Sukses

Kembang PON Jabar: Hijabers Berprestasi

Hijab bukan lagi batu sandungan untuk mengukir prestasi di bidang olah raga.

Liputan6.com, Jakarta - Atlet wanita berhijab menjadi salah satu daya tarik di event olahraga, termasuk di PON Jabar 2016. Mereka tetap menjalankan kewajiban seorang muslimah, menutup aurat termasuk ketika turun gelanggang.

Selama ini, atlet berhijab kurang mendapat tempat untuk menunjukkan eksistensi di bidang olah raga. Mereka terganjal norma agama mengembangkan kemampuan karena pakaian olah raga yang cenderung terbuka dan menampilkan lekuk tubuh.

Namun belakangan, hijab tidak lagi menjadi batu sandungan bagi atlet wanita untuk mengukir prestasi. Pada Olimpiade Brasil 2016, atlet anggar wanita asal Amerika Serikat, Ibtihaj Muhammad membuat terobosan. Dia menggunakan hijab ketika bertanding. Keputusan Ibtihaj sangat mengejutkan, namun dia tetap memegang pendirian dan mencoba menghapus pandangan miring soal pengunaan penutup kepala untuk wanita muslim.

Selain Ibtihaj, Kariman Abuljadayel asal Arab Saudi juga jadi sorotan. Pasalnya, dia menjadi atlet pertama yang turun pada nomor lari dengan menggunakan hijab. 

Pada gelaran PON 2016, atlet wanita berhijab berhasil mengukir prestasi. Atlet Kalimantan Utara, Tsania yang turun pada cabang wushu. Seperti Abuljadayel, Tsania juga mencuri perhatian karena sangat jarang seorang atlet wushu menggunakan hijab.

Tsania Arifiati, Atlet Wushu Kalimantan Utara

Pasalnya, cabor ini sangat membutuhkan gerak yang leluasa. Namun, kesulitan itu bukan menjadi kendala bagi dara kelahiran 31 Oktober 2000. Air mata Tsania tumpah di pentas PON Jabar, GOR Padjadjaran, Senin (19/9/2016).

Dia mempersembahkan perunggu PON Jabar bagi Kalimantan Utara. Dia berhak atas medali tersebut setelah mengumpulkan poin 9,23 untuk jurus Taijijian dan 8,85 untuk jurus Taijiquan. "Kemarin saya sempat frustrasi. Nilai saya jauh sekali dari peringkat ketiga. Saya sampai minta maaf sama Allah jika ada kesalahan. Saya langsung pesimistis dan merendahkan diri," ujar Tsania kepada Liputan6.com.

Meski kalah dari Lindswell Kwok, namun penampilan Tsania cukup mencuri perhatian. Pasalnya, di nomor yang diikutinya, Tsania satu-satunya atlet Wushu berhijab pada PON.

"Masalah hijab, saya baru mengenakannya dengan sungguh-sungguh sejak SMP. Meski terlihat agak ribet, mengenakan hijab saat bertanding tak menjadi sebuah halangan."

Tsania ingin membuktikan kalau hijab bukan batu sandungan berprestasi. Kita bisa terjun di dunia olahraga, melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan dan mengukir prestasi, karena hijab bukanlah halangan, seperti yang dibuktikan Tsania.

Selain Tsania, masih ada beberapa atlet lain yang menggunakan hijab pada PON 2016. Berikut Liputan6.com mencoba merangkumnya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mahdiana Ferina Putri

Mohdiana atau yang karib disapa Diana ini turun untuk kontingen Riau pada cabang bola voli putri. Atlet yang pernah merasakan semua medali dari berbagai kejuaraan ini kembali beraksi pada PON Jabar.

Namun sayang, langkahnya bersama Riau harus gagal melaju ke babak semifinal PON XIX 2016 setelah takluk di tangan tim tuan rumah di Gedung Sabilulungan Soreang (GSG) Si Jalak Harupat, Soreang, Jawa Barat (25/9/2016).

Pada partai 8 besar itu, Diana dan kawan kawan harus mengakui ketangguhan tim putri Bandung yang menyabet kemenangan tiga set sekaligus. Pada set pertama Riau kalah dengan angka 10-25, set kedua kembali kalah dengan angka 8-25 dan set ketiga 12-25.

3 dari 4 halaman

Tita Supita, Nur Alvita, dan Syarifah AR

Trio hijab asal DKI Jakarta ini jadi salah satu yang paling disorot di PON 2016. Bukan tanpa sebab, baik Tita, Nur, maupun Syarifah turun di cabang yang lumayan butuh leluasa bergerak, yakni panjat tebing.

Akan tetapi, lagi-lagi mereka membuktikan kalau hijab bukan sebagai penghalang. Tita Supita, Nur Alvita, dan Syarifah AR, menjadi yang terbaik dengan torehan poin 3,51. Trio yang mengenakan hijab tersebut sukses mengungguli kontingen Jawa Tengah yang merebut medali perak, dan Jawa Barat medali perunggu pada nomor team lead putri.

4 dari 4 halaman

Lia Karina Mansur

Dara berusia 23 tahun ini turun pada cabang Taekwondo. Selain cantik, Lia punya prestasi gemilang meski menggunakan hijab setiap kali bertanding.

Pada PON 2016 ini, dia mewakili kontingen Daerah Istimewa Yogyakarta. Awal mula dia turun ke dunia bela diri dari negara Korea ini dikarenakan memang selalu bergumul dalam atmosfer olahraga. Sang Ayah,  atlet voli sedangkan ibu adalah salah satu instruktur senam . Namun kedua orang tuanya memberi kebebasan memilih minat.

Beberapa event nasional hingga internasional pernah diiikutinya, antara lain Olympic Game Qualification, World Championship dan SEA Games. Dia juga menjuarai Bali Open International Taekwondo Tournament 2015.

Pada PON 2016 ini juga jadi ajang unjuk gigi bagi dara cantik ini. Dia berhasil mempertahankan emas yang pernah dia raihnya pada PON Riau lalu. Lia mendapat emas dari kelas welter (under 67 kg) putri setelah mengalahkan atlet Nangroe Aceh Darussalam, Fadhlunna Khairunnisa. (Penulis: Indra Eka Setiawan)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.