Sukses

Sampai Kapan Mau Naik Ring, Pacquiao?

Pacquiao belum berencana meninggalkan tinju di usia 38 tahun.

Liputan6.com, Brisbane - Usia adalah musuh bagi setiap atlet, termasuk Manny Pacquiao. Berumur 38 tahun, performa petinju asal Filipina itu jelas tidak seperti dulu.

Penurunan tersebut terlihat ketika Pacquiao menghadapi Jeff Horn pada perebutan sabuk juara kelas welter versi WBO.

Masyarakat Filipina menyaksikan Manny Pacquiao dikalahkan Jeff Horn di Manila, Minggu (2/7/2017). (AFP/Noel Celis)

Ketiga juri yang bertugas di Suncorp Stadium, Brisbane, Australia, Minggu (2/7/2017), pun berpandangan sama. Mereka mengapresiasi Horn yang tampil berani melawan juara di delapan kelas berbeda.

Chris Flores dan Ramon Cerdan memberi angka 115-113 baginya. Sedangkan Waleska Roland menulis 117-111 untuk andalan tuan rumah.

Harus diakui, hasil ini tetap mengejutkan. Banyak yang menganggap Pacquiao menderita kekalahan kontroversial. Sejumlah media, seperti Guardian dan ESPN, plus reaksi beberapa figur di media sosial, menilai Pacquiao dirampok.

"Ada masalah besar di tinju. Hasil Pacquiao tidak benar," tulis guard Portland Trail Blazers, Damian Lillard, melalui Twitter. 

Jumlah pukulan pun menunjukkan keunggulan Pacquiao. Dia mendaratkan 182 dari 573 pukulan, berbanding 92 dari 625 milik Horn yang sembilan tahun lebih muda darinya.

Manny Pacquiao (kanan) melepas pukulan ke Jeff Horn pada perebutan gelar WBO kelas Welter di Suncorp Stadium, Brisbane, Australia, Minggu (2/7/2017). (AFP/Patrick Hamilton)

Tidak Lagi Dominan

Kenyataannya, penurunan Pacquiao turut terlihat di dalam ring. Tanpa bermaksud mengecilkan momen istimewa saat ini, Horn bukanlah petarung papan atas. Dia belum pernah bertemu petinju hebat meski memasuki usia emas. Sebelum meladeni Pacquiao, Horn baru beraksi 17 kali. Lawan paling terkenalnya adalah Randall Bailey, mantan juara dunia dua kali yang namanya jarang terdengar.

Dengan level tersebut, Horn terlihat kikuk di tengah sorotan dunia. Di tengah agresivitasnya, dia beberapa kali membiarkan kepalanya tidak dilindungi. Namun, Pacquiao tidak mampu memaksimalkan kondisi tersebut.

Faktanya, pukulan sosok yang aktif di bidang politik itu tidak pernah meruntuhkan lawan dalam delapan tahun. Terakhir kali Pacquiao menang KO terjadi saat menaklukkan Miguel Cotto, November 2009.

Kecepatan dan jumlah pukulan Pacquiao juga jauh berkurang. Jarang lagi terlihat dominasinya terhadap mendominasi lawan, seperti ketika mempermalukan Cotto, Ricky Hatton, atau Oscar De La Hoya.

"Saya tidak menduga Horn setangguh ini. Saya coba memukulnya jatuh di ronde kesembilan. Tapi saya gagal dan mampu dia memulihkan diri," ungkap Pacquiao.

Waktunya Pensiun?

Ke depannya, Pacquiao berencana mengaktifkan klausul rematch yang terdapat dalam kontrak melawan Horn. Pertarungan tersebut kemungkinan besar berlangsung akhir tahun ini.

Pacquiao tetap memiliki peluang merebut kembali gelar. Tapi, pada akhirnya, kesuksesan tersebut tidak berarti banyak.

Jeff Horn merayakan kemenangan atas Manny Pacquiao pada perebutan gelar WBO kelas Welter di Suncorp Stadium, Brisbane, Australia, Minggu (2/7/2017). (AP Photo/Tertius Pickard)

Pengaruhnya untuk olahraga yang membesarkan namanya semakin kecil. Tanpa bertanding lagi pun, Pacquiao sudah dipastikan masuk Hall of Fame. Justru dengan terus bertinju, kemungkinan dia bakal terluka.

Bisa dikatakan, faktor yang membuatnya terus naik ring adalah harga diri. Namun, sudah berapa banyak contoh kejatuhan seseorang karena tidak tahu waktunya mundur?

Saksikan video menarik berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.