Sukses

5 Pelatih Tersukses di Serie A Sepanjang 2017

Kompetisi Serie A berjalan ketat tahun ini.

Liputan6.com, Roma - Sepanjang tahun 2017, Liga Serie A Italia menyajikan banyak hal menarik untuk disimak. Satu di antaranya adalah keberhasilan Juventus merebut gelar Scudetto keenam secara berturut-turut, yang dimulai sejak musim 2011/2012.

Sempat nyaris dikejar oleh AS Roma di penghujung musim, I Bianconeri tetap berhasil mengamankan gelar dengan keunggulan empat poin di klasemen akhir.

Selain kesuksesan Juventus tadi, Serie A juga mempertontonkan lika-liku perjalanan karier sejumlah pemain, mulai dari yang memang sudah matang, hingga pemain muda yang baru mengorbit. Sebut saja nama-nama seperti Edin Dzeko, Paulo Dybala, Mauro Icardi, Gianluigi Buffon, Leonardo Bonucci, hingga Pietro Pellegri.

Nama-nama yang disebutkan ini hampir selalu menghiasa halaman berita-berita Liga Italia.

Tak lengkap pula rasanya jika tidak membicarakan tentang kiprah para pelatih. Sebab, di tangan merekalah performa tim-tim yang berlaga sangat ditentukan. Dan karier para pemain pun juga tak luput dari kebijakan mereka. Sebab, seorang pemain pastilah sulit bersinar jika jarang dimainan oleh sang pelatih.

Lalu, siapakah pelatih tersukses di Serie A selama dua belas bulan di tahun 2017? Berikut lima di antaranya yang dirangkum Liputan6.com berdasarkan performa tim yang mereka tangani.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Maurizio Sarri

Nama pertama yang patut masuk dalam daftar ini tentu saja adalah pelatih Napoli, Maurizio Sarri. Di bawah asuhannya, Napoli tampil konsisten sejak musim lalu. Meski belum berhasil menjuarai Serie A, mereka setidaknya mampu menyaingi Juventus dalam perebutan Scudetto.

Harapan untuk meraih Scudetto pun hadir musim ini. Mereka memimpin puncak klasemen, dengan catatan baru sekali menelan kekalahan. Mereka sudah mengumpulkan 45 poin dalam 18 laga, mengungguli Juventus di peringkat kedua (44 poin) dan Inter Milan (40 poin) di peringkat ketiga.

Meskipun gagal mengantarkan Napoli lolos ke babak 16 besar Liga Champions, Sarri tetap dihormati. Sebab, dengan taktik yang ia terapkan, Napoli tidak hanya sekadar konsisten meraih kemenangan, tapi juga mampu menyajikan sepak bola indah. Hal itu sudah diakui oleh banyak kalangan, termasuk oleh pelatih Juventus, Massimiliano Allegri dan pelatih Manchester City, Pep Guardiola.

Dari sisi pembinaan pemain, Sarri juga cukup piawai. Pemain-pemain yang tadinya tidak terlalu diperhitungkan, sekarang tumbuh menjadi bintang dan membuat banyak klub besar tergiur. Contohnya Kalidou Koulibaly, Fauzi Ghoulam, Lorenzo Insigne, Dries Mertens, hingga Jorginho.

Dan, seluruh kehebatan Sarri itu pun berbuah manis. Pada penghargaan Grand Gala del Calcio November lalu, ia terpilih sebagai pelatih terbaik tahun ini, mengalahkan Allegri dan Luciano Spalletti.

3 dari 6 halaman

2. Gian Piero Gasperini

Standar kesuksesan seorang pelatih tentu saja tidak selalu diukur dari peringkat klub yang dilatihnya di tangga klasemen. Standar itu pastilah menyesuaikan dengan komposisi pemain serta keuangan klub yang ia latih. Dengan demikian, pantaslah jika pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini masuk dalam daftar ini.

Salah satu faktornya tentu saja kesuksesan Atalanta musim lalu. Ya, Orobici (julukan Atalanta) mampu finis di peringkat empat klasemen akhir Serie A musim lalu. Mereka menyalip Lazio di pekan terakhir. Mereka pun lolos ke Liga Europa secara otomatis.

Musim ini, kepiawaian Gasperini pun tampaknya masih berlanjut. Meskipun belum menembus zona Eropa seperti musim lalu, setidaknya Alejandro Gomez dan kawan-kawan tetap mampu menjaga asa untuk merebut posisi itu. Mereka saat ini berada di peringkat tujuh klasemen dengan raihan 27 poin, sama dengan Sampdoria di peringkat enam.

Bukti kehebatan Gasperini musim ini tak perlu diragukan. Pada laga terakhir pekan lalu, mereka sukses menaklukkan AC Milan di San Siro dengan skor meyakinkan, 2-0. Pun di Liga Europa, mereka mampu mengalahkan tim-tim yang di atas kertas lebih hebat, seperti Everton dan Olympique Lyon. Mereka keluar sebagai juara grup di babak penyisihan.

Itu masih seputar kesuksesan klub. Belum termasuk bagaimana cerdiknya ia mengorbitkan pemain-pemain muda, hingga menjadi komoditas yang laris manis diborong klub-klub besar. Sebut saja Roberto Gagliardini dan Alessandro Bastoni yang sudah diambil Inter Milan, Andrea Conti dan Franck Kessie yang sudah dibeli oleh AC Milan, serta Leonardo Spinazzola dan Mattia Caldara yang sudah diamankan oleh Juventus.

4 dari 6 halaman

3. Simone Inzaghi

Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa barometer kesuksesan seorang pelatih tidak melulu diukur dari peringkat tim yang ia latih, maka Simone Inzaghi juga pantas masuk dalam daftar ini. Ya, seperti yang dapat disaksikan, di bawah asuhannya, Lazio mampu konsisten bersaing di papan atas sejak musim lalu. Musim lalu mereka finis di peringkat lima, dan musim ini pun, mereka masih berada di posisi yang sama.

Hebatnya lagi, selisih poin Lazio dari pemuncak klasemen juga tidak terlalu jauh. Mereka saat ini terpaut sembilan poin dari Napoli. Ditambah, mereka punya satu pertandingan yang belum dimainkan. Artinya, jika memenangkan pertandingan yang tertunda itu, jarak itu akan terpangkas menjadi enam poin.

Jika diperhatikan penampilan Lazio secara terperinci, kehebatan Inzaghi di antaranya dapat dilihat saat mereka menghajar Juventus 2-1 di Stadion Allianz, serta saat mereka membantai AC Milan 4-1 di Stadion Olimpico. Belum lagi di Liga Europa, di mana Inzaghi membawa Lazio lolos ke fase 32 besar sebagai juara grup.

Dan, nilai tambah Inzaghi lainnya adalah ia mampu menorehkan semua catatan di atas dengan pemain-pemain berharga murah, hal yang belum tentu dapat dilakukan oleh klub-klub besar macam Juventus, Inter Milan, dan AC Milan.

5 dari 6 halaman

4. Massimiliano Allegri

Sebagai pelatih yang sukses mempersembahkan gelar Scudetto musim lalu (2016/2017), rasanya patutlah jika Allegri juga masuk dalam daftar ini. Apalagi, kiprah Juventus musim ini, atau paruh tahun 2017, juga masih konsisten. Mereka masih berada di jalur menuju juara, walaupun tidak berada di puncak.

Terlepas bahwa mereka saat ini berada di peringkat kedua, menurut catatan, penampilan Juventus sejauh 18 pekan yang sudah berjalan juga tidak lebih buruk dari musim sebelumnya. Hanya saja, penampilan Napoli terlalu luar biasa hingga memaksa mereka saat ini hanya berada di posisi dua.

Bahkan, Allegri juga mampu mematahkan anggapan bahwa Juventus hanya mengandalkan pertahanan dalam merebut Scudetto. Berkat tangan dinginnya, I Bianconeri musim ini menjelma sebagai tim paling produktif. Mereka sudah menjebol gawang lawan sebanyak 41 kali. Selisih gol mereka pun paling bagus saat ini (31 gol), karena baru kebobolan 14 gol.

Kepiawaian Allegri yang paling menonjol adalah bahwa ia tak takut merotasi pemain dan formasi. Ia tak segan-segan mencadangkan pemain bintangnya di kala sang pemain sedang menurun performanya. Hal ini sudah ia buktikan pada Gonzalo Higuain dan Paulo Dybala. Artinya, pelatih 50 tahun itu tidak cuma mengandalkan pemain bintang.

6 dari 6 halaman

5. Luciano Spalletti

Satu lagi pelatih yang tidak dapat dibilang sukses sepanjang tahun 2017 adalah Luciano Spalletti. Musim lalu, ia mengantarkan AS Roma finis di peringkat dua dan meloloskan tim ibu kota itu ke Liga Champions secara otomatis.

Hengkang ke Inter Milan nyatanya tak membuat kehebatan Spalletti menghilang. Terlepas dari dua kekalahan di laga terakhir, di musim pertamanya ini, Spalletti langsung membawa dampak positif bagi Inter Milan.

Pelatih berusia 58 tahun itu mampu membangkitkan semangat dan optimisme anak-anak I Nerazzuri yang dalam beberapa tahun terakhir terjerembab. Bahkan, Mauro Icardi dan kawan-kawan sempat tak terkalahkan di 16 laga awal Serie A dan memimpin puncak klasemen selama dua pekan.

Spalletti juga mampu memotivasi para pemain Inter Milan yang tadinya nyaris terbuang. Yuto Nagatomo, Andrea Ranocchia, hingga Davide Santon, kini mulai menemukan kembali permainan terbaik mereka. Pelatih berkepala plontos itu tidak pilih kasih dalam menentukan pemain yang hendak diturunkan. Siapa pun yang fit dan siap tampil, ia beri kesempatan yang sama.

Jika melihat kiprahnya bersama AS Roma, serta kesanggupannya membawa Inter Milan kembali mampu bersaing di papan atas musim ini, maka wajarlah jika Spalletti masuk ke dalam daftar ini. (Abul Muamar)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.