Sukses

Harga Tiket Melambung, Liga Inggris Bakal Dibanjiri Fans Karbitan

Di Jerman, suporter melempari lapangan pertandingan dengan bola tenis.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah spanduk bertuliskan,' Working Class Game, Business Class Prices,' dibentangkan fans Liverpool saat tim kesayangannya bertemu Sunderland di Stadion Anfield, akhir pekan lalu. Bila diterjemahkan, kira-kira spanduk tersebut berbunyi, "Permainan Kelas Pekerja, Harga Kelas Bisnis'.

Dari isinya, jelas spanduk ini tidak ditujukan untuk membangkitkan semangat pasukan The Reds. Sebaliknya, tulisan kreatif tersebut bak sajak satir untuk mengungkapkan kegelisahan mereka.

Baca Juga

  • Menpora dan Komite Ad Hoc Reformasi PSSI Satu Suara
  • Erick Thohir Minta Dicarikan Pembeli Saham Inter Milan?
  • Marquez Bikin Pernyataan Usai 'Diceraikan' Rossi


Setelah membentangkan spanduk, ribuan pendukung Liverpool juga memutuskan walk out di tengah laga. Mereka mulai meninggalkan tempat duduknya saat pertandingan mulai memasuki menit ke-77.

Aksi protes berlanjut saat Liverpool bertemu West Ham United, dinihari tadi. Kali ini, suporter Liverpool lebih tegas dalam menunjuk sasarannya. Dalam salah satu spanduknya, pendukung The Reds menuliskan,  "£77 Fenway Sports' greed" atau "£77 Keserakahan Fenway Sports'.

Lantas apa yang membuat resah pendukung The Reds? Seperti tertera di spanduknya, para pemain ke-12 The Reds ternyata kesal dengan langkah manajemen menaikkan harga tiket musim depan.

Seperti dilansir The Sun, Fenway Sports Group sebagai pemilik The Reds telah menetapkan bahwa tiket termahal bakal mencapai angka £77 atau bila dirupiahkan kira-kira sebesar Rp1.5 juta. Fans marah, karena manajemen seharusnya tidak menaikkan harga tiket mengingat musim depan Premier League bakal mendapat suntikan dana miliaran pounds dari hak siar televisi. Fans menilai, dengan uang masuk melimpah ini, manajemen seharusnya lebih memperhatikan lagi suporter sendiri.

Suporter Borussia Dortmund melemparkan bola tenis ke tengah lapangan.

Di Jerman, aksi protes suporter juga mewarnai duel Borussia melawan Dortmund Stuttgart, dini hari tadi. Pemicunya sama, yakni soal harga tiket pertandingan yang dianggap terlalu mahal. Kekesalan itu akhirnya ditumpahkan dengan cara melempar ratusan bola tenis ke tengah lapangan permainan.

Tidak lupa, fans Dortmund juga membentangkan pesan yang sangat gamblang, 'Sepak bola harus terjangkau'. Selain itu, mereka juga sempat menjauh dari bangkunya selama 20 menit pertama.

Pimpinan Federasi Suporter Sepak Bola,  Malcolm Clarke, dilansir BBC, memahami aksi protes yang dilancarkan sejumlah suporter belakangan ini. Sebab menurutnya, fans seharusnya tidak melulu dijadikan sebagai objek bisnis. Sebaliknya, loyalitas fans juga layak untuk dihargai oleh manajemen.

Menurut Clarke, musim depan, klub-klub Liga Inggris bakal dapat dana melimpah dari penjualan hak siar televisi yang mencapai £5,1 miliar. Dengan demikian, klub-klub terbawah saja sudah mendapat jaminan bakal menerima £99 juta setiap tahunnya. Menurut Clarke, klub-klub bisa saja menggratiskan tiket para fansnya dan tetap menerima pemasukan yang sama dengan tahun ini.

Namun bila tetap ingin mengedepankan sektor bisnis, maka Clrake meramalkan sepak bola Inggris bakal kehilangan atmosfer sebenarnya. Hubungan emosional dengan fans lokal juga akan terputus.

"Fans loyal akan digantikan dengan turis yang datang dengan syal setengah-setengah dan hadir hanya untuk sekadar pamer selfie pernah menyaksikan sepak bola Inggris," kata Clarke.

Harga tiket liga-liga Eropa memang dikenal cukup mahal. Utamanya, Liga Inggris yang dikenal sebagai kompetisi terbaik di dunia. Saat away, biaya yang dikeluarkan fans juga ikut melambung.

Fans melancarkan protes terhadap rencana kenaikan harga tiket Liverpool.

Federasi Suporter Sepak Bola (FSF) memperkirakan, musim depan fans sebenarnya bisa saja hanya mengeluarkan £20 atau kurang untuk sekali laga tandang. Dengan catatan, klub bersedia mengalihkan 0,7 persen dana pemasukan dari hak siar televisi yang bernilai £2.76 miliar.

FSF mengusulkan agar setiap klub meningkatkan biaya subsidi laga away bagi fans dari £200 menjadi £ 1 juta per musimnya. Dengan demikian, beban yang harus dipikul oleh suporter tidak terlalu berat. Dan bila dikalkulasi semusimnya, angka £20 itu hanya 0,72 persen dari pendapatan hak siar televisi. Sekedar catatan, untuk musim ini, setiap klub baru mengalokasikan subsidi sebesar 0,23 persen dari pendapatan hak siar yang mencapai angka fantastis, £1.76 miliar.

"Ketika Anda melihat 0,72 persen pemasukan hak siar diambil untuk mensubsidi para penggemar, itu menunjukkan kekayaan yang dimiliki klub. Gagasan bahwa mereka tidak memiliki uang untuk melakukan hal itu terasa tidak masuk akal," ujar juru bicara FSF seperti dilansir The Sun.

Seorang suporter membentangkan syal bertuliskan dua nama klub Liga Inggris.

"Cukup jelas bahwa penggemar merasa sepak bola itu terlalu mahal. FSF telah lama menyerukan batasan £ 20 untuk tiket away, atau peningkatan substansial bagi intensif suporter tandang."

Aksi boikot sebenarnya bukan pilihan yang mudah bagi suporter yang hendak mendukung timnya bertanding. Namun menurut Tim Payton, fans Arsenal, ada saatnya suporter perlu bersuara.

"Beberapa hari belakangan ini saya melihat sebagian suporter sudah sampai ke titik jenuh. Ini waktunya untuk membagikan uang itu kepada fans dan berhenti memeras kami hingga tak ada lagi yang mau mendukung tim," kata Payton.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.