Sukses

5 Pelatih Hebat yang Bukan Apa-Apa Saat Jadi Pemain

Liputan6.com, Jakarta - Untuk pelatih hebat, Anda tak perlu menjadi pemain cemerlang. Buktinya, ada lima juru taktik yang bertangan dingin, meski bukan apa-apa saat jadi pemain.

Juergen Klopp bisa menjadi contoh untuk membuktikan anggapan ini.

Pelatih asal Jerman itu dianggap salah satu yang terbaik di Eropa. Dia berhasil mengubah Borussia Dortmund menjadi tim kuat dan menantang.

Bersama Liverpool, Klopp sukses lolos ke Liga Champions. Dengan tangan dinginnya, dia diprediksi bisa membantu tim menjadi calon juara Liga Inggris.

Akan tetapi, tahukah Anda kalau Klopp tak terlalu baik saat jadi pemain? Ya, Klopp sebenarnya berhasil mengemas 337 penampilan dan 52 gol untuk klub Jerman, Mainz. Tapi, namanya kalah tenar tidak terdengar.

Posisi aslinya adalah striker. Tapi, Klopp malah sering bermain sebagai pemain bertahan bersama Mainz. Selain Klopp, ada lima pelatih hebat lain yang bukan berstatus bintang ketika masih aktif merumput. Berikut daftarnya dikutip FootyJokes:

Saksikan video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Guus Hiddink

Guus Hiddink. (AFP/Glyn Kirk)

Mantan pelatih Chelsea ini ternyata tidak memiliki karier cemerlang sebagai pesepakbola. Dia bermain dengan PSV Eindhoven selama dua musim dan tak terlalu terdengar namanya.

Sebagian besar karier klubnya dihabiskan bersama De Graafschap dan NEC Nijmegen. Dia juga sempat bermain di Amerika Serikat.

Hiddink membuktikan sekali lagi, kalau karier manajerialnya lebih cemerlang. Hal ini setelah dia sukses memenangkan enam gelar Eredivisie dan Piala FA. Saat terbaiknya sebagai pelatih adalah ketika dia membawa Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia 2002.

3 dari 6 halaman

Luiz Felipe Scolari

Mantan pelatih Chelsea lainnya yang tidak sukses sebagai pemain tapi melakukan keajaiban sebagai pelatih adalah Scolari. Sosok asal Brasil itu bermain sebagai bek semasa jadi pemain.

Luiz Felipe Scolari. (AFP/Vanderlei Almeida)

Dia pernah memperkuat tim seperti Casxias, Juventude, Novo Hamburgo, dan CSA. Namun gagal mengesankan. Kariernya kemudian cemerlang ketika memutuskan untuk jadi pelatih.

Waktu terbaiknya sebagai pelatih adalah saat ia memimpin Brasil di Piala Dunia 2002. Setelah itu, ia memiliki banyak prestasi, dan teranyarmembantu klub Tiongkok, Guangzhou Evergrande, memenangkan gelar liga dan juga Liga Champions Asia.

4 dari 6 halaman

Marcello Lippi

Masyarakat Italia pasti tak asing mendegar Lippi. Tapi, hal ini lebih kepada karena posisinya sebagai pelatih.

Saat masih bermain dia tidak terlalu sukses. Lippi adalah bek tengah khas Italia yang secara teratur bermain untuk Sampdoria namun tidak pernah berhasil mencapai tim nasional.

Marcello Lippi. (AFP/Toshifumi Kitamura)

Dia kemudian beralih ke karier kepelatihan pada usia 34. Hasilnya cukup instan dengan membantu Napoli lolos ke kompetisi UEFA di musim 1993/1994, kemudian membawa Juventus meraih lima gelar Serie A. Kontribusinya yang paling terkenal adalah membawa timnas Italia memenangkan Piala Dunia 2006.

5 dari 6 halaman

Jose Mourinho

Jose Mourinho. (AFP/Paul Ellis)

Darah sepak bola Mourinho mengalir dari sang ayah. Tapi, sayangnya dia tidak begitu  berbakat bermain si kulit bundar dan dengan cepat mengetahuinya sejak awal karier.

Dia pernah bermain untuk Rio Ave, Beleneses dan Sesimbra. Merasa tidak berkembang, Mourinh langsung memutar stir untuk menjadi pelatih.

Istimewanya, dia sukses membawa Porto juara Liga Champions di musim 2003/2004 dan langsung menjadi bintang di klub Inggris, Chelsea. Dia memenangkan treble dengan Inter Milan dan cukup berhasil di Real Madrid. Teranyar, Mourinho berhasil bawa Manchester United juara Liga Europa.

6 dari 6 halaman

Udo Lattek

Siapapun tidak bisa meremehkan keunggulan pelatih Jerman yang satu ini. Lattek punya karier kepelatihan yang terkenang sampai sekarang.

Akan tetapi, Lattek tidak memiliki pengalaman bermain sepak bola profesional. Tapi entah mengapa dia sangat paham betul skema soal permainan bola.

Dia memimpin Bayern Munchen meraih tiga gelar liga berturut-turut dan Piala Champions 1974. Lattek kemudian menahkodai Borussia Monchengladbach untuk meraih gelar liga berturut-turut dan Piala UEFA.

Kariernya di Barcelona juga berbuah cukup indah. Ia memenangkan Piala Winners dan Piala Liga Spanyol bersama mereka sebelum kembali ke Bayern. Di sini dia membantu tim meraih tiga gelar liga lagi. (I. Eka Setiawan)

Udo Lattek. (Reuters)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.