2011/12 berakhir.

Di Matteo pernah bermain bagi Chelsea dari 1996 hingga 2002. Tak heran, fans pun menyambut baik penunjukkan dirinya sebagai manajer.

Kepercayaan itu dibayar Di Matteo dengan gelar juara Liga Champions 2011/12. Di final, Di Matteo membawa Chelsea mengalahkan tuan rumah Bayern Muenchen 4-3 dalam babak adu penalti di Allianz Arena.



Itu adalah gelar Liga Champions pertama Chelsea, sepanjang sejarah klub.

Kesuksesan itu membuat Di Matteo didapuk menjadi manajer tetap Chelsea di musim 2012/13 per 13 Juni 2012. Namun penunjukkan ini justru menjadi bumerang bagi Chelsea.

Alih-alih sukses, Di Matteo gagal membantu Chelsea lolos dari fase grup Liga Champions. Jika dihitung-hitung, ia hanya 6 bulan berstatus sebagai manajer tetap Chelsea, karena dipecat pada November 2012.

Sebagai ganti Di Matteo, Chelsea membuat langkah kontroversial dengan mengangkat mantan manajer Liverpool, Rafael Benitez. Kontroversial karena saat masih menukangi Liverpool, Benitez kerap melontarkan psywar pada Chelsea.

Karena itu pula, fans Chelsea memprotes penunjukkan Benitez. Mereka mencemooh Benitez ketika ia memimpin Chelsea di pertandingan kandang. "Mereka masih ingat kesuksesan yang kami raih di Liverpool, saat melawan mereka, melawan Chelsea yang disebut amat kuat saat itu. Mungkin hal tersebut melekat amat kuat di benak mereka," kata Benitez 2013 silam, mengenang masa-masanya bersama Chelsea.

Fans Chelsea boleh saja mencemooh Benitez. Tapi Benitez memberikan bukti konkret. Di tangan Benitez, kegagalan Chelsea ke babak 16 besar Liga Champions dibayar lunas dengan menjuarai Liga Eropa, sebelum ia angkat koper, Mei 2013.

3 dari 3 halaman

Sentuhan Emas Sang Midas

"Hanya ada pola: pola di atas pola, pola yang ada di atas pola lainnya, pola yang berdampak ke pada pola yang lainya lagi. Jika Anda melihat dari dekat, sejarah tidak melakukan apapun melainkan mengulang-ulang dirinya sendiri," begitu kata novelis asal Amerika Serikat, Chuck Palahniuk.

Pada musim ini, Chelsea memecat manajer tetap mereka, Jose Mourinho. The Special One harus lengser karena serangkaian hasil buruk dan ketegangan di internal tim. Beberapa pemain Chelsea disebut-sebut mulai tak suka dengan manajer asal Portugal itu dan melakukan pembangkangan.

Mourinho sendiri sempat mengeluhkan perilaku para pemainnya usai kalah 2-1 dari Leicester, dua pekan lalu. "Saya merasa pekerjaan saya dikhianati, sulit untuk kami mencetak gol ketika Anda memiliki pemain yang tidak berada dalam level terbaiknya,” kata Mourinho.

Setelah berbagai rumor, pemilik Chelsea, Roman Abramovich akhirnya memilih kembali Guus Hiddink sebagai manajer interim. Untuk kedua kalinya, Sang Midas -julukan Hiddink- datang ke Stamford Bridge dengan status manajer interim. Midas sendiri adalah nama raja dalam mitologi Yunani, yang terkenal bisa mengubah apapun yang dia sentuh menjadi emas.

Julukan ini diberikan pada Hiddink setelah ia sukses membawa Korea Selatan ke Semifinal Piala Dunia 2002. Padahal, Korea Selatan kala itu sama sekali bukan tim unggulan.



Di Chelsea kali ini, tugas Hiddink sama dengan tugas pertamanya pada 2009: menyelamatkan nasib Chelsea. Selain Liga, Chelsea masih berkiprah di Piala FA dan Liga Champions.

Sekedar informasi, di periode pertama, dua kompetisi itu juga masuk jadi agenda Hiddink. Maka bukan tidak mungkin, di akhir musim, Hiddink akan mengeluarkan sentuhan emasnya dan menyelamatkan Chelsea. Lebih dari itu, memboyong kembali trofi Piala FA ke Stamford Bridge, dan trofi Liga Champions, yang gagal ia persembahkan di periode pertamanya usai Chelsea takluk dari Barcelona di Semifinal.

"Saya antusias untuk kembali ke Stamford Bridge," ujar Hiddink.

Fans Chelsea, tersenyumlah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini