Sukses

Berapa Dana Hajatan Indonesia Open 2016?

Dana tersebut paling banyak tersedot untuk hadiah para peserta dengan total hingga US$ 900 ribu atau setara Rp 12 miliar

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu gelaran bulu tangkis bergengsi di dunia, penyelenggara Indonesia Open Super Series Premier 2016 menyiapkan anggaran hingga Rp 35 miliar untuk menggelar hajatan tahunan ini.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Istora Senayana menjadi tempat event ini berlangsung. Menurut  Wakil Ketua Penyelenggara, Ahmad Budiarjo, nilai tersebut selalu dikeluarkan panitia setiap tahunnya.

"Dari pengalaman, total kami tidak pernah kurang dari Rp 35 miliar," kata Ahmad.

Dana tersebut paling banyak tersedot untuk hadiah para peserta dengan total hingga US$ 900 ribu atau setara Rp 12 miliar. Nominal tersebut terbesar di antara turnamen bulutangkis Super Series lainnya.

Baca Juga

  • Casillas Mengukir Rekor Baru di Piala Eropa 2016
  • Panaskan Mesin, Spanyol Hajar Korea Selatan di Partai Uji Coba
  • Persaingan Sengit di Indonesia Open

Lebih lanjut, Budi menambahkan total dana tersebut diperoleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dari sponsor. Dia mengungkapkan, sponsor menyokong sekitar 90 persen pembiayaan."PBSI 10 persen," kata dia.

Menurut Budi, gelaran Indonesia Open 2016 menggunakan tiga lapangan. Menurut dia, promosi sponsor lebih luas. Selain itu, pengunaan tiga lapangan memudahkan kerja media. "Terutama fotografer. Mereka mendapat ruang lebih untuk memotret."
 
Berharap Juara Empat Kali Beruntun
Sementara itu, Ahmad berharap Indonesia Open tahun ini menyabet penghargaan sebagai Super Series terbaik empat kali beruntun. Animo penonton menurut Ahmad menjadi salah aspek penilaian utama Badan Bulu Tangkis Dunia (BWF) .
 
"Penonton ini salah satu yang berperan menjadikan Indonesia Open sebagai turnamen super series premier terbaik di dunia tiga kali berturut-turut. Ini mudah-mudahan jadi yang keempat kalinya," ujar Budiarjo di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (1/6/2016).
 
Budiarjo menjelaskan, ada tiga kriteria penilaian yang dijadikan Federasi Badminton Dunia (BWF) untuk menilai sebuah turnamen super series premier. Yang pertama adalah soal penyelenggaraan. "Apakah penyelenggaraan itu rapi, sukses, tidak terlalu banyak komplain dan fair," ujar Budi.
 
Lebih lanjut, soal pelaksanaan kegiatan. Tahun ini, kata Budi, Indonesia Open memilih konsep sportainment. "Olahraga dan hiburan digabungkan. Jadi, yang menonton di dalam dapat olahraganya yang di luar dapat hiburannya," kata Budi.
 
Terakhir adalah penonton. Menurut dia, penonton Indonesia dikenal sebagai penonton yang riuh. Meski demikian, para suporter Tanah Air juga terkenal sangat sportif. Nilai positif tersebut masuk dalam penilaian.
 
"Begitu pemain Indonesia kalah dari Denmark, suporter tidak mengintimidasi lawan. Jadi, semua pemain dunia sangat apresiasi dengan hal itu," ujar Budi.
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini