Sukses

Dongeng Perjalanan 5 Tim Elite Eropa

Di samping Leicester, klub-klub lain di La Liga, Serie A, Bundesliga, hingga Ligue 1 mencatatkan kisah menariknya masing-masing.

Liputan6.com, Jakarta - Lima kompetisi top Eropa telah selesai bergulir. Dari tanah Britania Raya, publik pecinta Liga Premier Inggris dikenalkan juara baru, yakni Leicester City yang tak pernah mengangkat trofi sejak tim ini berdiri 132 tahun lalu. Sedangkan klub-klub lain di La Liga, Serie A, Bundesliga, hingga Ligue 1 mencatatkan kisah menariknya masing-masing sebagai kekuatan baru pada musim ini.

Baca Juga

  • Ronaldo Kirim Whatsapp ke Neymar, Apa Isinya?
  • Balap di Kandang, Rossi Raih Pole Position
  • Trezeguet Gemilang, Calcio Legend Gasak Primavera Baretti

Di awal musim, The Foxes malah dianggap gagal bersaing dengan tim seperti Manchester City, Arsenal dan Manchester United. Musim lalu mereka tak hanya finis di peringkat 14 papan tengah, namun diguncang skandal video seks tiga pemain, dan satu di antara yang terlibat adalah putra manajer tim Nigel Pearson.

Sebetulnya penampilan anak-anak asuhan Pearson konsisten di fase terakhir musim 2014/2015 karena berhasil lolos dari degradasi. Tapi pada akhir Juni, manajemen klub membuat keputusan mengejutkan dengan memecat sang manajer.

Leicester


Pada 13 Juli 2015 Leicester mengumumkan pengangkatan Claudio Ranieri sebagai manajer baru tim dengan durasi kontrak tiga tahun. Kedatangan pria asal Italia ini ternyata menjadi awal sejarah The Foxes meguasai Liga Inggris.

Dari 38 pertandingan di liga, Wes Morgan dan kawan-kawan mengoleksi 23 kemenangan, 12 kali imbang, dan tiga kali kalah. Meski sejak 7 Mei 2016 telah memastikan juara, mereka mengakhiri kompetisi dengan menahan imbang Chelsea 1-1 di Stamford Bridge, Minggu (15/5/2016). Hasil itu menambah rekor tak terkalahkan Leicester menjadi 12 pretandingan beruntun.

Bersama Ranieri muncul bintang baru bernama Jamie Vardy, striker subur dengan koleksi 24 gol di Liga Inggris. Perolehan golnya hanya kalah dari penyerang Tottenham Hotspur Harry Kane (25). Menarik untuk ditunggu aksi Vardy bersama Leicester di Liga Champions musim depan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Atletico Madrid

Atletico tersisih dari perebutan juara La Liga di pekan-pekan terakhir kompetisi musim 2015/2016. Mereka menelan kekalahan mengejutkan dari Levante pada laga genting Ahad (8/5) kemarin dengan skor 1-2.

Los Rojiblancos memastikan tiket ke final Liga Champions untuk kedua kalinya dalam tiga musim terakhir, setelah unggul agregat dari Bayern Muenchen 4 Mei lalu. Di partai puncak nanti, mereka akan berhadapan Real Madrid.

Salah satu tim dengan pertahanan terbaik di Eropa adalah Atletico Madrid. Meski finis di peringkat tiga, anak-anak asuhan Diego Simeone hanya kebobolan 18 kali selama semusim dan mampu mengoleksi 63 gol.

Di sisi lain, kiper Jan Oblak mencatatkan rekor tak kebobolan terpanjang, yakni selama 24 laga. Penjaga gawang Juventus, Gianluigi Buffon berada di bawahnya lewat 21 cleansheets, serta Manuel Neuer (20).

3 dari 5 halaman

Sassuolo

Sejak berdiri pada 1922 silam, akhirnya klub berjuluk Neroverdi ini merasakan admosfer kasta tertinggi Liga Italia pada musim 2013/2014. Pada musim perdana I Neroverdi di Serie A, mereka menjadi salah satu tim dengan pertahanan paling buruk.

Dari 38 pertandingan, Sassuolo kemasukan 72 gol, dan memasukkan 43 gol. Tim ini baru memenangkan laga tandang pertama mereka di Serie A pada 3 November 2013 lewat hat-trick Domenico Berardi ke kandang Sampdoria dengan hasil akhir skor 4-3.

Pada 12 Januari 2014, Berardi menjadi satu-satunya pemain pada musim itu yang mencetak empat gol dalam satu pertandingan. Saat melawan AC Milan, dia membalikkan keadaan dari 0-2 menjadi 4-3.

Musim 2013/2014 ditutup Sassuolo dengan koleksi 49 poin dan finis di peringkat 17. Tahun berikutnya, anak-anak asuhan Di Francesco ini berbenah dengan membelanjakan 12,1 juta euro.

Mantan klub Massimiliano Allegri itu menampung pemain seperti gelandang Saphir Taider (Inter Milan) dan bek kiri Federico Peluso (Juventus). Hasilnya, mereka berhasil menutup kompetisi musim 2014/2015 di posisi ke-12.

Pada musim 2015/2016 ini, Sassuolo berhasil finis di posisi keenam. Lewat koleksi 61 poin, Nicola Sansone dan kawan-kawan membuat tim ini hanya kebobolan 40 gol namun memproduksi 49 gol di sepanjang musim Serie A.

Setelah kekalahan AC Milan di final Coppa Italia melawan Juventus, bak kejatuhan bulan Sassuolo berhak atas satu tiket ke Liga Europa.

4 dari 5 halaman

Hertha Berlin

Hertha Berlin adalah juara Bundesliga 2 pada musim 2012/2013. Mereka berhak atas tiket ke liga kasta tertinggi di Jerman dengan koleksi 76 poin dan mampu produktif melesakkan 65 gol dalam semusim.

Kembalinya si Nyonya Tua ke Bundesliga tak langsung diikuti dengan prestasi klub. Namun, anak-anak asuhan Jos Luhukay mampu mengakhiri musim 2013/2014 di posisi ke-11.

Baru separuh musim 2014/2015 berjalan, Hertha memecat pelatih mereka Jos Luhukay dan menunjuk asisten pelatih serta legenda klub Pál Dárdai sebagai caretaker sampai akhir musim. Hertha anjlok ke posisi ke-15 tapi dimusim berikutnya tim ini membuat kejutan.

Dardai langsung disodori kontrak permanen jelang kompetisi pada 29 Mei 2015. Di tangan pria 40 tahun itu, tim ini bisa memperkecil jumlah kebobolan yang dibuat musim lalu dan tampil lebih produktif.

Hertha finis di peringkat tujuh dengan 42 gol memasukkan dan kemasukan. Penyerang Pantai Gading Salomon Kalou menjadi top scorer tim dengan 14 gol.

5 dari 5 halaman

Angers SCO

Setelah absen bermain di Ligue 1 selama 21 tahun, akhirnya Angers SCO dapat merasakan kompetisi tertinggi di Prancis tersebut pada 2015/2016. Musim lalu, tim berjuluk Les Scoïstes itu promosi dengan sebagai peringkat tiga klasemen.

Memasuki tahun kelimanya bersama tim senior, pelatih Stéphane Moulin tak banyak melakukan perubahan. Bukannya merekrut pemain anyar, Moulin melepas empat pemain ke tim-tim divisi rendah seperti Championship Liga Inggris, Jupiler Pro League Belgia serta Ligue 2.

Di pembukaan musim Ligue 1, Angers hanya sekali kalah dalam 11 laga. Kini, Moulin telah berhasil mengubah Angers jadi tim yang disegani Eropa. Mereka finis di peringkat sembilan dengan koleksi 50 poin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini