Sukses

Kisah Alex Ferguson: Jatuh Bangun Seorang Legenda [3]

Alex Ferguson takkan pernah melupakan tahun 1978 yang menjadi langkah awal karier profesional sebagai pelatih. Inilah gerbang sukses Fergie.

Setelah 17 tahun berkarier di tengah lapangan hijau menjadi ujung tombak enam tim yang berbeda, pria asal Skotlandia bernama Alexander Chapman Ferguson yang pada akhirnya dikenal dengan nama Sir Alex Ferguson itu, akhirnya memutuskan untuk gantung sepatu. Namun, kecintaannya kepada si kulit bundar tidak membuatnya berhenti terlibat di dunia sepakbola. Ferguson memutuskan untuk mengadu nasib menjadi manajer klub. Jalan panjang dan berliku menangani klub, menjadikan Ferguson kian matang.

Jadi Manajer Paruh Waktu

Setelah memutuskan untuk berhenti bermain sepakbola usai membela klub terakhirnya, Ayr United pada Juni 1974, Ferguson berhasil mendapatkan pekerjaan pertamanya menjadi seorang manajer ketika East Stirlingshire menunjuk Ferguson yang pada saat itu masih berusia 32 tahun. Namun, pekerjaannya sebagai seorang manajer hanya sebatas part-time. Ferguson digaji oleh Strilingshire sebesar 40 pound atau Rp 728 ribu per-pekan.

Debut Fergie

Tak mudah menjadi seorang manajer klub. Di masa-masa awalnya, Ferguson harus dipusingkan dengan kondisi Strilingshire yang pada saat itu tidak memiliki kiper. Ferguson terkenal galak dan bahkan tidak segan-segan menjatuhkan hukuman kepada pemainnya. Pengalaman tersebut diungkapkan oleh penyerang Strilingshire saat itu, Bobby McCulley.

"Sebelumnya saya tidak pernah takut kepada siapa pun, tapi Ferguson, dia adalah pria yang sangat menakutkan sejak pertama kali kami bertemu," ujar McCulley.

Akan tetapi, Ferguson hanya bertahan selama empat bulan mengarsiteki Stirlingshire karena ada klub yang ingin menjadikannya sebagai manajer full-time, Saint Miren.

Karier Manajer Profesional Pertama

Keputusan untuk pindah ke Saint Miren yang pada saat itu berkompetisi di Divisi Dua Liga Skotlandia ternyata jadi pilihan tepat untuk manajer yang terkenal doyan minum anggur ini. Bersama St Miren, Ferguson pun menjalani karier profesional pertamanya sebagai manajer.

Fergie Miren

Mengarsiteki klub berjuluk The Buddies jadi tonggak sejarah pribadi Ferguson untuk memantapkan posisinya sebagai manajer yang patut diperhitungkan di Skotlandia, dan menjadi kunci untuknya merebut perhatian persepakbolaan Eropa. Ferguson membutuhkan tiga musim untuk bisa meraih kesuksesannya bersama St Miren.

Perlahan tapi pasti, setelah musim pertamanya berjalan mulus, Ferguson yang menggantikan Jock Stein, akhirnya muncul sebagai manajer jawara dengan membawa St Miren menjadi juara Divisi Dua Liga Skotlandia di akhir musim 1976-1977. Ferguson berhasil membawa St Miren meraih gelar juara dengan memaksimalkan potensi pemainnya yang rata-rata berusia 19 tahun, seperti Billy Stark, Tony Fitzpatrick, Lex Richardson, Frank McGarvey, Bobby Reid, dan Peter Weir.

Kesuksesan Ferguson membawa St Miren ke Liga Premier Skotlandia berbuah manis. Ada salah satu klub elite Skotlandia Aberdeen yang menunjuknya untuk menggantikan posisi Billy McNeill setelah empat musim menangani St Miren. Tawaran itu sulit untuk ditolak. Kesuksesan yang lebih besar pun menunggu Ferguson bersama Aberdeen.

Menggenggam Eropa untuk Kali Pertama

Ferguson tak bisa melupakan penggalan kisah hidupnya di tahun 1978. Bagaimana mungkin mampu melupakan? Di pengujung tahun itu, Fergie ingat benar dengan sadar melangkahkan kakinya ke Stadion Pittodrie yang menjadi markas Aberdeen klub barunya. St Miren telah ditinggalkannya di belakang masa lalunya.

Sebagai pelatih muda yang kala itu masih berusia 37 tahun, jelas tak mudah mengarsiteki klub besar sekelas Aberdeen yang berjuluk The Dons di Skotlandia. Namun semangat dan cita-citanya yang tinggi untuk menggenggam dan menguasai sepakbola Eropa terus membara di dalam hati.

Namun, perjalanan Ferguson bersama Aberdeen memang tidaklah mudah. Di musim pertamannya 1978-1979, Fergie hanya bisa membawa Aberdeen menyelesaikan Liga Premier Skotlandia di peringkat keempat dengan 40 poin. Sementara, yang bertengger di puncak klasemen ketika itu Celtic dengan 48 poin. Meski hanya mampu berada di posisi ke-4, tapi Aberdeen lolos ke babak putaran pertama Liga Europa yang pada masa itu masih dikenal dengan sebutan Piala UEFA atau UEFA Cup. Ajang itulah yang menjadi kiprah pertama Fergie di kompetisi Eropa.

Nasib Fergie masih kurang beruntung. Aberdeen langsung tersingkir di babak pertama setelah ditaklukkan Eintracht Francfurt dengan agregat skor 1-2.

Kekalahan itu rupanya justru mencambuk Fergie untuk berbuat lebih baik lagi. Pria asal kota kecil Govan di kawasan pelabuhan Glasgow itu mempermak penampilan skuatnya terutama di saat bursa transfer musim panas 1979 tiba. Pemainnya seperti bintang Aberdeen waktu itu Jim Leighton, Willie Miller, Alex McLeish, dan Gordon Strachan lebih dimaksimalkan lagi kemampuannya. Keputusan untuk menggelontorkan dana besar ternyata berbuah kesuksesan.

Di musim 1979-1980, Ferguson dan skuat baru Aberdeen akhirnya meraih gelar juara Liga Premier Skotlandia. Aberdeen juara dengan total poin 48, satu poin lebih banyak dari Celtic yang berada di posisi kedua. Aberdeen pun berkesempatan untuk berlaga di Liga Champions yang pada saat itu masih disebut Piala Eropa atau European Cup di musim 1980-1981. Sayangnya, Aberdeen kembali gagal bersaing karena kalah dari Liverpool dengan agregat skor 0-5 di putaran kedua.

Fergie Aberdeen dan Piala Winner

Selain gagal di kancah Eropa, penampilan Aberdeen di Liga Premier Skotlandia pun melempem. Tak hanya itu, Fergie juga gagal membawa Aberdeen mempertahankan gelar juaranya yang direbut pesaing utamanya Celtic. Sang jawara saat itu hanya unggul dua poin di akhir musim kompetisi dengan 55 poin pada musim 1980-1981. Ternyata kegagalan Ferguson membawa Aberdeen kembali berulang pada musim berikutnya, 1981-1982. Memang tak seluruhnya kerja keras Ferguson berbuah kegagalan. Fergie masih terobati dengan raihan gelar juara di ajang Piala Skotlandia 1981-1982.

Pepatah lama yang mengatakan 'Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda' terbukti kebenarannya. Alexander Chapman Ferguson sendiri yang telah membuktikannya.

Sebagai pemegang gelar juara Piala Skotlandia, Aberdeen berhak tampil di ajang Piala Winner UEFA 1982-1983. Mendapati dirinya tampil di Piala Winner, Ferguson seolah tidak menghiraukan Liga Premier Skotlandia yang gagal di menangkannya. Ferguson secara mengejutkan berhasil memenuhi headline media Eropa usai membawa Aberdeen meraih gelar juara Piala Winner. Gelar Eropa pertama Ferguson itu berhasil diraih setelah mengalahkan Real Madrid, 11 Mei 1983, dengan skor 2-1.

Kesuksesan Aberdeen di Eropa pun kembali berlanjut ketika mereka tampil di Piala Super Eropa 1983. Ketika itu, Aberdeen mampu mempecundangi juara European Cup, Hamburg SV, dengan skor 0-2 di Volksparkstadion, 22 November 1983.

Aberdeen dan Piala Super

Dua kesuksesan di Eropa membuat Ferguson dan Aberdeen semakin percaya diri untuk tampil di musim 1983-1984, yang ketika itu skuat asuhannya tampil menjadi juara Liga Premier Skotlandia untuk ketigakalinya. Selain itu, Aberdeen pun berhasil meraih gelar Piala Skotlandia 1984. Ferguson mampu mempertahankan gelar juara Liga Premier Skotlandia di musim berikutnya.

Sayangnya, di musim terakhirnya bersama Aberdeen 1985-1986, Ferguson gagal mempertahankan gelarnya, dan hanya bisa menyumbangkan gelar juara Piala Skotlandia serta Piala Liga Skotlandia. Tapi walau gagal mempertahankan gelar juara, Ferguson berhasil menarik perhatian klub besar asal Liga Premier Inggris, Manchester United.

MU yang kepincut dengan kemampuan Ferguson, lalu memboyong pria Skotlandia berusia 45 tahun tersebut. Bersama klub berjuluk The Red Devils itu Fergie mendapat tantangan yang lebih besar. Bagaimana kiprah Alexander Chapman Ferguson di klub barunya Manchester United? Simak terus lanjutan, Kisah Alex Ferguson: Orang Skotlandia Penguasa Inggris. (Vin)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini