Sukses

MU Tidak Seharusnya Lepas 5 Pemain Ini

Manajemen MU kerap salah ambil keputusan dalam hal menjual pemain.

Liputan6.com, Manchester - Manchester United (MU) sedang membangun kekuatan di Liga Inggris dan Eropa. Sejak dua musim terakhir, Setan Merah merekrut beberapa pemain top demi mengembalikan status sebagai klub besar di Inggris.

Terakhir, mereka mendatangkan Alexis Sanchez dari Arsenal. MU mendapatkan pemain Timnas Chile itu setelah menyerahkan gelandang Armenia, Henrikh Mkhitaryan. Mkhitaryan dilepas karena dianggap kalah bersaing dan performanya menurun drastis.

Meski demikian, manajemen MU juga punya banyak pengalaman salah dalam hal menjual pemain. Beberapa pemain seharusnya tidak dilego MU, karena di tim barunya mereka tampil bersinar. Manajer sekelas Sir Alex Ferguson pun pernah salah dalam menghadapi kebijiakan transfer pemain.

Ferguson menjual sejumlah pemain MU, padahal tenaga mereka masih dibutuhkan. Berikut daftar lima pemain yang seharusnya tidak pernah dilepas MU versi Sokkaa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Ruud van Nistelrooy

Ruud van Nistelrooy dianggap sebagai salah satu pencetak gol terbaik yang pernah dimiliki MU. Dia memperkuat MU sejak 2001 hingga 2006.

Sebanyak 95 gol yang diciptakan menjadi bukti ketajaman Nistelrooy bersama Setan Merah. Namun, sisi egoisnya yang tak mau menciptakan assist menjadi alasan utama dia meninggalkan Old Trafford.

Sifat egois Nistelrooy diungkapkan oleh mantan Kepala Komunikasi Ketenagakerjaan, Alastair Campbell, teman baik Ferguson. Dia mengungkapkan alasan kepergian striker asal Belanda tersebut yang melibatkan Cristiano Ronaldo.

"Dia sangat egois. Satu ungkapannya adalah saat ia mengatakan Cristian Ronaldo telah menemukan ayah baru dalam diri Carlos (Queiroz, asisten dari Alex Ferguson) setelah ayahnya yang suka minuman beralkohol meninggal dunia," kata Campbell.

Carlos Quiroz meminta Nistelrooy untuk menghormati Ronaldo. Namun, Nistelrooy bilang dia tidak menghormati siapa pun di sana.

"Ferguson lalu memulangkan van Nistelrooy ketika dia mendengarnya. Dia (Nistelrooy) tidak tahu yang dilakukannya," ujar Campbell.

3 dari 6 halaman

Andy Cole

Andy Cole menjadi striker produktif dalam kariernya saat bergabung dengan MU. Dia punya kemitraan yang luar biasa dengan Dwight Yorke di Old Trafford.

Namun, eks striker Timnas Inggris itu terkenal dengan karakternya yang introvert. Dia tidak bisa bekerja sama dengan pemain selain Yorke. Cole tidak bisa akur dengan striker MU lainnya, Teddy Sheringham.

"Saya lebih baik duduk minum kopi bersama Neil Ruddock, orang yang pernah mematahkan kaki saya di dua bagian tahun 1996 lalu, daripada dengan Teddy Sheringham, yang saya benci sejak 15 tahun terakhir," ujarnya.

Cole menjelaskan mengenai kebenciannya terhadap Sheringham yang berawal di tahun 1995. Saat itu, Cole akan melakukan debutnya bersama Inggris melawan Uruguay. Dia ditunjuk pelatih menggantikan Sheringham.

"Saya sangat gugup. Saya berjalan ke lapangan, 60.000 lebih orang menyaksikannya. Sheringham keluar. Saya mengharapkan jabat tangan singkat, ucapan semoga berhasil, Coley, atau semacamnya. Saya sudah mengulurkan tangan saya. Dia melewatkannya," kata Cole.

"Saya tak tahu penyebabnya. Ia melakukan itu pada debut saya. Saya kemudian berpikir, Yesus Kristus! Berapa orang yang melihat Sheringham melakukan itu kepada saya? Saya malu," ujarnya.

Cole meninggalkan MU pada 2001. Dia memilih bergabung dengan Blackburn Rovers.

4 dari 6 halaman

David Beckham

David Beckham merupakan produk akademi MU paling sukses. Salah satu bagian dari Class of 92 itu membantu Setan Merah memenangkan treble winners pada 1999.

Gelandang asal Inggris itu meninggalkan Old Trafford pada 2003. Dia bertengkar dengan Sir Alex Ferguson setelah kekalahan dari Arsenal dalam Piala FA tahun 2003.

"Begitu seorang pemain Manchester United merasa lebih besar dari manajer, maka ia harus keluar," tulis mantan manajer Manchester United ini di buku autobiografinya.

"David merasa ia lebih besar dari Alex Ferguson. Itulah lonceng kematian untuk dia," ucap Ferguson menambahkan.

Bekcham menang enam Liga Primer, dua Piala FA dan satu Liga Champions selama kariernya di Manchester United, yang berakhir tahun 2003, dengan dijual ke Real Madrid seharga 25 juta pound sterling.

5 dari 6 halaman

Carlos Tevez

Pada 2009, selain kehilangan Cristiano Ronaldo, MU juga ditinggal striker asal Argentina, Carlos Tevez. Tevez merupakan striker yang membantu Setan Merah memenangkan Liga Champions pada 2008.

Menurut penuturan mantan pemain Juventus tersebut, ia memilih hengkang karena tak mendapatkan tawaran kontrak baru meski berhasil membawa timnya meraih juara liga dan melangkah ke final Champions League untuk kali kedua secara beruntun.

"Tidak ada yang terjadi antara saya dengan Sir Alex Ferguson. Hubungan kami baik-baik saja. Saya dipinjamkan ke Manchester United selama dua musim, dan di tahun terakhir, Ferguson mengatakan pada saya bahwa mereka akan membayar untuk terus mempertahankan saya," kata Tevez dilansir ​ESPN.

"Kami masuk final Champions League di Roma (2009), dan saya masih tidak mendapat kontrak. Kemudian saya pergi ke Manchester City dan mereka mengajukan protes. Namun saya tidak pernah mendapat tawaran untuk bertahan di United dan saya bebas untuk pergi," ujarnya melanjutkan.

Tevez menghabiskan dua musim sebagai pemain pinjaman di Old Trafford, antara 2007 hingga 2009, dan membuat 34 gol dari 99 penampilan, usai setahun memperkuat West Ham. Manchester City akhirnya membayar 25,5 juta pound untuk membeli Tevez. Belakangan, kabarnya nilai transfer yang sebenarnya adalah 47 juta pound sterling.

6 dari 6 halaman

Park Ji-sung

Melepas Park Ji-sung pada 2012 merupakan hal yang paling disayangkan dari kebijakan MU. Sejak didatangkan dari PSV Eindhoven pada 2005, Park selalu memberikan semua tenaganya di lini tengah Setan Merah.

Park hijrah ke QPR meskipun kontraknya di MU masih tersisa satu musim lagi. Dia hengkang karena jarang dimainkan oleh Sir Alex Ferguson.

Hal tersebut diungkapkan oleh Park Sung-jong, ayah Park. Kepada sejumlah wartawan di Suwon, Korea Selatan, Park Sung-jong mengakui jarangnya kesempatan bermain yang diperoleh putranya menjadi alasan kuat kepindahannya ke QPR.

"Meskipun dia berada dalam kondisi yang baik, waktu bermainnya terbatas pada lima hingga enam pertandingan," ungkap Park Sung-jong seperti dilansir oleh Goal.

"Dia menginginkan tantangan baru di tempat lain. MU menolak transfer itu hingga akhir, namun hatinya sudah diatur dan dia membuat keputusan pada transfer tersebut," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.