Mourinho Sudah Prediksi Leicester Juara Liga Inggris

Liputan6.com, London - Pelatih Manchester United (MU), Jose Mourinho menilai gelar milik Leicester City musim lalu sudah bisa ditebak. Persaingan ketat setiap tim, termasuk tim yang tidak diperhitungkan seperti Leicester bisa menjadi juara.

Bagi pelatih asal Portugal itu, tidak ada monopoli di Liga Inggris. Salah satu contoh nyata, pembagian hasil hak siar televisi yang merata ikut memiliki andil bagi The Foxes tampil gemilang musim lalu. Premier League mendapat hak siar sebesar lebih dari Rp 100 triliun setiap musim. Demikian data dari badan Liga Inggris. 

MU akan bertemu Leicester di Community Shield sebagai penanda perhelatan Premier League musim 2016/17 di Wembley, Minggu, (7/8/2016). Leicester yang berstatus kampiun Premier League bakal menghadapi MU setelah tahun lalu menggondol trofi Piala FA.

"Liga Inggris menjadi satu-satunya negara di mana semua orang ingin ini terjadi. Inggris menjadi satu-satunya negara dengan struktur sepak bola membiarkan segala kemungkinan bisa menjadi kenyataan," ujar Mourinho dilansir dari situs resmi MU.

Menurut pelatih berjuluk The Special One ini, negara-negara lain seperti Spanyol tidak ingin berbagi pendapatan."Mereka tidak ingin berbagi hak siar televisi. Mereka ingin nyaman dan tahu itu membuat mereka menjadi klub papan atas di Eropa," ujar eks-pelatih Real Madrid ini. 

Dua raksasa Spanyol, Real Madrid dan Barcelona memegang pendapatan hak siar tertinggi, karena dua pertandingan tersebut mendapat jatah tayang paling banyak. Praktis, pembagian 'kue' menjadi tidak merata.

"Mereka tidak ingin kompetisi (antar tim) menjadi dua, tiga atau empat. Mereka hanya ingin memimpin persaingan sendiri. Di seluruh Eropa, ketika Anda melihat hal itu, mungkin tim tersebut terlihat seperti Bunda Theresa dari sepak bola, tetapi mereka (Liga Inggris) tidak."

Berbeda dengan seperti di Inggris, setiap klub menurut Mourinho mendapatkan hak siar yang merata.“Konsekuensi, persaingan sangat ketat untuk tim di sini. Dan itu sangat memungkin klub seperti Leicester menjadi juara. Ini sebuah prestasi besar bagi mereka dan juga organisasi sepak bola suatu negara yang memungkinkan klub papan tengah bersaing dengan tim-tim besar.”