Sukses

Pengalaman Aktivis Bantu Imam Nahrawi Jalani Tugas Menpora

Menpora Imam Nahrawi menghadiri acara INSPIRATO yang digelar Liputan6.com, Selasa (21/2/2017).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pemuda dan Olaraga (Menpora), Imam Nahrawi, berbagi pengalaman dengan puluhan mahasiswa yang menghadiri acara INSPIRATO di lantai 8 SCTV Tower, Senayan, Selasa (21/2/2017). Di hadapan para peserta, Imam bercerita tentang perjuangannya selama menjalani pendidikan di Surabaya.

"Setiap orang pasti punya catatan dalam hidupnya," ujar Imam mengawali presentasinya di depan mahasiswa.

"Ada yang menyimpannya di dalam hati, ada juga yang mencatat detailnya dan apapun itu, pengalaman hidup menjadi pagar dan acuan dalam menjalani hidup ke depannya," kata Imam menambahkan.

Kepada mahasiswa, Imam Nahrawi mengaku berasal dari desa. Sejak kecil, dia bahkan tidak membayangkan bisa kuliah.

Masa kecilnya dihabiskan di desa Bandung, Kecamatan Konang, dua jam dari Bangkalan, Madura. Di sana, warga yang sudah menyelesaikan pendidikan menengah lazim diplot untuk bekerja. Hal yang sama juga sempat dirasakan oleh Imam. Pihak keluarga juga menginginkan Imam bekerja usai menyelesaikan pendidikan Aliyah. 

"Tapi waktu itu saya katakan kalau saya ingin memulai hidup dengan ilmu pengetahuan, dengan hikmah dan kebijaksanaan, dan memiliki teman seluas-luasnya. Jadi saya minta izin untuk kuliah," kata Imam.

Namun bukan perkara mudah bagi Imam mewujudkan ambisinya. Sebab untuk menempuh pendidikan tinggi, butuh biaya yang tidak sedikit. Hal ini juga yang sempat dipertanyakan oleh kedua orangtuanya.

Imam tidak meminta banyak. Dia hanya ingin dibantu membayar uang SPP semester pertama.

"Orang tua saya kemudian menggadaikan sepetak sawah senilai Rp 300 ribu untuk kuliah saya," ujar Imam.

Setelah itu, Imam Nahrawi kemudian pindah ke Surabaya dan masuk di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya. Dengan keterbatasan dana, selama kuliah Imam pun memilih tinggal musola hingga 4 tahun.

Selama kuliah, Imam kemudian aktif di dunia pergerakan. Dia juga hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orangtuanya. Untuk mencari uang, Imam sempat berjualan tulisan arab bikinan sendiri di pasar. "Setiap Sabtu, teman-teman saya curiga karena saya selalu menghilang. Ada yang mengatakan kalau saya apel di sana dan di sini. Sampai akhirnya mereka tahu kalau saya jualan kaligrafi di pasar untuk uang tambahan," kata Imam.

Semasa kuliah, Imam juga sempat dihadapkan kepada pilihan yang sulit. Pasalnya, dia harus memilih antara ekonomi, pergerakan, dan studi. Imam akhirnya memilih melanjutkan studi dan tamat setelah 7 tahun kuliah.

"Namun jauh sebelum saya diangkat menjadi Menpora, orangtua saya sudah lebih dulu tiada. Jadi saya tidak sempat melihat kegembiraan mereka melihat saya diangkat jadi menteri," kata Imam.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Momen Tidak Terlupakan

Pengalaman hidup lambat laun membentuk Imam dan menempanya saat menjadi menteri. Imam ingat saat membuat keputusan sulit membekukan PSSI, Imam jadi terbiasa menghadapi aksi demo di depan kantornya.

Sebagai demonstran semasa kuliah, Imam sama sekali tidak alergi dengan aksi turun ke jalan tersebut. Namun Imam berpesan agar penyampaian aspirasi dilakukan dengan cara yang baik dan tidak menyinggung kemanusiaan. Ini juga yang disampaikannya kepada demonstran yang mengusung babi ke kantor Kemenpora.

"Padahal apa yang mereka sampaikan itu baik, yakni mereka menyerukan soal pembinaan usia dini. Hanya cara penyampaiannya menyinggung kemanusiaan. Saya kemudian memanggil mereka dan berdialog dengan mereka. Saya tidak jadi marah dan meminta mereka untuk berdemo dengan cara yang baik," kata Imam mengisahkan.

"Mereka berdemo lagi, tapi dengan cara yang lebih baik dan saya justru senang melihatnya," ujar Imam.

Pembekuan PSSI yang dilakukan oleh Menpora, Imam Nahrawi, memang sempat memperuncing konflik antara pemerintah dengan PSSI. Buntutnya adalah, Indonesia akhirnya dijatuhi sanksi oleh FIFA. Kompetisi nasional sempat berhenti bergulir dan tim nasional (timnas Indonesia) tidak diizinkan tampil di pentas internasional.

Konflik baru mereda setelah setahun dan Kemenpora mencabut pembekuan tersebut. Keputusan ini kemudian diikuti langkah FIFA yang juga mencabut sanksi bagi Indonesia sehingga timnas akhirnya bisa tampil di AFF 2016.

Di akhir presentasinya, Imam pun menyampaikan pesan kepada para mahasiswa dan generasi muda pada umumnya. "Kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Tidak perlu dipertanyakan latarbelakangnya apa, setiap orang yang membantu kita merupakan oang hebat," ujar Imam disambut tepuk tangan mahasiswa. 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini