Sukses

KOLOM: Menanti Kesempurnaan Guardiola

Guardiola diharapkan bisa memberi prestasi untuk Manchester City seperti yang pernah dilakukannya di Bayern Munchen dan Barcelona.

Liputan6.com, Jakarta - Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Namun, tetap saja, tiada manusia yang sempurna. Rasanya, siapa pun tak akan memungkiri hal ini. Semua manusia, setiap orang, pasti punya kekurangan yang membuatnya tak sempurna.

Meskipun demikian, adalah hal lumrah ketika kita berharap kesempurnaan dari seseorang. Kita tak henti menuntut kesempurnaan dari siapa saja. Entah itu pasangan hidup, anak, orang tua, atasan, bawahan, ataupun sahabat. Kita ingin mereka menjadi sosok seperti ideal yang ada di benak kita, sempurna sesuai keinginan kita.

Harapan akan kesempurnaan semakin menguat terhadap sosok-sosok yang dianggap hebat, luar biasa. Bukan hanya demi kepuasan kita, melainkan juga karena kita menganggap dia pantas memiliki hal itu.

Maka tak perlu heran ketika belakangan ini muncul harapan tinggi terhadap Manchester City untuk menjalani musim tanpa kekalahan. Man. City musim ini memang sungguh luar biasa. Permainan mereka oke, skuat mereka merata, nafsu membunuh mereka pun luar biasa. Mungkin hanya Paris Saint-Germain yang bisa menandingi mereka soal yang terakhir ini.

Lalu, jangan lupa, di belakang skuat Man. City saat ini ada Josep Guardiola. Dialah sang genius di dunia sepak bola. Dialah seseorang yang lahir sebagai pemenang dan penakluk dunia. Soal sepak bola, saat ini, tak ada yang setara dengan pria kelahiran Santpedor itu.

Pelatih Manchester City, Pep Guardiola (kiri) memberikan arahan kepada Fernandinho pada sesi latihan tim di City Football Academy, Manchester, (20/11/2017). City akan melawan Feyenord ada grup F. (AFP/Oli Scarff)

Ada pelatih-pelatih lain yang juga sukses, tapi tak punya filosofi sepak bola sebaik Pep. Ada di antara mereka yang meraih trofi dengan menghalalkan segala cara, termasuk memarkir bus tingkat di depan gawang.

Ada pula pelatih-pelatih yang punya filosofi sepak bola bagus, tapi tak sesukses Pep Guardiola. Mereka boleh jadi genius soal taktik dan strategi, juga punya filosofi tersendiri. Namun, ada di antara mereka yang menjadi medioker saat berada di klub lain.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Prestasi Pelengkap

Sejak mencuat sebagai pelatih Barcelona pada 2008-09, Guardiola telah meraih segalanya. Dari gelar domestik, regional, hingga internasional sudah pernah dia raih. Bahkan, pada musim pertamanya sebagai pelatih profesional, dia merengkuh treble winners.

Kebesaran Guardiola bukan hanya soal piala. Dia juga besar karena filosofi sepak bola indahnya yang memesona. Dia menunjukkan cara paling ideal meraih piala, yakni dengan bermain indah, memanjakan mata para pemirsa, baik yang datang ke arena atau sekadar lewat layar kaca.

Satu-satunya hal yang belum dicapai Guardiola adalah tak terkalahkan sepanjang musim. Dia nyaris melakukan hal itu pada musim pertamanya di Bayern Muenchen pada 2013-14. Namun, hal itu urung digapai karena Die Roten kalah dari FC Augsburg.

Sekarang, harapan untuk melihat dia mewujudkan itu kembali merekah. Kiprah ciamik Man. City sejauh ini adalah dasarnya. Garth Crooks dan Martin Keown meyakini hal itu. Crooks menilai The Citizens saat ini memeragakan sepak bola terbaik sepanjang sejarah Premier League. Sementara itu, dalam pandangan Keown, karena Guardiola, Man. City saat ini adalah serial winner.

Aksi pemain Feyenoord, Sam Larsson (tengah) saat melewati adangan para pemain Manchester City pada laga group F Liga Champions di Etihad Stadium, Manchester, (21/11/2017). City menang 1-0. (AP/Dave Thompson)

Tekad untuk selalu menang itu pun sudah teruji. Saat menjamu Feyenoord pada matchday V Liga Champions lalu misalnya. Mereka tak putus asa membongkar pertahanan lawan dan akhirnya menuai gol kemenangan hanya dua menit jelang usai melalui eksekusi Raheem Sterling.

Giovanni van Bronckhorst, pelatih Feyenoord, sangat yakin tak seorang pun di dunia ini yang tak menganggap Kevin De Bruyne cs. sebagai salah satu yang terbaik di dunia saat ini. Sebelumnya, Claude Puel, manajer Leicester City mengatakan, The Citizens adalah yang terbaik di Eropa.

Sudah barang tentu, sebagai tim terbaik, The Citizens punya kemampuan melakukan hal istimewa. Tak terkecuali invincible, tak terkalahkan. Bukan cuma di Premier League seperti Arsenal pada 2003-04, melainkan di semua ajang yang diikuti musim ini.

3 dari 3 halaman

Sebuah Kepantasan

Tak terkalahkan sepanjang musim memang tak akan membuat Man. City dan Guardiola mendapatkan trofi khusus. Namun, itu akan jadi sebuah legacy yang membuat mereka abadi.

Lagi pula, itu adalah sebuah kepantasan bagi Man. City. Ingatlah, pada awal musim ini saja, mereka telah mengeluarkan uang hampir 250 juta euro. Tentu hanya trofi juara dan rekor luar biasa yang bisa membuat jumlah uang itu terasa kecil saja.

Dengan uang itu, Guardiola berhasil membuat monster mengerikan yang hanya gembira bila menjebol gawang lawan dan memetik kemenangan. Jiwa monster itu pun sudah merasuki De Bruyne cs.

Juara dan tak terkalahkan juga sebuah kepantasan bagi tim yang dihuni para fantasista. Keown tak ragu menyebut mereka sebagai para artis di lapangan hijau yang menyuguhkan hiburan luar biasa dengan Gabriel Jesus atau Sergio Aguero sebagai penampil akhir.

Guardiola dan De Bruyne memang menilai Man. City tak mungkin menyamai langkah Arsenal. Memang benar, dalam sebuah musim, sebuah tim pasti akan menemui grafik menurun. Mereka akan bertemu masa ketika semua upaya seperti sia-sia dan Fortuna menjauh entah ke mana.

Para pemain Manchester City merayakan gol Raheem Sterling saat melawan Feyenord pada laga group F Liga Champions di Etihad Stadium, Manchester, (21/11/2017). City menang 1-0. (AP/Dave Thompson)

Akan tetapi, itu bukan berarti The Citizens tak punya peluang melakukan hal itu. Keown punya keyakinan, Guardiola akan mampu membawa De Bruyne cs. melewati masa sulit. Ketika timnya terlena, pria asal Katalonia itu akan langsung memberikan tamparan yang akan membuat mereka kembali tersadar.

Lagi pula, jauh di dalam benak anak-anak Man. City bersemayam keinginan menjadi invincible. Hal itu sempat terlontar tanpa sengaja dari mulut Yaya Toure. Saat mereka dipaksa menjalani adu penalti oleh Wolverhampton Wanderers di Piala Liga, dia sempat mengatakan bahwa menjadi invincible adalah target mereka musim ini.

Satu-satunya hal yang paling mungkin membuat The Citizens gagal menjalani musim tanpa kekalahan adalah keengganan Guardiola. Semasa di Bayern, karena keengganan yang dimanifestasikan lewat putusan menurunkan para pemain pelapis itulah rekor tak terkalahkan buyar di tangan Augsburg.

Akan tetapi, jikalau masih ingat betul kekecewaan dan kemarahan para fans Die Roten atas hal itu, rasanya mustahil Guardiola akan melakukan itu lagi. Bagaimanapun, dia mestinya sadar bahwa ada hal-hal yang menurut dia tak penting namun justru begitu berharga di mata para fans.

*Penulis adalah jurnalis dan pengamat sepak bola. Tanggapi kolom ini @seppginz

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.