Sukses

Leicester City, Si Rubah Mangsa Empuk Meriam London

Leicester City menjadi cerita tersendiri di Liga Inggris musim 2015/16.

Liputan6.com, Leicester - Leicester City menjadi cerita tersendiri di Liga Premier Inggris musim 2015-16. The Foxes -julukan Leicester- yang semula hanya berstatus tim semenjana, di musim ini malah masuk bursa juara Liga.

Hingga pekan ke 26, tim asuhan Claudio Ranieri itu masih memimpin klasemen dengan 53 poin dari 26 pertandingan. Posisi demikian jarang sekali ditempati tim seperti Leicester yang biasanya hanya menargetkan untuk tidak terdegradasi.

Baca Juga

  • Tottenham Benamkan Man City di Etihad
  • 6 Perusahaan Indonesia Yang Bikin Klub Liga Inggris Makin Kaya
  • Dramatis, Arsenal Gebuk Leicester City di Menit Akhir

Dongeng indah Leicester sudah dimulai sejak pekan-pekan awal Liga Premier Inggris musim ini. Dari empat pertandingan awal pada Agustus 2015 lalu, Leicester sama sekali tak pernah tersentuh kekalahan (2 menang, 2 imbang).

Kisah manis tersebut lalu berlanjut hingga paruh pertama musim 2015-16, Desember tahun lalu. Leicester menutup tahun dengan duduk sebagai runner up. Dengan poin 39, Jamie Vardy dan kawan-kawan hanya kalah selisih gol dari juara paruh musim, Arsenal.

Keberhasilan Leicester tidak terlepas racikan strategi Ranieri dan performa apik para pemain. Namun, ditelisik lebih dalam, dua nama pemain yakni Riyad Mahrez dan Jamie Vardy menjadi figur kunci di balik gemilangnya penampilan Leicester.

Riyad Mahrez saat mencetak gol ke gawang Manchester City. Pemain Aljazair ini jadi figur penting kesuksesan Leicester di musim ini.

Ya, Vardy dan Mahrez menjadi duet mematikan di lini serang Leicester. Dua pemain itu total telah membukukan 33 gol. Rinciannya, Mahrez mengemas 14 gol dan Vardy 19 gol. 

Dari semua kisah manis Leicester di Liga Premier Inggris itu, ternyata ada satu yang tak bisa dilakukan Si Rubah: mencuri poin dari Arsenal. Di paruh musim pertama, Leicester yang saat itu tak terkalahkan di enam pertandingan harus menjamu Arsenal di King Power Stadium. Rasa percaya diri meliputi skuat Ranieri.

Mereka unggul cepat lewat gol Jamie Vardy. Tapi, Arsenal kemudian menggila. The Gunners memberondong gawang Leicester dengan empat gol sebelum menutup pertandingan dengan skor 5-2.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Awal Petaka

Cerita yang sama terulang Minggu (14/2/2016) malam. Leicester bertandang ke markas Arsenal, Emirates Stadium dengan modal tak terkalahkan di tujuh pertandingan sebelumnya.

Bermain atraktif, Leicester unggul lebih dulu setelah Jamie Vardy sukses mengeksekusi penalti. Sayang, target meraih poin atas Arsenal musnah. 

Gelandang Leicester, Danny Simpson diusir wasit setelah menerima kartu kuning kedua di menit 54. Bermain dengan 10 orang membuat Leicester terus-menerus dibombardir Meriam London.

Di menit 70, gol bagi Arsenal lahir lewat aksi Theo Walcott. Meski demikian, Leicester tetap mampu bertahan dan tinggal selangkah lagi mencuri poin dari Arsenal. Wasit memberikan jatah perpanjangan waktu 4 menit.

Di sinilah, puncak petaka bagi Leicester terjadi.

Pelanggaran Marcin Masilewski terhadap Nacho Monreal di sekitar area penalti membuat wasit menghadiahkan tendangan bebas pada Arsenal. Mesut Ozil yang mengeksekusinya, mengirim umpan ke kotak penalti Leicester.

Umpan tersebut diselesaikan dengan manis oleh Danny Welbeck yang baru masuk di menit 83. Welbeck membobol gawang Kasper Schmeichel dengan sundulannya.

Meriam London, julukan Arsenal, kembali menembak jatuh Leicester.

Striker Leicester, Jamie Vardy (depan) usai kekalahan 1-2 dari Arsenal, Minggu (14/2/2016) malam tadi.

3 dari 3 halaman

Mengganjal

Saat wasit meniup peluit akhir pertandingan, Manajer Leicester Claudio Ranieri tidak langsung bersalaman dengan Arsene Wenger lalu masuk ruang ganti. The Tinkerman -julukan Ranieri telihat terpaku memandangi lapangan.

Tidak percaya. Target untuk meraih poin yang tinggal di depan mata, harus sirna dalam sekejap.

"Sangat sedih. Saya juga. Saya tertawa dengan Anda karena saya kuat dan saya ingin para pemain mengikuti saya," kata Ranieri dalam jumpa pers usai pertandingan seperti dikutip ESPNFC.

Manajer Leicester, Claudio Ranieri saat pertandingan melawan Arsenal, Minggu (14/2/2016) malam WIB.

Ranieri pantas bersedih. Itu lantaran Leicester selalu berhasil mencuri poin atas tim-tim besar di musim ini. Secara tidak langsung, hal tersebut tentu menunjang penampilan Leicester di musim ini.

Melawan Chelsea, mereka menang 2-1 di paruh musim pertama. Menghadapi Manchester City, mereka imbang 0-0 lalu menang 3-1 di paruh musim kedua. Bertemu Manchester United, imbang 0-0. Dan saat bertemu Liverpool, mereka takluk 0-1 lalu membalas dengan kemenangan 2-0 di paruh musim kedua. 

Memang, di akhir musim, publik pastinya akan lebih membicarakan performa Leicester. Apalagi, jika mereka mampu merengkuh gelar juara.

Namun, tetap saja, kegagalan memetik poin dari Arsenal menjadi cerita tersendiri. Akan ada sebagian kelompok yang lebih tertarik membicarakan kegagalan itu. Fans Arsenal mungkin?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Leicester City berhasil membuat kejutan di Liga Primer Inggris setelah musim 2015-2016 membawa trofi Liga Primer Inggris Pertamanya
    Leicester City berhasil membuat kejutan di Liga Primer Inggris setelah musim 2015-2016 membawa trofi Liga Primer Inggris Pertamanya

    Leicester City

  • Liga Inggris atau lebih dikenal dengan Liga Primer Inggris merupakan kompetisi utama di Inggris yang diikuti 20 tim untuk mendapatkan gelar

    Liga Inggris

  • Raihan juara Liga Primer Inggris pada musim 2004-2005 tanpa menelan satu kekalahan pun yang dilakukan Arsenal hingga saat ini belum bisa diu
    Raihan juara Liga Primer Inggris pada musim 2004-2005 tanpa menelan satu kekalahan pun yang dilakukan Arsenal hingga saat ini belum bisa diu

    Arsenal