Sukses

Brasil Lawan Spanyol, Duel Raja Lama vs Raja Baru

Total ada 7 pertemuan antara kedua negara dan Brasil unggul dengan tiga kali menang, dua kali imbang dan dua kali kalah.

Duel final Piala Konfederasi di Stadion Maracana, Senin 1/ Juli 2013 bak menampilkan pertarungan antara Raja lama melawan Raja baru. Mengapa? Brasil sebagai pemegang juara Piala Dunia lima kali sudah menguasai dunia sejak lama. Dominasi mereka sudah terjadi sejak tahun 1950-an di kancah sepakbola dunia.

Sedangkan Spanyol bisa disebut sebagai raja baru di sepakbola dunia. Dengan memenangi trofi Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012, Spanyol kian disegani lawan dan selalu dicap favorit di berbagai kejuaraan.

Tak kurang seorang Neymar pun memberikan cap favorit untuk Spanyol. Dia berharap, rekan-rekannya tidak terjebak untuk bermain bertahan melawan peringkat satu FIFA itu. "Spanyol tim terbaik di dunia. Mereka favorit," kata Neymar. "Tapi kami harus memainkan gaya bermain kami dan tak boleh membiarkan mereka ambil kendali. Kami tak boleh takut ambil risiko."

Yang membuat pertandingan final nanti menarik adalah jarangnya dua negara terbaik di sepak bola ini bertemu. Setidaknya, saat Spanyol mendominasi sepakbola dunia dalam lima tahun terakhir. Pertemuan terakhir keduanya terjadi pada 1999 lalu di laga persahabatan.

Saat itu, Spanyol ditahan Brasil 0-0 pada laga yang berlangsung di markas Celta Vigo, Stadion Balaidos ini. Total ada 7 pertemuan antara kedua negara dan Brasil unggul dengan tiga kali menang, dua kali imbang dan dua kali kalah.


Kedua negara juga saat ini boleh jadi menjadi pusat lahirnya talenta-talenta sepak bola dunia. Kedua negara sangat ketat dengan regenerasi, ini terlihat dari deretan pemain muda yang bercokol di Brasil sekarang.

Sedangkan Spanyol masih mengandalkan muka-muka lama. Tapi setelah Piala Dunia 2014, skuat yang menjuarai Piala Eropa U-21 di Israel lalu, mungkin bakal muncul ke permukaan. Karakter permainan kedua negara juga nyaris serupa, utamanya skill dalam mengolah bola.

Efektivitas Serangan

Pelatih Brasil, Luis Filipe Scolari menginginkan Brasil bisa tampil seperti ketika melawan Jepang.Tiga gol yang diciptakan pada laga yang berakhir dengan skor 3-0 itu, terlahir dari empat kali tembakan ke arah gawang. Efektivitas inilah yang diharapkan oleh Scolari. Spanyol kemungkinan besar akan memenangkan penguasaan bola dengan gaya tiki-taka mereka. Inilah yang membedakan "La Furia Roja" dengan Brasil yang juga punya gaya main cantik (jogo bonito).

Brasil juga harus memanfaatkan lemahnya pertahanan serta faktor kelelahan fisik Spanyol. Pertahanan Spanyol cukup terbuka. Ini bisa dilihat dari berhasilnya Nigeria dan Italia yang melepaskan masing-masing 13 kali tembakan. Dari sebanyak itu tembakan, Nigeria melepaskan 8 tembakan ke arah gawang, sedangkan Italia 6 tembakan.

Penguasaan bola Spanyol juga tak dominan di Piala Konfederasi kali ini. Itu terbukti dari penguasaan bola saat lawan Nigeria dan Italia. Spanyol hanya menguasai 57 persen dan 53 persen saja.

Brasil kemungkinan bisa menurunkan skuat terbaik di mana Cesar berada di mistar gawang. Bek diisi Marcelo, Thiago Silva, David Luiz dan Dani Alves. Luiz Gustavo dan Paulinho isi posisi gelandang bertahan. Lalu trio Oscar, Neymar, dan Hulk di belakang striker tunggal Fred.

Sedangkan Spanyol juga akan menunggu kebugaran Cesc Fabregas dan Roberto Soldado. Dua pemain ini bakal bersaing untuk mengisi posisi penyerang depan. Sedangkan Xavi, Iniesta, dan Sergio Busquets kokoh mengisi posisi tengah.

"Kami siap melawan lima kali juara dunia di kandang mereka sendiri, jadi mereka favorit. Kami akan memberikan segalanya untuk laga ini," kata Vicente Del Bosque pelatih Spanyol. (Berbagai Sumber)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.