Sukses

TemanAhok, Dokter Gigi, dan Islandia

Kehadiran dan penampilan Islandia sangat mencengangkan di Piala Eropa 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Mulanya mungkin tak ada yang menyangka gerakan TemanAhok bakal menjelma menjadi salah satu fenomena politik negeri ini. Gebrakan yang tak henti menjadi bahan berita, tema diskusi, pun sumber kontroversi.  

Mulai ide gila mengumpulkan KTP dukungan untuk Ahok yang ternyata sudah hampir menyentuh angka 1 juta – yang sebelumnya diprediksi mustahil. Isu deparpolisasi yang ditakuti banyak pihak – yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sampai ajakan cuti sehari dalam proses verifikasi – yang menunjukkan betapa militan dan populernya gebrakan ini.

Nothing impossible!

Kisah serupa sedang terjadi di Prancis. Islandia menjadi buah bibir meski hanya imbang 1-1 versus Portugal dan Hungaria, tetapi tampil heroik. Meski belum tentu lolos ke perempat final, kehadiran dan penampilan mereka sangat mencengangkan di turnamen pertama sejak diakui FIFA tahun 1930.

Baca Juga

  • Gol Bunuh Diri Pemain Islandia Selamatkan Hungaria
  • Rentetan Kegagalan Ronaldo Cetak Gol dari Titik Penalti
  • Soal Tukar Jersey, Kapten Islandia Bela Ronaldo

Bagaimana mungkin negeri hanya berpenduduk 330 ribu jiwa yang setahun lalu berada di peringkat 134 dan dilatih oleh seorang dokter gigi paruh waktu bisa 2 kali menekuk Belanda di babak kualifikasi serta merepotkan dua lawan pertama yang sudah terhitung bangkotan berlaga di kejuaraan besar?

Revolusi, yang terlalu menggebu tetapi mendasar, mulai dilakukan tahun 1996. KSI, asosiasi sepak bola Islandia, memutuskan membangun football doom hasil studi banding ke Bolo, Norwegia. Hal itu untuk mengatasi musim dingin parah nan panjang yang membuat sepak bola hanya bisa dimainkan selama lima bulan antara Mei-September setiap tahunnya.

“Dulu,” kenang seorang pemain senior, “Jika musim dingin datang, kami berlatih di kandang kuda. Kami harus berhenti latihan ketika kuda-kuda kembali ke kandangnya. Kini sudah ada tujuh gedung yang di dalamnya terdapat lapangan dan fasilitas yang lengkap sehingga kami bisa berlatih kapan saja.”

Islandia jadi salah satu kuda hitam yang menakutkan di Euro 2016. (Reuters)
Setelah kendala iklim teratasi, KSI lalu meningkatkan kuantitas dan kualitas pelatih. Mulai tahun 2003, satu per satu dikirim mengambil lisensi UEFA. Dari tidak ada, kini Islandia memiliki sekitar 800 pelatih berlisensi A dan B. Dengan rasio 1 pelatih menangani 15 pemain, terbaik di seluruh Eropa.

Puncaknya, KSI menunjuk Lars Lagerback sebagai pelatih pada 2011. Berbekal 5 kali berturut-turut membawa Swedia tampil di Piala Dunia dan Piala Eropa – plus Nigeria di Piala dunia 2010, jalan menuju sukses mulai ditata. Syarat dasarnya, menegakkan profesionalisme.

Pelatih berumur 67 tahun itu meminta fasilitas terbaik, mulai ruang perawatan, kantin, sampai koki. Pesawat khusus disewa untuk tim berlaga di partai besar yang belum pernah ada sebelumnya. Dan, terakhir, berkeras semua mengikuti sistem dan metode yang dijalankannya. Tidak ada pengecualian.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berawal dari Gigi

Berawal dari Gigi
Untuk memastikan harta karun yang dibawa sang pelatih baru bisa menyatu dengan potensi lokal, Heimir Hallgrimsson ditunjuk sebagai asisten pelatih. Tak peduli dia hanyalah pelatih paruh waktu tim sepak bola putri, IBV, dan sehari-hari membuka praktik sebagai dokter gigi.

Ya, dokter gigi!

“Setiap hari saya praktik mulai jam 8 pagi sampai jam 3 sore,” kata Hallgrimsson. “Setelah itu saya melatih IBV. Saya terpaksa mengurangi jam praktik ketika ditunjuk menangani tim nasional. Saya memaksa diri untuk terus membuka praktik untuk menjaga keterampilan serta mengasah otak.”

Sebagai putra daerah, istilah yang umum di negeri kita, Hallgrimsson berinisiatif menggalang dukungan dari suporter dengan cara yang tak lazim. Dia mendatangi sebuah bar di kota Reykjavik yang menjadi markas Tolfan – sebutan untuk suporter Islandia yang artinya 12.

“Saya berjanji akan datang 2,5 jam setiap sebelum pertandingan untuk menjelaskan situsi terakhir dan rencana tim,” lanjutnya. “Awalnya hanya sekitar 12 orang yang datang. Sekarang bisa mencapai 400 orang, meski sudah lebih sulit meluangkan waktu terlalu lama seperti dulu.”

Semua berubah. Kultur, penerimaan, antusiasme, prestasi. Tahun 2013 Islandia nyaris lolos ke Piala Dunia, kalah dari Kroasia di play-off. Peringkat yang pada 2012 masih berada di 134 melesat jadi 23 ketika kualifikasi Piala dunia 2014 dan sekarang bertahan di peringkat 34.

“Beberapa orang takut ke dokter gigi dan harus menemukan cara berkomunikasi yang tepat. Bersikap santai dengan pasien yang satu, mengajak bercanda yang lain atau berdiskusi serius dengan yang lain. Sama persis dengan pemain yang memiliki karakter berbeda,” Hallgrimsson berfilosofi.

Austria bakal menjadi ujian terakhir apakah mimpi lolos ke perempatfinal Euro 2016 bakal tercapai atau tidak. Tapi, apa pun hasilnya, Islandia pantas pulang dengan kepala tegak.

“Mungkin kami tidak punya peluang besar, tetapi kami sudah menunjukkan permainan terbaik melawan tim-tim yang lebih kuat dan diunggulkan,” tutup sang dokter gigi yang terpaksa menutup praktiknya ketika Lagerback memutuskan pensiun usai gelaran akbar di Perancis.

Sama dan sebangun dengan TemanAhok. Apa pun hasil akhir dari gerakan mereka, inspirasi betapa kuatnya suara masyarakat melawan kemapanan peta politik sudah telanjur menyebar bak virus yang sulit dibendung...

[Gazebo Verdant Villa, 19/06/2016, Ketika galau sedang di puncak keputusan...]

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini