Sukses

Presiden Baru FIFA: Dari UEFA Hingga 'Boneka' Platini

Gianni Infantino resmi menduduki kursi Presiden FIFA masa bakti 2016-2019. Dia berjanj FIFA bebas intervensi.

Liputan6.com, Zurich - Gianni Infantino resmi menduduki kursi Presiden FIFA masa bakti 2016-2019. Infantino menjadi orang kedua asal Swiss yang menjadi pucuk pimpinan tertinggi di badan sepak bola dunia ini. 

Gianni terpilih setelah mendapat 115 suara dari keseluruhan 207 pemegang suara yang hadir dalam Kongres Luar Biasa FIFA di Swiss, Jumat (27/2/2016) malam. Sementara, Sheikh Salman hanay mampu meraup 88 suara dan sisa 4 suara didapat Prince Ali Al Hussein dan 0 suara untuk Jerome Champagne.

Proses pemilihan Presiden FIFA melalui berlangsung dalam dua tahap. Sebelum tahap pertama, satu kandidat Tokyo Sexwale asal Afrika Selatan mengundurkan diri. Pemilihan hanya diikuti empat kandidat: Gianni Infantino, Salman Bin Ibrahim Al Khalifa dan Jerome Champagne.

 

Baca Juga

  • 5 Legenda Real Madrid yang Pernah Membela Atletico
  • Ronaldo Kencani Model Playboy
  • McManaman: Tugas Zidane Berat, Ronaldo Sudah Tua

Di tahap pertama, Gianni Infantino memeroleh 88 suara diikuti Salman dengan 85 suara. Posisi dua terbawah ditempati Prince Ali dengan 27 suara dan Jerome Champagne 7 suara. Karena suara  empat kandidat tersebut belum mencapai 50 persen suara, pemilihan berlanjut ke putaran kedua. Infantino resmi menggantikan Sepp Blatter yang duduk di kursi Presiden FIFA sejak 1988.

Tugas berat langsung menanti Infantino setelah menjadi orang nomor 1 di FIFA. Terutama mengembalikan citra FIFA sebagai organisasi yang transparan; sekaligus bersih dari skandal korupsi dan pencucian uang. 

"Saya telah melalui perjalanan panjang di sepak bola. Pengalaman luar biasa, bertemu dengan banyak orang fantastis yang mencintai dan bernapas dengan sepak bola."

"Saya ingin menjadi Presiden (FIFA) bagi Anda semua, memimpin organisasi yang membawahi 209 negara," ujar Infantino dalam pidato perdana di hadapan delegasi KLB FIFA.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Karier di UEFA

Lahir (23/3/1970), Infantino merupakan jebolan Universitas Fribourg, Swiss. Sebelum berkecimpung di lapangan hijau, pria plontos ini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Studi Olahraga Internasional di Universitas Neuchatel. Bahkan, dia sempat bekerja di sejumlah federasi sepak bola Eropa seperti di Italia, Spanyol, dan Belanda.

Infantino mulai bekerja di konfederasi sepak bola Eropa (UEFA) pada 2000. Dia menangani bagian legal dan komersial semua hal yang berkaitan dengan sepak bola di Eropa. Kemudian dia menjadi Direktur Legal dan Lisensi Klub pada Januari 2004.

Kariernya yang cemerlang membuat Infantino mencapai posisi Deputi Sekjen UEFA tiga tahun kemudian. Pergaulan yang luas membuat pria 46 tahun ini mahir 6 bahasa asing. Di antaranya, Italia, Prancis, Jerman, Inggris, Spanyol, dan Arab.

Selama di UEFA, Infantino ikut menggagas kebijakan Financial Fair Play (pembatasan pengeluaran klub) guna menghindari ketimpangan kekuatan klub-klub kaya Eropa dengan klub kecil. Infantino juga menjadi pelopor penambahan jumlah peserta Piala Eropa menjadi 26 tim dari sebelumnya 24 pada Piala Eropa 2016.

Tujuannya, agar setiap tim punya peluang lebih banyak tampil lebih banyak di turnamen ini. Pria berkepala plontos ini juga mencetuskan ide, menggelar Piala Eropa dengan tuan rumah 13 negara di uni Eropa.

Terobosan yang dilakukan Infantino bukan hanya di lingkungan sepak bola Eropa. Dia berencana menghelat Piala Dunia dengan 40 peserta dari sebelumnya 32 peserta.

"Penambahan jumlah peserta menciptakan dinamika yang sepenuhnya baru di babak kualifikasi sekaligus menciptakan antusiasme baru. Bila Anda serius mengambangkan sepak bola, Anda harus melibatkan lebih banyak asosiasi di event sepakbola terbaik di dunia, yakni Piala Dunia," ujar Infantino dalam kampanyenya November 2015 lalu.

Sepak terjang Infantino tidak sampai di situ, pada 2015 dia memimpin negosiasi dengan pemerintah Yunani yang memutuskan membuat UU olahraga baru, setelah sepak bola di negeri para Dewa ini diterpa skandal dan korupsi. Dia mengingatkan, Yunani bisa terkena sanksi FIFA karena intervensi pemerintah.

3 dari 3 halaman

Bukan Boneka Platini

Banyak pihak menilai, terpilihnya Infantino tidak lepas dari 'bantuan' Michel Platini yang terkena hukuman dilarang berkecimpung di sepak bola selama 8 tahun karena kasus korupsi dengan Sepp Blatter. Terpilih sebagai Presiden baru FIFA, Stigma negatif kalau Infantino boneka Platini.

Dia menegaskan, tidak ada 'bayang-bayang' Platini ketika memimpin FIFA. Dia bakal memimpin FIFA secara independe, tanpa intervensi dari pihak manapun termasuk Platini.

"Itu tentu tidak terjadi," kata Infantino dilansir dari CNN.

Dia mengaku telah mendapat dukungan dari negara -negara dunia sepak bola dunia ketiga.

"Saya telah dinominasikan oleh komite eksekutif UEFA, saya telah menerima dukungan di Amerika Selatan, Amerika Tengah, Karibia, Afrika, Asia.

Spekulasi yang berkembang, Infantino mundur dari bursa calon Presiden FIFA. Dia memberikan jalan kepada koleganya, Platini untuk maju menjadi Presiden FIFA. Namun, Platini tersangkut skandal dan mendapat hukuman dari FIFA. Soal skenario tersebut, Infantino memilih bersikap normatif.

"Saya berbagi banyak hal dengan Platini. Kami bekerja sama selama sembilan tahun. Platini memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri. Saya memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri. Saya berkomitmen untuk menunjukkan kepada seluruh dunia, mampu memimpin FIFA."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini