Sukses

Saleh Al'Ayubi Pary, Mutiara Tulehu Menatap Eropa

Bakat Saleh Al'Ayubi Pary harus berkembang dalam keterbatasan jumlah lapangan sepak bola di Tulehu, Maluku

Jakarta - "Saya akan bermain sepak bola di Eropa." Saleh Al'Ayubi Pary (13 tahun) mengucapkan kalimat tersebut sambil memegang bola kusam di tangannya. Wajahnya terlihat gembira. Senyum mengembang di bibir pelajar kelas VIII di Tulehu, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah itu. 

Baca Juga

  • Alghy Nahumarury dan Sepatu Bola Pengejar Mimpi di Tulehu
  • Sani Tawainella, Antara Sepak Bola dan Makna Kehidupan Tulehu
  • Sepak Bola, Seruan Pulang Anak Rantau Negeri Tulehu

Ucapan Saleh itu langsung membuyarkan lamunan Maihanu Persenal, sang ibu, yang sedang berada di ruang tamu kediamannya. Sembari membersihkan kotoran-kotoran tanah dari sepatu bola putra sulungnya dengan kain lap, Maihanu hanya bisa melontarkan senyuman untuk membalas pernyataan Saleh. 

Maihanu adalah satu di antara para orang tua di Tulehu yang tidak ingin api semangat anak-anaknya mewujudkan cita-cita dalam dunia sepak bola padam. Aktivitas Maihanu membersihkan sepatu sepak bola setiap sebelum Saleh pergi ke tempat latihan merupakan contoh dukungan tersebut. 

Sepatu milik pesepak bola SSB Tulehu Putra, Saleh Al'Ayubi Pary dibersihkan sang ibu. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

"Jika saya tidak bisa membelikan sepatu bagus untuk Saleh, setidaknya saya bisa membersihkan sepatunya supaya dia tetap semangat latihan," kata Maihanu.

Dalam kesehariannya, Mainahu bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya merupakan supir angkot. Sadar waktu sang suami terbatas untuk menemani putranya mengasah bakat sepak bola, Mainahu mencoba selalu mendampingi Saleh berlatih ataupun bertanding bersama SBB Tulehu Putra.

Pesepak bola SSB Tulehu Putra, Saleh Al'Ayubi Pary berlatih di tepi Pantai Tial. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Bagi Maihanu, perjuangan Saleh berlatih keras setiap hari untuk menggapai mimpi menjadi pesepak bola profesional sudah membuatnya merasa bangga. Belum lagi melihat kondisi ekonomi, yang terkadang untuk makan sehari-hari bersama keluarga saja bisa membuat Maihanu mengelus-elus dada. 

Saleh lantas tidak menyerah dengan keadaan. Di balik mimpi besar menjadi pesepak bola profesional Tulehu yang dapat berkarier di Eropa, Saleh pun menyelipkan cita-cita mulia untuk membayar jasa-jasa kedua orang tuanya. 

"Suatu saat nanti, saya ingin menaikkan haji bapak dan ibu, karena mereka sangat sayang kepada saya. Mereka telah memberikan segalanya untuk mendukung saya bermain sepak bola," ungkap Saleh. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menonjol

Saleh adalah satu di antara anggota SBB Tulehu Putra yang paling menonjol. Bocah yang biasa bermain di posisi gelandang serang itu memiliki kemampuan di atas rata-rata. Gerakan lincah kakinya saat mengolah bola ibarat pemain-pemain Samba Brasil yang bisa bermain dengan kaki hingga kepala. 

Hal itu tentu tidak diraih secara mudah. Saleh tak kenal lelah berlatih setiap hari. Biasanya, ia baru pulang ke rumah menjelang magrib setelah bermain sepak bola. Bahkan, permainan itu dilakukan tidak hanya di lapangan saja, tetapi juga di jalan-jalan setapak makam leluhur.

Lagi pula, bicara soal fasilitas sepak bola, sebenarnya Tulehu memang memiliki tiga lapangan yang sering dijadikan tempat berlatih sekolah-sekolah sepak bola di sana. Namun, hanya lapangan Matuwaru yang memiliki kondisi "lebih baik" daripada dua tempat lainnya, yakni Darussalam dan Hurnala. 

Pesepak bola SSB Tulehu Putra, Saleh Al'Ayubi Pary beristirahat usai latihan disekitar makam leluhur. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Berdasar kondisi itulah, lapangan Matuwaru menjadi idola bagi masyarakat Tulehu. Konsekuensinya, Saleh, bersama SSB Tulehu Putra, tidak memiliki banyak waktu berlatih di sana. Namun, ia mengakali hal tersebut dengan berlatih di tempat lain, misalnya, tepi pelabuhan dan pantai, serta jalanan.

"Dulu bisa setiap hari (bermain), tetapi kini jadwal latihan kami hanya Selasa, Kamis, dan Sabtu. Kami berbagi waktu dengan SBB Nursaini dan juga warga-warga yang ingin bermain bola," ujar Sani Tawainella, pendiri SSB Tulehu Putra.

Meski demikian, bagi Saleh, berlatih dan bermain sepak bola di lapangan rumput, pasir, jalanan, atau halaman rumah, sama saja. Bagi dia, yang terpenting adalah tetap fokus menggapai cita-cita bermain di salah satu klub Eropa. Cita-cita mulia demi mengangkat nama orang tuanya, masyarakat Tulehu, serta Indonesia. 

Baca artikel sebelumnya: 

Rizki Lestaluhu dan Obat Jiwa yang Terluka di Negeri Tulehu

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini