Sukses

Pejabat Liga Inggris Komentari Krisis Kepercayaan Wasit Indonesia

Clive Oliver menilai wasit Liga Inggris juga masih dipertanyakan.

Liputan6.com, Tangerang Selatan - Pengamat wasit Liga Inggris Clive Oliver memberi pendapat soal krisis kepercayaan untuk perangkat pertandingan di Indonesia. Dia mengaku masalah tersebut juga dihadapi negara-negara lain.

Integritas wasit menjadi topik hangat selama Liga 1 dan Liga 2 bergulir. Banyak aduan masuk ke Komite Wasit PSSI hingga departemen khusus federasi ini mengistirahatkan 18 perangkat pertandingan yang dianggap lalai saat memimpin pertandingan.

"Anda tidak sendirian. Di Inggris dan negara lain juga mengalaminya dan butuh proses yang panjang untuk menumbuhkan rasa percaya pada integritas wasit," kata Oliver dalam jumpa pers kursus pengembangan wasit Premier Skills yang baru saja ditutup di Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu (30/7/2017).

Sehari-harinya Oliver bertugas untuk membantu pengembangan kualitas perangkat pertandingan Liga Inggris. Dan dia mengungkapkan publik harus teredukasi menerima keputusan pemilihan wasit dalam suatu pertandingan.

"Awalnya harus percaya pada pihak yang memilih wasit. Ingat, pemain tak bisa memilih wasit. Dari tingkat itu dulu," ujar Oliver lagi.

Pria 54 tahun tersebut juga menerangkan butuh perjalanan sangat panjang untuk meyakinkan dan membangun kepercayaan publik terhadap wasit. Hubungannya dengan edukasi, komunikasi, dan kebudayaan setempat.

"Untuk meningkatkan kualitas kepercayaan tak bisa dilihat dari satu sisi karena melibatkan federasi, edukasi pemain, edukasi penonton, dan lain-lain," kata ayah dari wasit elite Liga Inggris Michael Oliver itu.

"Di Inggris seperti itu tapi kami sudah melewatinya. Kalian tak sendirian dan selama proses pengembangan kualitas berjalan, pasti rasa percaya itu meningkat," ujarnya.

Saksikan video menarik berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.