Sukses

Tontowi / Liliyana Berpeluang Raih Medali Emas, tapi...

Tontowi Ahmad/Liliyana diminta tetap fokus, konsentrasi, dan waspada menghadapi Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di final Olimpiade Rio.

Liputan6.com, Jakarta - Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berpeluang meraih medali emas bulu tangkis nomor ganda campuran di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Pasangan Indonesia itu menghadapi wakil Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, di laga final yang akan berlangsung Rabu (17/8/2016) besok.

Sejauh ini, dari 10 kali bertemu dengan Chan/Goh, Tontowi/Liliyana sembilan kali menang. Satu-satunya kekalahan yang dialami Tontowi/Liliyana dari Chan/Goh terjadi di ajang Tiongklok Terbuka 2012. Saat itu, mereka kalah 19-21 dan 14-21.

Sementara kemenangan terbaru Tontowi/Liliyana atas Chan/Goh terjadi di penyisihan Grup C Olimpiade Rio. Mereka menang dua game langsung 21-15 dan 21-11. Tapi, hasil itu tidak bisa menjadi patokan jika Tontowi/Liliyana akan kembali menang di laga final nanti.

Chritian Hadinata menilai peluang Tontowi/Liliyana untuk meraih medali emas cukup terbuka. Apalagi, jika pasangan ini bisa meneruskan performa terbaiknya saat menyingkirkan unggulan pertama asal Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yunlei, di semifinal hingga ke partai puncak.

"Peluang selalu ada, tapi syaratnya mereka harus tetap fokus, konsentrasi, waspada, dan tak boleh lengah. Apalagi, Chan/Goh secara mengejutkan menyingkirkan unggulan asal Tiongkok lainnya, Xu Chen/Ma Jin," kata legenda bulu tangkis Indonesia itu kepada Liputan6.com, Selasa (16/8/2016).

Bagi Liliyana, ini adalah final keduanya di Olimpiade. Final pertama terjadi Olimpiade 2012 di Beijing, Tiongkok. Berpasangan dengan Nova Widianto, Liliyana kalah dari wakil Korea Selatan, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung. "Liliyana akan termotivasi lagi di final nanti. Apalagi, ini kemungkinan Olimpiade terakhirnya," ucap Christian.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perang Mental

Menurut Christian, ajang Olimpiade berbeda dengan turnamen bulu tangkis lainnya seperti Kejuaraan Dunia atau All England. "Tekanannya luar biasa. Banyak sekali kejutan. Lain dari yang lain," ujarnya.

"Jika kita gagal di Kejuaraan Dunia atau All England, kita masih punya kesempatan di tahun berikutnya. Tetapi, Olimpiade itu adanya empat tahun sekali."

Christian pernah mengalami tekanan itu ketika mendampingi Ricky Subagja/Rexy Mainaky di final ganda putra Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika Serikat. Di game pertama, performa Rick/Rexy jauh di bawah penampilan terbaiknya saat melawan Yap Kim Hock/Cheah Soon Kit sehingga kalah 5-15 dari pasangan Malaysia itu.

"Saat itu, saya sudah tak lagi berbicara taktik. Saya memberi saran ke hal-hal yang sifatnya kerohanian. Saya minta Ricky dan Rexy berdoa setiap mau servis dan kalau sudah dapat poin jangan lupa bersyukur," paparnya.

Saran Christian berbuah manis. Ricky/Rexy kemudian memenangkan dua game berikutnya dengan skor 15-13 dan 15-12. Lagu Indonesia Raya pun berkumandang di Olimpiade Atalanta.

Karena itu, bertanding di Olimpiade tidak hanya masalah soal stamina dan strategi. Peran mental juga sangat berperan penting.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.