Sukses

5 Klub Tradisional Liga Champions yang Kini Tenggelam

Mantan pelatih tim nasional Indonesia pernah berjaya bersama Aston Villa.

Liputan6.com, Jakarta - Ajang Liga Champions Eropa dikenal sebagai ajang paling glamor antarklub Eropa, sejak format ini dikenalkan musim 1992/93. Hanya klub-klub elit dari Benua Biru yang bisa tampil di ajang yang trofinya dikenal dengan julukan Big Ears ini.

Maka itu, hanya nama-nama seperti Real Madrid, Barcelona, Bayern Muenchen, Manchester United, Chelsea, Liverpool, AC Milan, ataupun Juventus, yang kerap mengisi "line up"-nya. Trofi juara pun hanya berkutat di antara mereka.

Baca Juga

  • Chelsea Ketakutan Bertemu PSG di 16 Besar Liga Champions
  • 6 Perusahaan Indonesia Yang Bikin Klub Liga Inggris Makin Kaya
  • 5 Fakta Unik Cristiano Ronaldo yang Tak Banyak Orang Tahu

Padahal, dulu, saat masih menggunakan format Piala Champions alias Champions Cup, banyak klub-klub tradisional yang ikut berpartisipasi. Bahkan, tak sedikit klub-klub dari Eropa Timur berprestasi.

Tapi, ya itu tadi. Seiring era sepak bola modern, hanya tim-tim besar dengan dukungan dana wah yang beraksi. Ini tentu juga berkaitan dengan prestasi mereka di ajang domestik.

Wajar, jika-jika tim tradisional kemudian tertinggal karena tak didukung dana yang kuat.Berikut lima tim tradisional yang sempat berjaya di Liga (Piala) Champions, namun kini tenggelam.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Notthingham Forest

1. Notthingham Forest

Bukan hanya di Eropa, di Inggris pun nama Notthingham Forest sudah tenggelam. Saat ini, klub yang bermarkas di Stadion City Ground ini hanya berlaga di Divisi Championship, sekelas divisi satu.

Padahal, di era akhir 1970-an, nama mereka sempat menjulang. Sejumlah bintang pun sempat mereka lahirkan, seperti Viv Anderson, Des Walker,Tony Woodcok, hingga kiper legendaris Inggris, Peter Shilton.

Ketika itu, Forest bahkan sempat merajai Eropa. Dua musim berturut-turut mereka menjuarai Liga Champions, yang ketika itu masih menggunakan format Piala Champions (Champions Cup).
 
Di musim 1978/79 di final mereka mengalahkan Malmo 1-0. Sementara di  musim 1979/80, Forest mengalahkan Hamburg, juga dengan skor 1-0 di laga puncak.

Semua sukses Forest ini diraih pada era pelatih Brian Clough, yang melatih pada periode 1975-1993.

3 dari 6 halaman

Hamburg

2. Hamburg
Terakhir kali, Hamburg SV tampil di Liga Champions, pada musim 2006/07. Ketika itu pun langkah mereka tak sampai melewati fase grup, karena hanya meraih satu kemenangan dari enam laga.

Padahal, di era 1980-an, nama Hamburg cukup dihormati di pentas elit Eropa. Pada musim 1982/83, Hamburg berhasil tampil jadi juara Liga (Piala) Champions di bawah asuhan pelatih Erns Happel.

Ketika itu, di final mereka mengalahkan klub Italia, Juventus. Gol semata wayang kemenangan mereka saat itu dicetak Felix Magath, yang juga sempat sukses bersama Stuttgart dan Bayern Muenchen, sebagai pelatih.

Sukses Hamburg saat itu, beriringan dengan kejayaan mereka di ajang domestik. Di era tersebut, setidaknya, dua kali Hamburg jadi yang terbaik di Bundesliga Jerman, musim 1981/82 dan 1982/83.

4 dari 6 halaman

Aston Villa

3. Aston Villa
Aston Villa salah satu klub Inggris yang pernah memenangkan Liga Champions. Namun, itu jauh sebelum era sepak bola modern dimulai yang ditandai dengan banyaknya uang yang dikeluarkan klub untuk mendatangkan pemain bintang.

Diasuh manager Tony Barton, Villa jadi yang terbaik di Piala Champions 1981/82. Ketika itu, di final yang digelar di Stadion Feyenoord, Rotterdam, Belanda, Villa mengalahkan tim favorit asal Jerman, Bayern Muenchen.

Peter White, ketika itu menjadi bintang di final dengan mencetak satu-satunya gol kemenangan The Villans. Nama Peter White kemudian terkenal di Indonesia saat melatih tim nasional pada periode 2004-2007.

Namun, bagi Villa sendiri, itu jadi satu-satunya sukses mereka di ajang elit Eropa ini. Sebab, setela itu nama mereka tenggelam. Bahkan di Liga Inggris sendiri, Villa juga tak bisa bicara banyak.

5 dari 6 halaman

Red Star

4. Red Star
Nama Red Star Belgrade, Serbia, sempat menjulang di era 1990-an. Mereka jadi tim yang sukses memasok pemain-pemain bintang yang kemudian berjaya di klu-klub Eropa.

Musim 1990/91, klub yang memiliki nama asli Crvena Zvezda ini jadi yang terbaik di Eropa.Di final ketika itu, mereka menang lewat adu penalti atas Marseille (Prancis) di Stadion San Nicola, Bari, Italia.

Red Star ketika itu juga jadi juara di ajang Piala Interkontinental. Di Jepang, mereka menang 3-0 atas klub Cile, Colo-Colo lewat dua gol Vladimir Jugovic dan Darko Pancev.

Namun, setelah era itu, sulit sekali bagi mereka bersaing di ajang elit Eropa. Paling banter, Red Star hanya mampu bertahan di fase grup ajang Liga Champions.

6 dari 6 halaman

Steaua Bucarest

5. Steaua Bucarest
Klub Rumania, Steaua Bucarest, sempat jadi juara di Piala Champions 1985/86. Di partai puncak, ketika itu mereka mengalahkan Barcelona lewat adu penalti di Stadion Ramon Sanchez Pizjuan, Sevilla.

Hebatnya, ketika itu Steaua tampil dengan 100 persen pemain lokal, seperti Laszlo Boloni, Mariusz Lacatus, serta Vitor Piturca. Pelatih mereka, Emeric Jenei pun asli Rumania.

Empat tahun berselang, mereka juga masih mampu menunjukkan taringnya di Eropa. Sayang, ketika itu di final mereka tak berdaya ditekuk AC Milan, 0-4. Milan ketika itu, dengan The Dream Team-nya memang tengah jadi klub raksasa yang sulit ditaklukkan.

Hingga kini, nama Steaua sebenarnya masih diperhitungnya di Liga Rumania, sebagai pemegang rekor juara liga, 26 kali. Namun, sulit bagi mereka menembus dominasi raksasa-raksasa Eropa masa kini yang dibantu dana melimpah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.