Sukses

Kolom: Para Pemenang di Piala Eropa

Simak ulasan Asep Ginanjar soal deretan pemenang di Piala Eropa 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari lalu, umat Islam memperingati Idul Fitri. Hari raya ini kerap juga disebut sebagai hari kemenangan. Itu karena muslim yang taat baru saja melewati sebuah pertempuran besar, hijad akbar melawan hawa nafsu melalui ibadah puasa selama bulan suci Ramadan.

Baca Juga

  • Messi Divonis Penjara, Barcelona Semprot Pemerintah Spanyol
  • Jerman Vs Prancis: Adu Kualitas Pemain Muslim
  • Mourinho Bicara Potensi Duet Ibrahimovic-Rashford

Sepanjang Ramadan, puasa adalah ibadah yang diwajibkan. Di samping itu, ada banyak ibadah lain yang disunahkan dan dianjurkan. Sebut saja salat tarawih dan tadarus Alquran.

Tentu saja, karena tingkat keimanan dan kemampuan yang berbeda-beda, tak semua muslim bisa menunaikan semua ibadah wajib dan sunah itu dengan baik. Ada yang sangat mungkin hanya berpuasa. Ada yang baru pada tahap membenahi tarawihnya. Ada pula yang baru sanggup menambahkan khatam Alquran saja di samping puasa.

Atas dasar itu, tingkatan yang dirasakan setiap orang sebagai titik kemenangan pun berbeda-beda. Bagi beberapa orang, dapat menunaikan puasa sebulan penuh sudah merupakan kemenangan karena mungkin itulah kali pertama mereka melakukannya. Beberapa lainnya merasa meraih kemenangan saat mampu puasa sebulan penuh dan tak absen tarawih atau sanggup mengkhatamkan Alquran.

Keragaman itu juga berlaku di pentas Piala Eropa di Prancis yang akan usai pada 10 Juli nanti. Sang pemenang bukan hanya perebut trofi Henry Delaunay. Beberapa tim yang sudah terlebih dulu pulang pun bisa disebut sebagai pemenang.

Sebut saja Islandia. Tim asuhan Lars Lagerback memang disungkurkan Prancis pada perempat final dengan skor telak 2-5. Namun, kiprah mereka selama turnamen telah memikat hati banyak orang. Mereka menjadi pujaan baru. Sampai-sampai produsen jersey Islandia, Errea, kewalahan meladeni permintaan dari seluruh penjuru Eropa yang melonjak hingga 1.800 persen dari perkiraan awal.

Skuat Islandia saat diarak menggunakan bus dengan atap terbuka di kota Reykjavik. (The Sun)

Islandia memang istimewa. Datang sebagai debutan, mereka bukan hanya underdog, melainkan anak bawang. Gylfi Sigurdsson cs. diperkirakan hanya akan numpang lewat dan jadi bulan-bulanan meski dua kali mengalahkan Belanda saat kualifikasi.

Akan tetapi, mereka membuktikan anggapan itu salah besar. Dalam laga debut saja, Islandia sanggup menahan Portugal yang diperkuat salah satu pemain terbaik dunia saat ini, Cristiano Ronaldo. Tak berhenti sampai di sana, mereka lolos dari fase grup tanpa kekalahan, lalu memulangkan Inggris di babak 16-besar dengan kemenangan 2-1.

Tak heran bila Sigurdsson dkk disambut bak kampiun saat mendarat di Reykjavik, Ibu Kota Islandia, 4 Juli lalu. Mereka diarak dengan bus terbuka. Sementara itu, di jalanan yang mereka lalui, sebanyak 33 ribu orang atau 10 persen dari total populasi Islandia, menyambut dengan meneriakkan yel-yel sanjungan dan salam ala viking.

Kebanggaan Wales

Kisah Wales juga tak kalah spektakuler. Bedanya, kekuatan mereka agak lebih diperhitungkan. Salah satunya karena keberadaan Gareth Bale, pemain termahal dunia yang gemilang bersama Real Madrid. Dalam tiga musim terakhir, dua kali dia menjuarai Liga Champions.

Bagi fans Wales, keberhasilan Bale cs lolos hingga semifinal adalah kebanggaan luar biasa. Untuk kali pertama, mereka bisa menepuk dada di depan fans Inggris. Mereka sampai tak terima begitu saja ketika Dailymail mengungkapkan keberhasilan Wales tak terlepas dari andil Inggris.

Padahal, Dailymail menyodorkan fakta bahwa tiga pencetak gol saat mengeliminasi Belgia di perempat final lahir di Inggris. Sudah begitu, hanya dua pemain di skuat asuhan Chris Coleman yang berkiprah di luar Inggris.

Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale usai menjalani laga Semi Final Piala Eropa 2016 di Parc Olympique Lyonnais, Perancis, Kamis (7/7). Portugal menang atas Wales dengan skor akhir 2-0. (REUTERS)

Meski disingkirkan Portugal di semifinal, kebanggaan fans Wales tak surut. Pascalaga, para pendukung Wales tak lekas meninggalkan stadion. Bersama para pemain dan staf tim, mereka menunjukkan kebersamaan luar biasa yang telah ditunjukkan sejak awal perhelatan akbar sepak bola se-Eropa itu.

"Mereka pulang. Tapi, mereka melakukannya sebagai pahlawan. Mereka telah membuat kami bangga. Sangat sangat bangga," tutur Kirsty Williams, seorang politikus, lewat akun Twitter-nya.

Sementara itu, akun Miss Wales berseru, "Tetap saja tak pernah sebangga ini! Selamat, Wales! Kalian semua pahlawan. Kalian berani bermimpi dan kami percaya."

Wales memang mengukir tinta emas tersendiri di Piala Eropa 2016. Beberapa pemain The Dragons pantas masuk dalam daftar pemain terbaik di Piala Eropa kali ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kemenangan CR7

Kemenangan juga rasanya sudah diraih Ronaldo. Selain membawa Seleccao ke final dengan kontribusi tiga gol dan tiga assist, dia juga menunjukkan kebesaran jiwanya. Kemenangan tak membuatnya jemawa. Dia tak terlena, selalu memberikan pelukan dan penghiburan bagi tim yang kalah. Terutama kepada rekan seklubnya.

Itu antara lain ditunjukkannya ketika menghadapi Kroasia. Usai laga, Ronaldo tak merayakan secara berlebihan. "Tentu saja saya senang kami mengalahkan Kroasia. Tapi, saya tak dapat merayakan di lapangan karena saudara saya, Luka Modric, menangis. Saya harus menghiburnya," jelas Ronaldo.

Hal serupa diulanginya usai laga kontra Wales. Dia buru-buru menyudahi selebrasinya begitu melihat Bale. Segera dia menghampiri koleganya itu. "Saya memberikan selamat atas kiprah mereka di sepanjang turnamen ini. Mereka adalah tim kejutan di Euro," terang dia.

Ekspresi Cristiano Ronaldo usai menjalani laga Semi Final Piala Eropa 2016 di Parc Olympique Lyonnais, Perancis, Kamis (7/7). Portugal menang atas Wales dengan skor akhir 2-0. (REUTERS)

Meskipun sudah mendapatkan kredit atas kecerdasan emosionalnya itu, Ronaldo tentu tak mau jadi juara tanpa mahkota. Bagaimanapun, trofi adalah bukti sahih sang pemenang. Apalagi, kini trofi itu sudah berada di depan mata. Tinggal satu kemenangan lagi, dia akan mengangkat tinggi-tinggi trofi Henry Delaunay.

Kejayaan bersama Seleccao adalah hal yang sangat didambakan Ronaldo. Dia sudah sering merebut gelar bersama klub, baik dengan Real Madrid maupun Manchester United. Namun, belum sekali pun dia melakukannya saat berkostum Portugal.

Kisah Ronaldo persis sama dengan pesaing utamanya, Lionel Messi. Bedanya, Messi lebih sering lolos ke final kejuaraan besar bersama Argentina. Hingga Copa America Centenario lalu, La Pulga sudah empat kali merasakan partai puncak kejuaraan besar. Adapun bagi CR7, final Piala Eropa kali ini adalah yang kedua setelah Piala Eropa 2004 di kandang sendiri.

Ronaldo pasti tak mau menyamai jejak Messi di Copa America Centenario lalu. Tampil aduhai dari fase grup hingga semifinal, La Pulga malah tak berdaya di partai puncak. Dalam adu penalti, sebagai eksekutor pertama, dia malah gagal menjaringkan bola.

Jadi, tak akan mengherankan bila Ronaldo tampil habis-habisan di Stade de France, Saint-Denis, nanti. Itu adalah kesempatan yang sangat langka dan mungkin kesempatan terakhirnya.

Trofi Piala Eropa pun memiliki makna tersendiri bagi pemain kelahiran Funchal tersebut. Setelah menjuarai Liga Champions bersama Madrid, juara Piala Eropa bersama Portugal akan menjadi modal sangat berharga untuk kembali merebut FIFA Ballon d'Or dari pelukan Messi.

*Penulis adalah pengamat sepakbola, komentator dan jurnalis. Tanggapi kolom ini @seppginz.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.