Sukses

[OPINI] Sang `Juru Selamat`

Bagi Van Gaal, Wayne Rooney bisa jadi seperti Mark Robins bagi Sir Alex Ferguson 26 tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Ada sebuah pemandangan yang menggelitik nostalgia saya ketika mengomentari laga Piala FA putaran ketiga, 10 hari lalu di sebuah stasiun televisi, dari Stamford Bridge antara tuan rumah Chelsea menghadapi lawannya Scunthorpe United. Nostalgia terhadap sosok yang menangani klub League One, kasta ketiga sepakbola Inggris itu.
 
Adalah Mark Gordon Robins yang terlihat santai di pinggir lapangan. Wajahnya jauh dari ketegangan, menyaksikan anak asuhannya memberikan perlawanan terhadap The Blues walaupun akhirnya kalah lewat gol gol Diego Costa dan Ruben Loftus-Cheek, dan tersingkir dari Piala FA 2015/16.

Bukan tersingkirnya klub yang sementara ada di peringkat 16 League One itu yang ingin saya bicarakan. Ingatan saya menerawang jauh ke belakang pada kejadian di awal Januari 26 tahun lalu, saat Mark Robins masih menjadi pemain.  

Dia seorang striker spesialis pengganti di skuad Manchester United (MU) yang saat itu ditangani oleh Alex Ferguson. Saat itu, sang pelatih yang kemudian menjadi sangat fenomenal ada di musim keempatnya sebagai manager di Old Trafford. 

Masih nirgelar dan dimusim berjalan 1989/90 itu, Red Devils sementara berada diurutan ke-15 klasemen Divisi Utama dan sudah tersingkir dari Piala Liga. Sehingga walaupun dibantah oleh Martin Edward -Presiden MU saat itu- spekulasi media adalah Alex Ferguson akan dipecat jika tersingkir di putaran ketiga Piala FA.

Dan nasib tersingkir sudah di ambang mata, ketika the gaffer memutuskan memasukkan Mark Robins ke lapangan City Ground dan kemudian membuahkan hasil, ketika pemain yang dalam sejarahnya bersama The Red Devils membukukan 11 gol dalam 48 penampilan, menciptakan gol tunggal kemenangan dari umpan Mark Hughes, untuk menyingkirkan tuan rumah Nottingham Forest di punghujung laga.

Dalam salah satu bukunya setelah sukses, Ferguson menulis, biasanya Robins gagal menyelesaikan peluang seperti itu dalam latihan, tapi dia beruntung karena mendapat dorongan dari bek kiri Forest, Stuart Pearce.  

Beruntung atau tidak, itulah sepak bola. Robins yang sepanjang musim itu menciptakan tujuh gol liga dan tiga gol piala FA – termasuk satu gol kemenangan di perpanjangan waktu semifinal menghadapi Oldham Athletic – selalu dikenang sebagai pemain yang menyelamatkan karier Sir Alex Ferguson.

Tanpa Robins, sejarah tidak akan mencatat Ferguson mempersembahkan Piala FA musim itu yang juga gelar pertamanya bagi Manchester United. Dan tentunya dengan kemungkinan besar dipecat sehingga pasti tidak akan kita saksikan gelar-gelar berikutnya bagi MU. Gambaran bagaimana satu momentum kecil di lapangan hijau bisa mengubah sejarah keberhasilan seseorang.

Juru Selamat bagi Van Gaal

Mengapa saya panjang lebar menyebut Mark Robins sebagai juru selamat SAF alias Ferguson? Saya percaya, setiap individu punya malaikat pelindung yang akan berusaha melindungi jiwa kita setiap saat.

Entah berhasil atau tidak. Entah untuk kepentingan yang dilindungi atau hanya sekedar untuk kepentingan si malaikat saja. Saya pikir, sosok malaikat pelindung seperti inilah yang dibutuhkan oleh Louis van Gaal, manager Setan Merah yang saat ini sama dengan Ferguson, 26 tahun lalu.  

Dalam tekanan untuk mengangkat Manchester United, MU sudah tersingkir dari Liga Champion, juga dari Piala Liga. Dan hanya menduduki peringkat lima premier league yang di luar target zona Liga Champion. Dengan permainan yang jauh dari efektif apalagi impresif, satu satunya cara bagi van Gaal untuk menyelamatkan dirinya adalah memenangkan gelar piala FA atau Liga Eropa.

Piala FA putaran ketiga membuktikan, sekecil apapun, luck ada dalam diri van Gaal dan MU. Penalti yang mereka dapat di injury time laga menghadapai tamu dari kasta ketiga sepakbola Inggris, Sheffield United dan diselesaikan oleh Wayne Rooney adalah gambaran, Dewi Fortuna bisa terus menyambangi United di musim yang sulit sekalipun.

Rooney jelas gambaran keseluruhan keberuntungan pada United akhir akhir ini. Net-Flick goal dalam laga menghadapi Swansea City yang merupakan gol kemenangan di awal tahun, sekaligus kemenangan perdana atas Swansea City bagi van Gaal, setelah tiga laga sebelumnya van Gaal selalu dipecundangi The Swan. Juga dua golnya saat MU ditahan imbang oleh Newcastle United dikandang sendiri. Dan tentunya gol kemenangan di Anfield tiga hari lalu.  

Di musim di mana sebuah klub tidak bermain seperti yang diharapkan, sehingga manejer selalu dalam tekanan di mana strateginya selalu disalahkan, dibutuhkan sosok individu yang bisa membawa perubahan. Rooney mungkin tidak dalam performa terbaiknya musim ini.
 
Tapi saya percaya, dengan pengalaman dan juga motivasi setelah empat gol dalam tiga laga terakhir, yang membuat jumlah golnya bagi United menjadi 176 gol – rekor gol individu bagi sebuah klub – kapten MU dan timnas Inggris ini bisa jadi seperti Mark Robins bagi Sir Alex Ferguson 26 tahun lalu.

Saya juga yakin, bahwa musim ini bukan musimnya Manchester United untuk jadi juara liga. Tapi, laga Premier League berikut dikandang menghadapi Southampton dan laga putaran keempat yang sulit,  tandang ke Pride Park Stadium, menghadapi urutan ketiga klasemen sementara Championship – kasta kedua sepakbola Inggris – Derby County, akan memperlihatkan bagaimana van Gaal membutuhkan seorang juru selamat, dalam sosok Wayne Rooney. Sehingga saya masih yakin bahwa Piala FA atau Liga Eropa akan merupakan ajang yang akan jadi juru selamat bagi van Gaal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.