Sukses

Momen Piala Eropa: Ketika Sepak Bola Pulang ke Rumah

Inggris harus menunggu 30 tahun untuk menjadi tuan rumah turnamen besar seperti Piala Eropa.

Liputan6.com, London - Inggris menjadi tuan rumah Piala Eropa 1996. Kala itu, Inggris memenangi hak menjadi tuan rumah Piala Eropa kesepuluh setelah menyingkirkan calon lainnya, yakni Austria, Portugal, dan Belanda.

Sempat dikhawatirkan adanya hooliganisme, turnamen yang berlangsung pada 8 Juni hingga 30 Juni 1996 itu berjalan sukses. Tidak ada kerusuhan yang terjadi selama berlangsungnya Piala Eropa 1996.

Baca Juga

  • 5 Pasangan Terpanas di Dunia Olahraga
  • Ibrahimovic Bicara Soal MU dan Pujian Roy Keane
  • 5 Gelandang Mungil Terbaik di Euro 2016

Mungkin, ini merupakan rasa bersyukur rakyat Inggris karena bisa menjadi tuan rumah turnamen besar. Maklum saja, sebelum mendapat jatah tuan rumah Piala Eropa 1996, Inggris terakhir kali menggelar turnamen besar saat Piala Dunia 1966.

Setidaknya, Inggris butuh 30 tahun untuk menjadi tuan rumah turnamen besar di dunia sepak bola. Karena rentang waktu yang panjang tersebut, Piala Eropa 1996 mendapat sebutan "Football's Coming Home" atau "sepak bola kembali ke rumah".

Kesuksesan Inggris menggelar Piala Eropa 1996 bisa dilihat dari jumlah penonton yang hadir. Ketika itu, turnamen ini mencatat rekor penonton tertinggi sepanjang turnamen, yakni 1.276.000 orang dalam 31 pertandingan. Bila dirata-rata, dalam satu pertandingan bisa disaksikan 41.158 penonton di stadion.

Tidak hanya itu, jumlah negara yang ikut Piala Eropa pun bertambah. Bila di event sebelumnya hanya delapan negara yang berpartisipasi, Piala Eropa 1996 melibatkan 16 negara peserta.

Meningkatnya jumlah peserta membuat Inggris menyediakan delapan venue, yakni Wembley (London), Old Trafford (Manchester), Anfield (Liverpool), Villa Park (Birmingham), St James' Park (Newcastle), City Ground (Nottingham), Hillsborough (Sheffield), dan Elland Road (Leeds).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Momen Berkesan

Momen yang paling diingat saat Piala Eropa 1996 adalah pertandingan derby Britania Raya antara Inggris melawan Skotlandia di babak penyisihan Grup A. Ketika itu, fans Inggris kesal dengan manajer The Three Lions, Terry Vanables yang menurunkan Paul Gascoigne.

Gascoigne dinilai tidak pantas berada di skuat The Three Lions karena gemar minum alkohol. Dalam pertandingan itu, Inggris membuka keunggulan pada menit ke-53 melalui Alan Shearer.

Pada menit ke-79, fans Inggris yang awalnya mencaci Gascoigne dibuat takjub oleh aksi pria yang kini sudah berusia 49 tahun tersebut. Gascoigne melakukan aksi individu untuk mengecoh bek Skotlandia, Colin Hendry dan memastikan Inggris menang 2-0.

Aksi individu Paul Gasciogne saat melawan Skotlandia di Piala Eropa 1996 (Foto: Mirror)

Usai mencetak gol, Gascoigne melakukan selebrasi yang tidak lazim. Dia menjatuhkan diri ke lapangan hijau, sedangkan rekannya menyemprotkan air ke mulut Gascoigne. Publik Inggris menyebut selebrasi itu dentist's chair.

"Gascoigne punya banyak cerita menarik di Piala Eropa 1996. Bahkan, dia tidak membiarkan pemain Skotlandia melupakan gol spektakuler yang dicetaknya di Wembley," ujar Shearer, dikutip dari BBC.

3 dari 3 halaman

Tinggal Kenangan

Menurut Shearer, Gascoigne merupakan pemain yang unik. Setiap paginya, Gascoigne selalu memberikan ledakan untuk pemain timnas Inggris. "Dia membangunkan kami setiap pagi di hotel dengan membuka jendela kamar dan memutar CD player miliknya sekencang mungkin," ujarnya.

"Saya tidak tahu apakah ulah dia mengganggu tamu lain atau tidak. Namun, kami selalu bisa mengandalkan Gazza (sapaan akrab Gascoigne) untuk memberikan hiburan," kata Shearer.

Sayangnya, Inggris gagal memenangkan Piala Eropa. Mereka kalah dalam drama adu penalti saat melawan Jerman dengan skor 5-6 pada 26 Juni 1996.

"Kami berhasil menyingkirkan Spanyol di babak perempat final melalui adu penalti. Tapi, kami kalah dari Jerman juga melalui adu penalti. Itu membuat kami kehilangan gelar. Padahal saya yakin kami bisa menang, sekarang itu hanya menjadi kenangan indah saja," ujar Shearer.

Meski gagal, Piala Eropa 1996 membuat Inggris kembali bisa merasakan manisnya menjadi tuan rumah turnamen besar. "Banyak hal yang membuat Piala Eropa 1996 menjadi spesial. Ini membuat bangsa dan sepak bola bisa bersama-sama lagi," ucap mantan striker Newcastle United tersebut.

Jerman keluar sebagai juara Piala Eropa 1996 setelah mengalahkan Republik Ceko dengan skor 2-1.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.