Sukses

5 Sifat Egois Pemain yang Jadi Momok Keharmonisan Tim Sepak Bola

Sifat egois ini sering muncul ketika pemain berlaga di sebuah pertandingan.

Liputan6.com, Jakarta - Cristiano Ronaldo jadi buah bibir belakangan ini. Pemicunya, sikap tidak ramah yang ditunjukannya di hadapan pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane, saat digantikan pada pertandingan melawan Las Palmas.

Bukan kali ini saja Ronaldo 'ngambek' saat ditarik ke luar oleh pelatih. Sebagai pemain berstatus mega bintang, Ronaldo memang dikenal sebagai pemain yang tidak suka digantikan oleh pemain lain.

Namun bukan hanya Ronaldo yang memiliki sifat egois di atas lapangan. Pemain-pemain berstatus bintang lazimnya juga berlaku sama. Bahkan sikap egois ini tak jarang justru merusak keharmonisan tim.

Para pemain sepak bola juga terkadang menunjukkan sisi egois mereka ketika pertandingan berlangsung. Mulai dari tak ingin membagi bola, hingga ingin mencetak gol sendirian.

Selain itu masih ada beberapa sikap egois yang kerap ditunjukkan para pemain. Seperti dilansir thesportster, berikut lima sikap egois yang kerap tampil di atas lapangan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Menolak Diganti

Bukan cuma Ronaldo yang pernah menunjukkan ketidaksukaannya kalau diganti. Rival abadi Ronaldo, Lionel Messi pun pernah menunjukkan sikap serupa.

Di musim lalu ketika Barcelona berhadapan dengan Eibar, Messi menolak keputusan pelatih Barca, Luis Enrique yang ingin menggantinya dengan Munir El Haddadi. Akibatnya, Enrique pun terpaksa menggantikan Neymar dengan Munir.

Pemain dengan kualitas seperti Messi dan Ronaldo memang selalu ingin bermain. Klub ingin memaksimalkan kualitas yang dimiliki keduanya.

Namun ada kalanya, pemain sekaliber Messi dan Ronaldo harus rela diganti. Pasalnya, ada yang lebih utama yakni kesatuan tim, ketimbang ego pemain bintang.

3 dari 6 halaman

2. Enggan Membantu Pertahanan

Bertahan memang seyogyanya jadi tugas para bek dan gelandang bertahan. Namun hal ini tak berarti para pemain yang bertugas untuk menyerang bisa bebas dari tugas melindungi pertahanan.

Sayangnya, tak semua gelandang atau striker menyadari hal ini. Ketika tim diserang lawan, mereka enggan turun membantu pertahanan.

Akibatnya, pertahanan tim keropos dan terpaksa harus kebobolan. Hal ini terlihat di Chelsea pada musim lalu. Nemanja Matic harus kerja ekstra keras untuk menutupi area pertahanan di tengah. Pasalnya, Fabregas enggan turun membantu Matic untuk jadi peredam serangan lawan.

4 dari 6 halaman

3. Tak Mau Mengoper

Sifat egois ini mungkin jadi yang paling sering terlihat terutama di sektor penyerangan. Para pemain tak jarang ingin mencetak gol sendiri, sehingga enggan mengoper bola ke rekan setimnya.

Padahal, posisi rekannya tersebut mungkin lebih lowong dan kemungkinan mencetak gol lebih terbuka. Arjen Robben adalah contoh pemain yang kerap melakukan hal ini.

Memiliki tusukan mematikan dan tendangan keras, Robben seringkali enggan mengoper bola pada striker. Tindakannya ini pernah membuat jengkel rekan setimnya di Bayern, Robert Lewandowski.

Di pertandingan melawan Stuttgart baru-baru ini, Robben menolak mengoper bola pada Lewandowski lebih dari sekali. Ia ingin mencetak gol atas namanya sendiri.

5 dari 6 halaman

4. Berselisih dengan Pihak Klub

Seorang pemain dan klub yang dibelanya tak selamanya sejalan. Terutama ketika pemain yang bersangkutan ingin hengkang ke klub lain.

Tidak jarang, klub menahan pemain tersebut. Akibatnya, hubungan antara keduanya pun jadi renggang.

Sadio Berahino pernah mengalami hal ini. Hubungannya dengan West Bromwich sempat renggang ketika West Brom menahanannya untuk hengkang ke Tottenham Hotspur beberapa musim lalu.

Ia pun mengeluhkan tindakan itu lewat akun twitter dan mengklaim telah diperlakukan buruk. Berahino kemudian gagal pindah tim dan terpaksa kembali bermain bagi West Brom.

Tapi penerimaan suporter West Brom tak lagi sama. Ia dicibir karena ulahnya di twitter tersebut.

6 dari 6 halaman

5. Mengambil Alih Penalti

Setiap tim hampir selalu punya eksekutor andalan untuk mengeksekusi bola-bola mati. Sayangnya, hal ini terkadang tidak dihiraukan beberapa pemain.

Mereka menganggap lebih berhak menjadi eksekutor ketimbang pemain yang sudah ditunjuk pelatih. Pada pertandingan Liga Inggris antara Arsenal Vs Hull City beberapa waktu lalu, hal ini terjadi.

Alexis Sanchez tiba-tiba maju mengeksekusi penalti bagi Arsenal. Padahal, Manajer Arsenal, Arsene Wenger telah menetapkan Santi Cazorla sebagai eksekutor penalti.

Sanchez sendiri gagal mengeksekusi penalti itu. Setelah pertandingan, ia pun mendapat peringatan dari Wenger untuk tak mengulangi lagi ulahnya tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.