Sukses

HEADLINE: Timnas U-19 Menjajal "Indonesian Way"

Liputan6.com, Jakarta - Tidak akan ada lagi nama Indra Sjafri dalam list pelatih timnas Indonesia U-19. Per Desember 2017, pria asal Minang itu tak akan lagi menjabat sebagai pelatih Egy Maulana dan kawan-kawan karena PSSI tak memperpanjang kontraknya.

Namun, Indra masih punya peran penting untuk mendampingi tim yang punya julukan Garuda Nusantara itu. Dia masih dipercaya menjadi jembatan proses transisi ke pelatih selanjutnya.

PSSI sendiri belum mengumumkan secara resmi siapa yang akan menggantikan Indra. Namun, dari pernyataan Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi dan Ratu Tisha Destria (Sekjen PSSI), mencuat nama Bima Sakti, asisten pelatih timnas senior dan U-23, Luis Milla. Bima Sakti akan dibantu penyerang gaek Arema FC, Cristian Gonzales.

“Luis Milla akan menjadi pelatih kepala usia muda dan perpanjangan tangan konsep usia muda PSSI. Milla akan menjadi pelatih U-23, sedangkan asisten pelatih U-23 akan menjadi pelatih kepala timnas Indonesia U-19,” kata Ratu Tisha dalam rilis PSSI.

Bima Sakti memang tetap akan bekerja dengan arahan Luis Milla. Sebab, PSSI akan menerapkan sistem kepelatihan berjenjang untuk kelompok usia muda pada kategori U-16, U-19, dan U-23.

“Dengan konsep ini diharapkan akan terjadi komunikasi dan pembinaan yang baik di masa transisi dari Indra Sjafri ke Bima Sakti," Tisha kembali menjelaskan.

Pemilihan Bima sebagai pelatih timnas Indonesia U-19 sendiri bukan tanpa alasan. Dengan posisinya sekarang sebagai asisten Luis Milla, diharapkan dia bisa bersinergi dengan baik bersama pelatih asal Spanyol itu. Selain itu, Bima Sakti juga sudah mengantongi lisensi B AFC.

Bima Sakti sendiri mengaku siap, jika nantinya dikukuhkan sebagai pengganti Indra. "Karena ini tugas negara, pasti saya akan berusaha sekuat mungkin," ujar pria yang pertama kali menjulang lewat PSSI Primavera itu.

Proses transisi sendiri diperkirakan akan memakan waktu hingga Januari 2018. Setelah itu, diharapkan sistem kepelatihan berjenjang yang dibangun PSSI sudah bisa berjalan. Sementara Indra akan mendapat tugas baru dia area pengembangan pemain.

Sistem untuk konsep baru ini sendiri sudah disiapkan. PSSI menyebutnya Filanesia, kependekan dari Filosofi Sepak bola Indonesia. Sebagai fondasinya digunakanlah kurikulum "Indonesian Way" yang disusun Direktur Teknis PSSI, Danurwindo.

Namun, PSSI sadar, sebelum proses ini berjalan, kehadiran Indra masih dibutuhkan. Setidaknya, dia diharapkan bisa memberikan masukan kepada Bima Sakti terkait kondisi timnas Indonesia U-19.

Maklum, Indra-lah yang membangun tim Indonesia U-19 ini. Sebagian besar pemain Garuda Nusantara yang tampil di Piala AFF U-18 lalu, merupakan hasil blusukan Indra. Sama seperti ketika dia membentuk tim dengan kategori sama di tahun 2013 dan membawanya jadi juara Piala AFF U-19 2013.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Filanesia=Indonesian Way

PSSI memang tak main-main dalam menyusun "Indonesian Way". Saat menyusunnya, PSSI meminta masukan dari banyak pelatih nasional. Mulai dari pelatih klub-klub Liga 1, hingga pelatih timnas berbagai kategori, termasuk Luis Milla dan Indra Sjafri.

Diharapkan "Indonesian Way" bisa dijadikan fondasi pembangunan sepak bola Indonesia. Dari sini pula diharapkan muncul karakter sepak bola Indonesia yang sesungguhnya. Sebab, kurikulum ini memang dibangun berdasarkan nilai-nilai dan tradisi Indonesia.

Dengan "Indonesian Way", struktur tim nasional diharapkan memiliki visi bermain dan filosofi yang seragam. Mulai dari timnas Indonesia U-16, U-19, dan U-22.

Bima Sakti disiapkan menggantikan Indra Sjafri menangani timnas Indonesia U-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ini juga berkaitan dengan fokus PSSI yang kini lebih diarahkan ke program usia muda. Mimpi besarnya, dengan "Indonesian Way", Indonesia bisa melahirkan tim nasional yang bisa berlaga di Piala Dunia 2034. Indonesia sendiri berencana mencalonkan diri jad tuan rumah Piala Dunia 2034 bersama beberapa negara Asia Tenggara lainnya.

"Untuk menuju ke sana, seperti tertuang dalam peta jalan PSSI, kita harus tampil lebih dulu di Olimpiade 2024 untuk mengukur pantas tidaknya kita bermain di Piala Dunia,” ujarnya.

Namun begitu, Filanesia sebenarnya sudah akan diuji ketika Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia U-19 2018. Sebab, tim yang akan tampil di ajang ini adalah timnas Indonesia U-19 bentukan Indra, yang rencananya dialihkan ke Bima Sakti.

Target yang dibebankan PSSI pun lumayan berat, minimal menembus semifinal, agar bisa otomatis lolos ke Piala Dunia U-20 2019.

Terdekat, timnas U-19 Indonesia bakal berlaga sebagai tuan rumah pada Piala Asia U-19 2018.Pada turnamen dua tahunan tersebut, Indonesia ditargetkan minimal menembus semifinal untuk otomatis lolos ke putaran final Piala Dunia U-20 2019.

3 dari 3 halaman

Sosok Gonzales

Mungkin yang banyak mendatangkan pertanyaan adalah kehadiran Gonzales. Maklum, penyerang Arema FC berusia 41 tahun itu tak memiliki pengalaman sebagai pelatih.

Namun begitu, kehadiran Gonzales sepertinya bisa berguna untuk memberikan motivasi tersendiri bagi para pemain timnas U-19. Pasalnya, pria naturalisasi asal Uruguay ini punya rekam jejak mengkilap di sepak bola Indonesia.

Cristian Gonzales  (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Di era Liga Indonesia, Gonzales pernah empat kali berturut-turut jadi pencetak gol terbanyak. Gonzales juga merupakan top scorer di Indonesia Super League pertama, musim 2008/09 dengan 28 gol.

Di timnas, meski tak lama, kiprah Gonzales juga cukup gemilang. Dari 25 penampilan, sejak tahun 2010, dia mengoleksi 11 gol.

"Serasa mimpi. Tapi, saya siap jika memang dipercaya. Sampai sekarang memang belum ada telepon langsung dari PSSI. Karena itu saya masih menunggu kebenarannya," kata Gonzales kepada Bola.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.