Sukses

Kesulitan Dana, Pemain Klub Brasil Jadi Supermarket Berjalan

Saat bertanding, pemain berubah nama jadi sampo, piza, hingga busa cukur.

Liputan6.com, Jakarta Mencantumkan logo sponsor di kostum para pemain lazim berlaku di sepak bola profesional. Semakin banyak logo perusahaan atau produk yang menempel di kostum klub berarti semakin besar pula dana yang terjaring.  

Lihat saja raksasa La Liga, Real Madrid. Di kostum Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan tertera Fly Emirates yang menjadi sponsor utama mereka musim ini. Kostum Barcelona dihiasi Turkish Airlines, sedangkan di kostum Manchester United (MU) yang menjadi klub terkaya menggeser dominasi Real Madrid terpampang tulisan Chevrolet.

Di Brasil, klub seri D, Fluminense de Feira, menjalin kerja sama dengan salah satu supermarket lokal. Namun berbeda dengan klub-klub profesional pada umumnya, tim yang bermarkas di Bahia ini tidak hanya mencantumkan logo sponsor itu di kostumnya. 

Seperti dilansir AS, pihak klub juga mengizinkan sponsor mempromosikan produk dagangannya di kostum para pemain lengkap dengan harga diskon terbarunya. Nama pemain yang biasa tertera di bagian belakang kostum pun diganti dengan jenis produk dan nomor punggung disulap menjadi harga diskon yang tengah berlaku. 

Akibat aturan ini, striker yang juga bintang Fluminense, Fenando Sobral, terpaksa menyandang nama Piza di punggungnya. Nomor 10 yang dikenakannya ditambahi lambang mata uang Brasil (R$) dan angka 98 sebagai penunjuk harga per potongnya.  

Sementara itu, pemain bernomor punggung 5 kebagian jatah mempromosikan sampo. Adapun pemain bernomor punggung 20 terpaksa menyandang nama busa cukur. 

Rabu lalu, supermarket berjalan ini dipaksa menyerah 0-6 oleh tim lokal Victoria de Bahia. Dalam laga ini, Fluminense de Feira kembali mempromosikan berbagai produk seperti busa cukur, piza, dan minuman bersoda lewat kostum para pemainnya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kesulitan Dana

Cara seperti ini memang tidak lazim dilakukan oleh klub-klub profesional. Namun langkah itu terpaksa ditempuh Fluminense untuk membantu mendanai pasukannya. 

Apalagi menurut Direktur pemasaran Fluminense seperti dilansir Sports Illustrated, pengelola liga selama ini tidak memberi perhatian kepada klub-klub kecil. Itu sebabnya, mereka terpaksa mencari cara yang kreatif untuk menambah pemasukan timnya. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.