Sukses

Dengan Tiki-Taka, Guardiola Siap Bawa City Juara Liga Inggris

Pep Guardiola punya rencana jangka panjang untuk Manchester City.

Liputan6.com, Manchester - Manajer Manchester City, Pep Guardiola menerangkan betapa mudahnya memenangkan kompetisi jika timnya memiliki penguasaan bola. Dia menentang cara Leicester City, yang berhasil mengalahkan klub-klub rival mereka pada musim lalu.

Seperti dilansir dari Manchester Evening News, pada Sabtu (8/10/2016), eks pelatih Barcelona ini berbicara soal pengalaman pertamanya menangani City pada musim 2016/2017 ini. Guardiola mengungkapkan Tiki-Taka yang diperagakan skuat asuhannya terinspirasi dari gaya melatih Johan Cruyff di Barcelona.

"Musim ini untuk jadi juara. Saya butuh tim yang punya penguasaan bola. Jika Anda kehilangan hal tersebut, kemungkinan besar Anda akan kalah karena kurang penguasaan bola. Kami harus melakukan apa yang kami yakini," ucar Guardiola, pada acara peluncuran otobiografi Cruyff, My Turn.

Cruyff melatih Barcelona pada 1988 hingga 1996. Di tangannya, Barca merengkuh banyak gelar, termasuk empat titel La Liga bersama Guardiola yang kala itu masih menjadi gelandang bertahan andalan Blaugrana.

Pelatih 45 tahun ini yakin kalau gaya permainan Leicester tak serta merta dapat diikuti agar City bisa meraih gelar juara di tahun berikutnya. Pasalnya, The Foxes tercatat sebagai tim paling buruk yang menjadi juara Liga Premier Inggris dalam kurun lima tahun terakhir.

Jamie Vardy dan kawan-kawan mencatatkan raihan poin terendah, 81 poin. Bandingkan dengan City yang merebut dua gelar dalam lima tahun terakhir berhasil mengoleksi 89 angka pada musim 2011/2012 dan 86 poin pada musim 2013/2014.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Total Football

Leicester juga punya produktivitas gol yang minim. Dalam satu musim, anak-anak asuhan Claudio Ranieri tersebut hanya mengoleksi 68 gol, jauh dari pencapaian City saat mencetak 102 gol pada musim 2014/2015. Hal inilah yang membuat Guardiola percaya diri bahwa Total Football ajaran Cruyff tetaplah yang terbaik.

"Saya pikir saya mengetahui sepak bola tapi saat saya bertemunya (Cruyff), dan mulai bekerja dengannya, saya sadar sebuah dunia baru ada di depan saya. Kebanyakan pelatih mengatakan macam-macam, tapi yang dia katakan benar-benar berbeda. Dia mengajari kami bukan cuma saya, sejumlah pemain, tapi sebuah generasi baru," tutur Guardiola.

"Dia membantu kami untuk memahami permainan dan alasan kenapa banyak situasi terjadi," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.