Sukses

Kaleidoskop 2016: Tontowi / Liliyana Raih Emas Olimpiade

Tontowi / Liliyana meraih medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 di Brasil.

Liputan6.com, Jakarta Prestasi gemilang dicetak oleh ganda campuran Indonesia Tontowi Ahmad / Liliyana Natsir pada 2016. Pasangan peringkat tiga dunia itu merebut medali emas Olimpiade yang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil.

Tak mudah bagi Tontowi / Liliyana untuk merebut medali emas yang dibebankan pada mereka. Performa, performa pasangan ini tengah menurun jelang Olimpiade. Setelah secara mengejutkan tersingkir di putaran pertama Malaysia Masters 2016, pasangan juara All England 2012, 2013, dan 2014 ini juga gagal di tiga turnamen super series terakhir.

Pelatih kepala ganda campuran PBSI Richard Mainaky memberikan program khusus kepada Tontowi/Liliyana jelang Olimpiade. Tak hanya secara fisik dan teknik, tapi juga mental.

Program itu ditambah inisiatif Tontowi/Liliyana untuk memperbaiki komunikasi di antara mereka. Keduanya menilai kelancaran komunikasi satu sama lain harus ditingkatkan agar dapat saling membantu untuk mencapai tujuan yang sama.

Perjuangan pun dimulai. Tontowi Ahmad / Liliyana Natsir berada di Grup C berdasarkan hasil undian. Mereka bersaing dengan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dari Malaysia, pasangan Thailand Bodin Issara/Savitree Amitrapai, dan wakil Australia Robin Middleton/Leanne Choo.

Tanpa cela, Tontowi/Liliyana menyapu bersih kemenangan di babak grup tanpa kehilangan satu game pun. Melaju ke perempat final sebagai juara grup, Tontowi/Liliyana bertemu wakil Indonesia, Praveen Jordan/Debby Susanto. Tanpa kesulitan, pasangan yang akrab disapa Owi/Butet itu menang dua game langsung 21-16 dan 21-11.

Di semifinal, Tontowi / Liliyana bertemu musuh bebuyutannya asal Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Meski sempat diragukan, Tontowi/Liliyana ternyata mampu menyingkirkan Zhang/Zhao dengan straight set 21-16 dan 21-15.

Pada partai final, mereka kembali menghadapi pasangan Malaysia yang pernah dikalahkan pada babak grup, yakni Chan Peng Soon/Liu Ying. Tampi percaya diri, Owi/Butet tanpa kesulitan berarti mengalahkan Chan/Liu dengan skor 21-14 dan 21-12. Medali emas menjadi milik Tontowi Ahmad / Liliyana Natsir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sejarah Ganda Campuran

Sukses Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih medali emas Olimpiade menjadi sejarah baru bagi ganda campuran Indonesia. Setelah 16 tahun, ini adalah kali pertama ganda campuran menyumbang medali emas dari cabang bulu tangkis. Sebelumnya, medali emas disumbang dari nomot tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putra.

Nomor ganda campuran baru dipertandingkan di Olimpiade Atlanta 1996. Indonesia saat itu diwakili Tri Kusharyanto/Minarti Timur dan Flandy Limpele/Riseu Rosalina. Hanya Flandy/Riseu yang mampu mencapai perempat final.

Empat tahun kemudian di Sydney 2000, ganda campuran nyaris menyumbang emas melalui Tri Kusharyanto/Minarti Timur. Melawan wakil Tiongkok, Zhang Jun/Gao Ling, Tri/Minarti menang mudah 15-1 di game pertama. Sayang, Minarti mendapat cedera sehingga di dua game berikutnya kalah 13-15 dan 11-15.

Pada Olimpiade Athena 2004, Indonesia diwakili pasangan Anggun Nugroho/Eny Widiowati dan Nova Widianto/Vita Marissa. Langkah Anggun/Eny hanya sampai babak kedua, sementara Nova/Vita hingga perempat final.

Di Olimpiade Beijing 2008, Nova Widianto berpasangan dengan Liliyana Natsir. Sementara Vita Marissa dipasangkan dengan Flandy Limpele. Indonesia kembali gagal meraih emas setelah Nova/Liliyana dikalah pasangan Korea, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung.

Nova pensiun, Liliyana lantas berpasangan dengan Tontowi Ahmad. Beban medali emas Olimpiade London 2012 dibebankan kepada pasangan ini menyusul sukses di kejuaraan All England. Sayang, Tontowi/Liliyana yang merasa terbebani hanya bisa finis di peringkat keempat.

Hingga akhirnya sejarah baru tercipta di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Tontowi/Liliyana akhirnya menyudahi penantian 16 tahun ganda campuran untuk menyumbang medali emas.

3 dari 3 halaman

Doping di Olimpiade Rio

Tak hanya rekor baru, sejumlah kasus doping juga mewarnai Olimpiade Rio de Janeiro 2016 di Brasil. Bahkan beberapa jam sebelum upacara pembukaan.

Komite Olimpiade Siprus mengumumkan lifter Antonis Martasidis tak lolos dalam tes doping luar kompetisi (out-of-competition test). Ironisnya, Martasidis baru mengetahui hasil tesnya positif satu jam setelah tiba di Rio de Janeiro. Akreditasinya langsung dicabut dan diminta pulang ke Siprus.

Di saat bersamaan, Komite Olimpiade Yunani juga mengumumkan salah satu atletnya gagal dalam tes doping. Meski nama sang atlet sempat disembunyikan, akhirnya bocor juga ke medua. Surat kabar Yunani, Kathimerini, mengabarkan atlet itu adalah perenang putri Theodora Giareni.

Atlet lain yang juga gagal dalam tes doping adalah perenang muda asal Tiongkok, Chen Xinyi. Chen sempat turun di nomor 100 meter gaya kupu-kupu dan direncanakan juga ambil bagian di nomor 50 meter.

Silvia Danekova menambah daftar atlet yang tidak lolos dalam tes doping. Namun, atlet cabang lari asal Bulgaria ini membantah dirinya memakai doping. Ia berdalih bahwa zat yang ditemukan dalam kandungan urinenya berasal dari suplemen makan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.