Sukses

Gagal Jadi Mekanik, Mo Farah Raih Sukses di Atletik

Liputan6.com, London - Mo Farah adalah pria yang lahir di Mogadishu, Somalia, 23 Maret 1983. Namun, pria bernama lengkap Mohamed Muktar Jama Farah itu justru menjadi atlet kebanggaan Inggris Raya saat ini. Maklum, ia ikut mengharumkan prestasi atletik Inggris di tingkat dunia.

Bicara soal kompetisi lari 5000 m dan 10.000 m, Mo Farah adalah jagoannya. Tengok saja pencapaiannya di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Dua emas sukses disumbangkan Mo Farah dari dua nomor itu.

Butuh perjuangan keras bagi Mo Farah saat ia beraksi di nomor 10.000 m. Ketika lomba berjalan, Mo Farah sempat tersandung hingga terjatuh. Saat itu, Mo Farah sendiri sudah berpikir bahwa impiannya merebut emas telah berakhir.

"Di satu momen, saya pikir mimpi saya sudah berakhir. Di sisa balapan, saya mencoba untuk tangguh dan itulah yang saya lakukan," kata Mo Farah seperti dikutip Mirror.

Ya, Mo Farah mampu bangkit dari situasi itu dan menjaga fokusnya hingga akhir. Saat lomba tersisa 16 putaran, ia mampu melewati beberapa pembalap. Namun, ia juga sempat disalip Paul Tanui menjelang garis finis. Untungnya, Mo Farah mampu meningkatkan kecepatannya jelang garis finis. Pada akhirnya, ia unggul 0,47 detik atas pelari Kenya.

Sukses itu dilengkapi Mo Farah ketika ia turun di nomor 5000 m. Perjuangan keras juga harus dilalui Mo Farah untuk mendapatkan emas di nomor tersebut. Pasalnya, ia mendapat persaingan sengit dari Paul Kipkemoi Chelimo (AS) yang finis hanya terpaut 0,60 detik dari dirinya.

Ini adalah kali kedua Mo Farah mampu menyumbangkan dua emas buat Inggris Raya dari ajang Olimpiade. Sukses sebelumnya diukir ayah dari Rhianna itu di Olimpiade 2012 London.

Uniknya, menjadi atletik bukan keinginan Mo Farah yang sesungguhnya. Cita-cita Mo Farah yang sebenarnya adalah menjadi mekanik mobil. Ia juga memiliki impian untuk bermain di Arsenal sebagai pemain sayap kanan. Namun, ia justru bergabung dengan klub atletik di London Barat, Borough of Hounslow.

Mo Farah sendiri menghabiskan masa kecilnya bersama saudara kembarnya, Hassan, di Somalia. Lalu, ia memutuskan pindah ke Inggris untuk bersama ayahnya, Mukhtar Farah, seorang konsultan IT yang lahir di London. Sayang, Hassan tak bisa ikut karena masalah administrasi.

Ketika Mukhtar berniat mengajak Hassan untuk ikut Mo Farah, ternyata mereka telah pindah tempat tinggal dan lokasinya tidak bisa ditemukan. Pada akhirnya, Mo Farah dan saudara kembarnya itu terpisah selama 12 tahun. Kini, Hassan telah menjadi teknisi komunikasi dan memiliki lima anak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Awal Karier


Karier Mo Farah sendiri di dunia atletik diawali dengan mewakili Hounslow di ajang London Youth Games. Saat berusia 13 tahun pada 1996, ia masuk sebuah sekolah bahasa Inggris yang mendapat peringkat kesembilan. Tahun berikutnya, ia memenangkan satu dari lima gelar di sekolahnya.

Menyadari bakat Mo Farah, filantropis atletik, Eddie Kulukundis, mengurus proses naturalisasi Mo Farah sebagai warga negara Inggris. Berkat itu, Mo Farah bisa melakoni berbagai ajang atletik tanpa masalah visa. Gelar prestisius perdana pun didapat Mo Farah saat turun di Kejuaraan Atletik Eropa Junior pada 2001.

Di tahun yang sama, ia mulai mengasah bakatnya di St Mary University College, Twickenham. Pada tahun itu pula Mo Farah menjadi salah satu dari dua atlet andalan Endurance Performance Centre di St Mary. Di sana, ia berlatih dengan mengambil beberapa kursus sebelum menobatkan dirinya sebagai atlet sepenuhnya.

Karier gemilang Mo Farah dimulai ketika ia mencatat rekor saat mencatat waktu 13 menit 9,40 detik untuk nomor 5000 m pada Juli 2006. Ia pun menjadi pelari tercepat kedua Inggris setelah Dave Moorcroft yang menguasai nomor itu. Sebulah kemudian, ia meraih medali perak Kejuaraan Eropa di Gothenburg pada nomor 5.000 m.

"Pergilah keluar dan berani. Percaya kepada diri Anda sendiri," sebuah kalimat dari Paula Radcliffe, atlet atletik putri Inggris, yang dijadikan Mo Farah sebagai inspirasi. Berkat kalimat itu, Mo Farah pun tampil sebagai juara European Cross Country Championship di San Giorgio, Italia, Desember 2006.

3 dari 3 halaman

Muslim yang Taat

Selain sebagai atlet, Mo Farah juga dikenal sebagai seorang muslim yang taat. Ia merupakan pendukung aktif Muslim Writers Award. Ia sendiri sudah mengakui bahwa Islam adalah elemen penting dalam hidupnya.

"Saya selalu berdoa sebelum bertanding. Saya berpikir bagaimana kerasnya saya bekerja dan mendapatkan hasil. Al-Quran mengatakan bahwa Anda harus bekerja keras dalam hal apapun. Jadi, saya selalu bekerja keras dalam pelatihan. Itu yang menjadi kunci banyak kesuksesan saya. Sukses itu tak datang hanya dalam semalam," aku Mo Farah.

Pada April 2010, Mo Farah melanjutkan hubungannya dengan Tania Nell ke jenjang pernikahan. Pernikahan yang digelar di Richmond, London, itu dihadiri para atlet termasuk Paula Radcliffe, Steve Cram, Hayley Yelling, Jo Pavey, Mustafa Mohamed, dan Scott Overall.

Dari hasil perkawinannya, Farah diberkahi putri kembar bernama Aisha dan Amani yang lahir pada Agustus 2012. Tak hanya putri, ia pun memiliki putra bernama Hussein yang lahir pada 2015. Mo Farah juga memiliki anak tiri bernama Rihanna dari pernikahan tersebut.

Mengenai mimpinya berkostum Arsenal, Mo Farah sudah sempat berlatih bersama tim utama. Ia juga telah menunjukkan keinginan kuatnya menjadi pelatih kebugaran The Gunners. Diharapkan, keinginan tersebut bisa tercapai setelah dirinya pensiun sebagai atlet atletik.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini