Sukses

[Opini] Manchester City dan Misi Ekspansi Pep Guardiola

Pep Guardiola punya catatan rasio kemenangan sebagai pelatih sebesar 74,5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika bursa transfer musim dingin 2015/2016 ditutup pada 1 Februari lalu, Manchester City berhasil memastikan nama Josep Guardiola berada di balik kursi kepelatihan di Etihad Stadium untuk musim 2016/2017.

Kabar tersebut langsung disambut gembira fans The Citizens. Ketika rival-rival utama mereka masih kebingungan mencari pelatih untuk musim depan, City justru berhasil "curi start".

Pelatih yang punya nama panggilan "Pep" ini masih harus menghabiskan masa baktinya di FC Bayern Muenchen hingga akhir musim 2015/2016. Namun, dengan segudang prestasi yang ia torehkan semasa menukangi Barcelona dan Muenchen, wajar para pendukung City senang bukan main.

Bagi Pep, Liga Inggris akan menjadi kompetisi liga ketiga yang akan ia jajaki. Sebelumnya, Liga Spanyol dan sekarang Liga Jerman sudah ia 'kuasai' bersama Barcelona dan FC Hollywood.

Hingga pekan ke-19 Bundesliga 2015/2016, Pep punya catatan rasio kemenangan sebagai pelatih sebesar 74,5 persen. Angka tersebut unggul cukup jauh atas sejumlah nama tenar yang pernah menukangi tim di Liga Inggris sebelumnya, seperti Sir Alex Ferguson (62,7), Rafael Benitez (56) dan Jose Mourinho (63,5).

Catatan tersebut juga di atas manajer-manajer tim besar Liga Inggris saat ini seperti Arsene Wenger (57,4) dan Manuel Pellegrini (64,6).


Atmosfer English Premier League (EPL) tentu berbeda dengan La Liga dan Bundesliga. Kompetisi yang dicap sebagai "liga termahal dunia" ini akan memberi tantangan baru pada misi ekspansi Pep. Tingkat persaingan di Liga Inggris yang jauh lebih ketat dan jadwal yang padat harus mampu diadopsi oleh Pep.

Dalam 7 musim terakhir, belum ada tim liga Inggris yang mampu mempertahankan status juara dan runner-up di musim sebelumnya. Jika di La Liga dan Bundesliga dominasi dua atau tiga klub tampak kentara, di Liga Inggris tidak. Musim ini saja tiba-tiba muncul nama Leicester City di papan atas klasemen. Hal yang jarang terjadi di Spanyol dan di Jerman dalam beberapa musim terakhir.

Dengan ambisi menjadi salah satu klub papan atas Eropa, Manchester City tentu berharap banyak pada Pep. Salah satu tugas berat Pep untuk City nanti adalah menjuarai Liga Champions.

Tugas ini masih belum mampu diselesaikan Pep di Muenchen pada dua musim pertamanya. Jika gagal mempersembahkan trofi "si Kuping Besar" untuk Muenchen, sebagai kado perpisahan di akhir musim ini, tekanan bagi Pep di City akan semakin besar.

Pep mengemban misi penting bagi negara kelahirannya dengan menerima tawaran City. Jika nantinya ia berhasil menjuarai EPL bersama Manchester biru, Pep akan menjadi manajer asal Spanyol pertama yang mencapai kesuksesan tersebut.

Sebelumnya, Rafa Benitez dan Quique Flores gagal menuntaskan tugas tersebut. Sementara Roberto Martinez tampak sulit meraih target tersebut dengan tim medioker.

Tantangan yang juga akan cukup menyulitkan Pep adalah aplikasi gaya dan sistem permainan. Pep terkenal dengan sistem permainan pressing ketat yang mengandalkan possession football.

Sementara di Inggris, gaya main yang kerap dipraktikkan adalah quick and fast football dengan patron kick and rush-nya. Gaya yang hingga saat ini belum mampu diadaptasi dengan baik oleh Louis van Gaal maupun Jurgen Klopp.

Penunjukkan Pep sebagai manajer City musim depan yang sifatnya prematur ini, tentu mengapungkan sejumlah spekulasi. Masih banyak tabir yang belum terungkap dalam misi ekspansi Pep. Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan sederhana, "akan sukses kah Pep bersama Manchester City?"

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini