Sukses

Leicester Coba Mengulang Sejarah Blackburn Rovers

Liputan6.com, Jakarta Jalan Leicester City bakal merebut gelar Liga Premier mulai terbuka. The Foxes kini tancap gas sendiri di papan atas klasemen setelah mempermalukan tim favorit Manchester City, Sabtu akhir pekan ini dengan skor telak 3-1.

Baca Juga

  • Michelin Puas Lihat Hasil Tes Pramusim di Sepang
  • Leicester Pagari Jamie Vardy dari Godaan Klub Kaya
  • Top 3 Berita Bola: Pujian untuk Evan Dimas dari La Liga

Sedikit yang memprediksi sepak terjang Leicester bakal merepotkan tim-tim favorit seperti Manchester City, Arsenal, dan Manchester United keluar sebagai juara. Paling jauh, Leicester hanya mampu menempati papan tengah klasemen.

Seperti musim lalu, tim yang bermarkas di King Power Stadium ini hanya malah mengakhiri kompetisi di peringkat 14 alias di papan bawah klasemen.

Kemenangan atas Manchester City, Sabtu (6/2/2016) kemarin membuat tim berlogo Rubah tersebut berjarak enam poin dari The Citizens dan berselisih 5 poin dari Tottenham Hotspur yang berada di tempat kedua.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kenangan Blackburn Rovers

Cerita Leicester kembali membuka kenangan terhadap sukses Blackburn Rovers yang tampil menjadi kampiun musim 1994-95 di era Premier League.

Berstatus sebagai tim underdog, Blackburn ternyata mampu merebut trofi lambang supremasi sepak bola di Inggris 21 tahun lalu.

Ketika itu, The Rovers, julukan Blackburn bersaing dengan sang juara bertahan sekaligus tim langganan juara, Manchester United. Kedua kubu saling bergantian mengisi posisi 1-2 sejak awal Desember 1994.

Penentuan gelar juara ditentukan di pekan terakhir. Blackburn menghadapi Liverpool, sedangkan MU bersua West Ham. Sebelum partai terakhir, Blackburn menempati urutan teratas dengan 89 poin dan MU menempel ketat di posisi kedua berselisih 2 poin.

Tampaknya, tidak sulit bagi MU untuk mengangkat trofi juara di musim tersebut mengingat sang rival utama, Blackburn harus menghadapi tim kuat, Liverpool di Anfield.

Kenny Dalglish dan Tim Sherwood

Skenario MU juara berantakan, karena tim asuhan Sir Alex Ferguson ini hanya mampu bermain imbang 1-1. Padahal, di pertandingan lain Blackburn justru kalah 1-2 dari Liverpool. 

Klasemen akhir, MU harus puas menempati peringkat 2 dengan 88 poin sedangkan, Blackburn tetap 89 poin. Sang pelatih, Kenny Dalglish ketika itu berada di balik layar kisah sukses tim yang berbasis di Lancashire.

Sejarah baru diciptakan Blackburn. Juara di luar The Big Four. Penantian 81 tahun Blackburn merebut gelar juara berakhir manis, tiga musim setelah Liga Inggris menggunakan format Premier League pada 1992. Ini menjadi gelar ketiga Liga Inggris Blackburn. Sebelumnya, tim berlogo bunga mawar ini sudah dua kali merebut juara musim 1911-12 dan 1913-14.

Alan Shearer dan Chris Sutton

Ketajaman stiker Timnas Inggris, Alan Shearer ikut membantu Blackburn keluar sebagai juara. Di musim 1994-95, Shearer mengoleksi 34 gol. Torehan tersebut membuat dia keluar sebagai topskor.

Sama seperti Jamie Vardy, produktivitas gol yang tinggi dari Vardy ikut mendongkrak posisi Leicester. Vardy kini bertengger di puncak klasemen topskor mengantongi 18 gol.

3 dari 3 halaman

Mampukah Leicester Mengikuti Jejak The Rovers

Mampukah Leicester mengikuti jejak The Rovers?

Tim besutan Claudio Ranieri ini menyisakan 13 pertandingan dari total 38 partai.

Leicester masih harus menghadapi tim kuat Arsenal Bila berhasil melewati hadangan Arsenal pekan depan, peluang Leicester juara Liga Premier semakin besar karena setelah itu, lawan-lawan yang dihadapi relatif mudah, sebelum menghadapi MU (30/4/2016) dan Chelsea di pekan terakhir (15/5/2016).

Kesempatan mengalahkan Arsenal terbuka lebar, karena The Gunners masih harus membagi energi di Liga Champions melawan Barcelona. Sedangkan, Leicester tidak bermain di kompetisi Eropa. 

Terlebih, Arsenal juga masih bertarung melawan Hull City di putaran V Piala FA pada (20/2/2016).

Terkait peluang Liecester merebut gelar juara, Ranieri belum mau banyak berkomentar. The Thinkerman masih tetap memijak kaki di bumi.

"Musim ini merupakan liga yang gila. Saya tidak tahu mengapa. Saya tidak berpikir mengenai apakah kami memenangkan liga ini, saya tidak ingin berpikir mengenai itu," ucap Ranieri usai Leicester City mengalahkan City.

"Saya memikirkan tujuh hari berikutnya melawan Arsenal. Laga berat lainnya, tim yang juga memiliki pemain-pemain fantastis begitu juga dengan stadionnya," ujar Ranieri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.