Sukses

'Diusir' dari Cabor Renang Indah, DKI Jakarta Mengadu ke FINA

Kisruh sempat mewarnai cabang olahraga renang indah di PON Jabar, Kamis (22/9/2016).

Liputan6.com, Bandung Kontingen renang indah DKI Jakarta batal tampil di PON Jabar 2016. Gara-gara memutuskan walk out (WO) saat technical meeting, para perenang ibu kota 'diusir' dari arena perlombaan, Kamis (22/9/2016).

Mereka dilarang mengikuti semua nomor renang indah yang berlangsung di Gelanggang Renang UPI, Bandung. Persiapan atlet selama empat tahun pun sia-sia karena mereka tidak boleh tampil saat hari H.

Kondisi ini membuat tim DKI mengambil langkah tegas. Tidak tanggung-tanggung, mereka akan melaporkan masalah tersebut tersebut kepada Federasi Renang Internasional (FINA).

"Kami akan lapor ke FINA. Semua akan kami tempuh dari PB PON dan KONI. Peraturan dari Ketum KONI dan PB PON tidak digubris," kata manajer tim renang indah DKI Jakarta, Rudy Salahuddin Ramto.

Menurut Rudy, masalah yang mereka hadapi bermula saat technical hand book (THB) mencantumkan pembatasan usia. Aturan ini membuat salah satu atlet ibu kota, Adela Amanda Nirmala tidak bisa tampil karena sudah melewati batasan usia yang ditetapkan, yakni 26 tahun.

DKI Jakrta pun protes. Mereka menganggap panitia tidak konsisten dalam menerapkan aturan. Apalagi mereka sudah mengklarifikasi masalah itu dan telah mengantongi surat dari technical delegated.

Rudy juga mengklaim pihaknya sudah mendapat lampu hijau dari PB PRSI, KONI Pusat, hingga komisi keabsahan lewat surat tertanggal 15 September 2016. Namun komite-komite teknik daerah lain bergeming dan tetap menganggap aturan pembatasan usia yang sudah tertera di THB tetap berlaku. Akibatnya DKI pun memutuskan walk out dari ajang technical meeting yang berlangsung Selasa (20/9/2016).

"Jadi ini memang ada permainan kalau saya lihat, THB itu memang sengaja, dengan alasan sudah dicetak, kami sudah bilang bahwa itu tidak sesuai," ujar Rudy. "Makanya saya keluar. Karena saya tidak mau menjalankan aturan yang salah. Ini aturan jelas dari PB (PRSI) dan komisi keabsahan. Itu yang jadi masalah. Kami punya harga diri. Mereka itu pasti takut melihat atlet kami," kata Rudy menambahkan.

DKI sebenarnya tetap hadir saat hari H perlombaan, tapi tidak diziinkan ikut ambil bagian. Komisi Teknik daerah-daerah lain menganggap bahwa kontingen DKI tidak berhak tampil karena sudah memutuskan WO. Mereka juga menganggap kontingen DKI Jakarta selalu dianak emaskan oleh pengurus pusat.

Situasi sempat ricuh saat kontingen DKI tiba di arena lomba. Akibatnya, lomba pun sempat tertunda selama satu jam dari jadwal awal. (Baca juga: DKI Jakarta Ngotot, Renang Indah PON Jabar Ricuh).

"Kami menyayangkan pengorbanan anak-anak itu kan sudah bertahun-tahun. Mengorbankan sekolah, biaya, dan tenaga. Kalau hanya untuk pemaksaan kehendak egoisme daerah, bukan di PON lah mestinya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini